Subyek dalam penelitian ini adalah anak-anak usia 10-12 tahun. Karena pada masa ini anak sudah bisa mengadakan sintese logis, karena munculnya
pengertian, wawasan dan akal yang sudah mencapai taraf kematangan Kartono dan Kartini, 2007:137. Dipilihnya anak-anak sebagai responden disebabkan
karena anak-anak memiliki keinginan, harapan dan memperjuangkan untuk mencapai cita-cita mereka serta aset negara yang paling berharga.
Dari uraian diatas tentang tayangan televisi yang ada pada saat ini khususnya acara Cita-citaku maka peneliti ingin meneliti tentang Motif Anak-
anak Menonton acara Cita-citaku di Trans 7.
1.2. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah yang dijelaskan sebelumnya maka perumusan masalah dalam penelitian ini adalah Bagaimana motif anak-anak di
Surabaya dalam menonton acara Cita-cita ku di Trans 7?
1.3. Tujuan Penelitian
Berdasarkan perumusan masalah diatas, maka penelitian ini bertujuan untuk mengetahui motif anak-anak di Surabaya dalam menonton acara Cita-cita
ku di Trans 7
1.4. Manfaat Penelitian
Dari hasil penelitian ini, peneliti berharap agar penelitian ini dapat menjadi bahan informasi atau masukan yang bermanfaat antar lain:
Hak Cipta © milik UPN Veteran Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.
a. Manfaat Teoritis
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan ciri ilmiah pada sebuah penelitian dengan mengaplikasikan teori-teori, khususnya teori-teori komunikasi dan
motif anak anak. b.
Manfaat Praktis Dapat memberikan informasi atau masukan bagi Trans 7 dalam
mengembangkan dan meningkatkan tayangan-tayangannya terutama tayangan anak-anak Cita-citaku yang dapat memberi motivasi dan edukatif.
Hak Cipta © milik UPN Veteran Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.
BAB II KAJIAN PUST AKA
2.1. Landasan Teori
2.1.1. Televisi Sebagai Media Komunikasi
Televisi yang dimaksud dalam penelitian ini adalah siaran Televisi Broadcast yang merupakan media elelctronik dan memiliki ciri-ciri yang
berlangsung satu arah, komunikatornya melembaga pesannya bersifat umum, sasarannya menimbulkan keserempakan dan komunikannya heterogen Effendy,
1993:17. Televisi secara umum adalah melihat jauh, hal ini sesuai dengan
kenyataannya bahwa saat sekarang kita dapat melihat siaran langsung dari Jakarta atau kata-kata lain dari rumah masing-masing. Dengan demikian televisi adalah
salah satu media massa yang memancarkan suara dan gambar yang berarti sebagai reproduksi dari kenyataan yang disiarkannya melalui gelombang-gelombang
elektronik, sehingga dapat diterima oleh pesawat penerima di rumah Effendy, 1993:10.
Menurut Sastro 1992:23 menyatakan bahwa dari beberapa media massa yang ada, televisi merupakan media massa elektronik yang paling akhir
kehadirannya. Meskipun demikian televisi dinilai
.
sebagai media massa yang paling efektif saat ini dan banyak menarik simpatik kalangan masyarakat luas
karena perkembangan teknologinya begitu cepat. Hal ini disebabkan oleh sifat audio visualnya yang tidak lain penayangannya mempunyai jangkauan yang
relatif tidak berbatas dengan modal audio visual yang dimiliki siaran televisi
Hak Cipta © milik UPN Veteran Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.
sangat komunikatif dalam memberikan pesannya karena itulah televisi sangat bermanfaat sebagai upaya pembentukan sikap, perilaku dan sekaligus perubahan
pola berpikir, pengaruh televisi lebih kuat debandingkan dengan radio dan surat kabar. Hal ini terjadi karena kekuatan audio visual televisi yang menyentuh segi-
segi kejiwaan. Sedangkan Kuswandi 1996:21-23 berpendapat bahwa munculnya media
televisi dalam kehidupan manusia, memang menghadirkan suatu peradaban, khususnya dalam proses komunikasi dan informasi setiap media massa jelas
melarikan satu efek sosial yang bermuatan perubahan nilai-nilai sosial dan budaya manusia. Kemampuan televisi dalam menarik, perhatian massa menunjukkan
bahwa media tersebut menguasai jarak secara geografis dan sosiologis. Daya tarik media televisi sedemikian besar sehingga pola dan kehidupan manusia sebelum
muncul televisi, berubah total sama sekali. Pengaruh daripada televisi lebih kuat dibandingkan dengan radio dan surat kabar. Hal ini terjadi karena kekuatan audio
televisi yang menyentuh segi-segi kejiwaan pemirsa. Pada intinya media televisi yang menyentuh segi-segi kejiwaan. Pemirsa, telah menjadi cerminan budaya
tontonan bagi pemirsa dalam era informasi dan komunikasi yang semkin berkembang pesat. Kehadiran televisi menembus ruang dan jarak geografis
pemirsa.
2.1.2. Pemirsa Sebagai Khalayak
Secara universal dan sederhana khalayak media dapat diartikan sebagai sekumpulan orang yang menjadi pembaca, pendengar, penonton, dan pemirsa
Hak Cipta © milik UPN Veteran Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.
sebagai media massa atau komponen isinya. Dalam arti yang lebih ditekankan, khalayak media ini memiliki beberapa karakteristik yaitu memiliki jumlah yang
besar, bersifat heterogen, menyebar dan anonym, serta mempunyai kelemahan dalam ikatan organisasi sosial sehingga tidak konsisten dan komposisinya dapat
berubah dengan cepat Me. Quail, 1994:201. Pemirsa merupakan sasaran komunikasi massa melalui media televisi.
Komunikasi dapat efektif, apabila pemirsa terpikat perhatiannya, tertarik minatnya, mengerti dan melakukan kegiatan yang diinginkan komunikator. Pada
dasarnya pemirsa televisi dapat dibedakan dalam 4 hal yaitu : 1.
Heterogen aneka ragam yakni pemirsa teIevisi adalah massa, sejumlah orang sangat banyak, yang sifatnya heterogen terpencar-pencar diberbagai tempat.
Selain itu pemirsa televisi dapat ciibedakan pula menurut janis kelamin, umur, tingkat pendidikan, clan taraf kehidupan, clan kebudayaan.
2. Pribadi yakni untuk dapat diterima dan dimengerti oleh pemirsa, maka isi
pesan yang disampaikan melalui televisi bersifat pribadi dalam arti sesuai dengan situasi pemirsa saat itu.
3. Aktif yakni pemirsa bersifat aktif, mereka aktif, seperti apabila mereka
menjumpai sesuatu yang menarik dari sebuah stasiun televisi mereka berpikir aktif, aktif melakukan interprestasi. Mereka bertanya-tanya pada dirinya
apakah yang diucapkan oleh seorang.penyiar televisi benar atau tidak. 4.
Selektif yakni pemirsa sifatnya selektif. Ia memilih program televisi yang disukai Effendy, 1990:84.
Penelitian ini difokuskan pada pemirsa televisi, yaitu anak-anak, karena
Hak Cipta © milik UPN Veteran Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.
anak-anak sebagai pemirsa televisi juga mempunyai sifat yang aktif dan selektif. Dikatakan aktif karena apabila mereka menjumpai sesuatu yang menarik dari
sebuah tayangan pada stasiun televisi, mereka berpikir aktif dan melakukan interprestasi. Mereka bertanya-tanya pada dirinya, apakah yang diucapkan dan
dicontohkan oleh seorang penyiar televisi, benar atau tidak dan dapat diterima. Sedangkan selektif yaitu mereka memilih program, televisi yang disukainya. Jadi
tidak semua acara yang ditayangkan diberbagai stasiun televisi menjadi kesukaan anak-anak, ada program acara yang disukaidan tidak disukai.
2.1.3. Teori Kebutuhan Terhadap Media
Media dianggap hanya menjadi salah satu cara pemenuhan kebutuhan dan indjvidu bisa jadi menggunakan media untuk memenuhi kebutuhan mereka, atau
tidak menggunaka media dan memilih cara lain Nugroho, 2009.
Hak Cipta © milik UPN Veteran Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.
Pada sketma di atas Abraham Maslow membagi kebutuhan manusia dalam kaitanya dengan psikologi media, pada dasarnya kebutuhan manusia terbagi
menjadi lima bagian yaitu: a.
Physiological Needs Kebutuhan fisiologis, merupakan bagian terbawah dari hierarki terbesar.
b. Safety Needs Kebutuhan akanrasa aman.
c. Belonging Needs Kebutuhan sosial.
d. Esteem Needs Kebutuhan status.
e. Self-actualization Needs Aktualisasi diri, merupakan bagian puncak dari
hierarki. Jika dikaitkan dengan tema permasalahan, salah satu kebutuhan manusia
adalah kebutuhan akan media informasi. Kebutuhan tersebut sangat berguna bagi dirinya untuk mengetahui berbagai perubahan yang terjadi di luar lingkungan
dirinya. Kebutuhan individu Maslow sangtlah didukung. Psikologi komunikasi rnembagi kebutuhan tersebut nienjadi:
1. Cognitive Needs, kebutuhan
ini
berkaitan dengan peneguhan informasi, pengetahuan, dan pemahaman.
2. Affective Needs, kebutuhan yang berkaitan dengan peneguhan pengalaman
yang estetis, menyenangkan dan emosional. 3.
Personal Integrative Needs, kebutuhan yang berkaitan dengan peneguhan kredibilitas, kepercayaan, stabilitas dan status individual.
4. Social Integrative Needs, kebutuhan yang berkaitan dengan peneguhan kontak
dan keluarga, teman. 5.
Escapist Needs, kebutuhan yang berkaitan dengan upaya rnenghindarkan.
Hak Cipta © milik UPN Veteran Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.
2.1.4. Motif
Untuk dapat mengamati seseorang dalam melakukan suatu tindakan ataupun perbuatan perlu memperhatikan hal-hal yang melatarbelakanginya, apa
saja yang mendorong melakukan tindakan perbuatan tersebut apa motifnya, untuk itu peneliti akan menjelaskan mengenai motif. Istilah motif berasal dari kata
motive yang berarti dorongan dalam diri organisme untuk menentukan pilihan pilihan dari berbagai hal, sehingga sesuai dengan tujuan. Semua tingkah laku
manusia pada hakekatnya mempunyai motif. Jadi motif adalah hal yang berkaitan dengan dorongan keinginan hasrat dari dalam diri untuk melaksanakan sesuatu
yang memberi arah dan tujuan pada tingkah seseorang. Dari definisi tentang motif, maka dapat disimpulakan bahwa, motif adalah sesuatu yang ada pada diri
individu yang menggerakkan atau membangkitkan, sehingga individu itu berbuat sesuatu Ahmadi, 2000:192.
Kebutuhan-kebutuhan needs inilah yang menyebabkan timbulnya motif yang mendorong aktifitas individu menggunakan media tertentu, artinya individu
mencari pemuasan sejumlah kebutuhan dari penggunaan media karena didorong oleh sejumlah motif yang mempengaruhinya. Motif adalah pengertian yang
melinkupi seluruh penggerak, alasan-alasan atu dorongan-dorongan dalam diri manusia yang menyebabkan individu berbuat sesuatu Gerungan, 2000:140.
Motif itu akah dapat mempengaruhi manusia dalam melakukan aktifitas tertentu untuk memenuhi kebutuha kepuasan pada diri individu dan motif
seseorang dapat berbentuk melalui serangkaian pengalaman bersifat konstan meskipun ada kemungkinan berubah. Motif merupakan pencerminan motif dan
Hak Cipta © milik UPN Veteran Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.
mengaktifkan perilaku. Pada umumnya peranan motif dalam segala tingkah laku manusia besar sekali. Dan tampak bahwa motif anak-anak pada umumnya banyak
rupanya dan pada mulanya berasal dari dalam dirinya dan ada yang berasal dari luar dirinya Gerungan, 2000:144.
Woodworth dalam Purwanto 2000:64 menggolongkan motif menjadi tiga golongan, yaitu :
1. Motif sebagai pendorong manusia untuk bertindak atau berbuat. Motif itu
berfungsi sebagai motor yang memberikan energi kekuatan kepada seseorang untuk melakukan suatu tugas.
2. Motif menentukan arah perbuatan, yakni ke arab perwujudan suatu tujuan atau
cita-cita. 3.
Motif menyeleksi perbuatan kita, artinya menentukan perbuatan-perbutan mana yang harus dilakukan yang serasi, guna mencapai tujuan itu dengan
mengesampingkan perbuatan yang tidak bermanfaat bagi tujuan tersebut. Dengan demikian dari ketiga pengertian tersebut, maka pada dasarnya
motif itu timbul karena adanya kebutuhan, dengan kata lain motif merupakan ciri dari kebutuhan atau motif dapat diidentikkan dengan kebutuhan.
Untuk memudahkan pengukuran tentang motif, maka didasarkan pada pendapat McQuail 2002:72 sebagai berikut :
1. Motif Kognitif
Kebutuhan akan informasi dan kebutuhan untuk mencapai tingkat ideasional tertentu yang terdiri dari :
Hak Cipta © milik UPN Veteran Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.
a. Mencari berita tentang peristiwa dan kondisi yang berkaitan dengan
lingkungan terdekat, masyarakat dan dunia. b.
Mencari bimbingan menyangkut berbagai masalah praktis, pendapat dan hal-hal yang berkaitan dengan penentuan pilihan.
c. Memuaskan rasa ingin tahu dan minat umum.
d. Keinginan untuk belajar pendidikan terhadap diri sendiri
2. Motif Identitas Pribadi Personal Identity
Kebutuhan menggunakan isi media untuk niemperkuat atau menonjolkan sesuatu yang penting dalam kehidupan atau situasi khalayak sendiri, yang
terdiri dari : a.
Menemukan penunjang nilai-nilai pribadi. b.
Menemukan model perilaku, panutan atau figur untuk dicontoh. c.
Mengidentifikasikan diri dengan nilai-nilai lain dalam media. d.
Meningkatkan pemahaman tentang diri sendiri. 3.
Motif lntegrasi dan lnteraksi Sosial Personal Relationships Kebutuhan akan integrasi dan interaksi sosial terdiri dari :
a. Memperoleh pengetahuan tentang keadaan orang lain, empati sosial.
b. Mengidentifikasi diri dengan orang lain dan meningkatkan rasa memiliki.
c. Menemukan bahan percakapan dan interaksi sosial.
d. Memungkinkan individu untuk dapat menghubungi sanak-keluarga, teman,
dan masyarakat.
Hak Cipta © milik UPN Veteran Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.
4. Motif Hiburan Diversi
.
Kebutuhan akan pelepasan dari tekanan dan kebutuhan akan hiburan, yang terdiri dari:
a. Bersantai dan melepaskan diri atau terpisah dari permasalahn.
b. Memperoleh kenikmatanjiwa dan estetis.
c. Mengisi waktu.
d. Penyaluran emosi.
2.1.5. Anak-anak daD perkembangannya
Manusia dalam perkembangannya mengalami tahapan-tahapan masa perkembangan, dari anak-anak hingga mencapai usia dewasa. Subyek dalam
penelitian ini adalah anak-anak. Perkembangan anak dalam penelitian ini akan dibatasi pada perkembangan anak pada masa sekolah, karena pada masa tersebut
anak-anak mulai memandang semua peristiwa dengan obyektif. Oswald Kroh dalam bukunya: Die Psyc,hologie Desgrundschul Lindes psikologi anak-anak
menyatakan adanya empat periode dalam perkembangan fungsi pengamatan anak, yaitu:
1. Periode Sintesa fantastis 7-8 tahun. Artinya segala hasil pengamatan
merupakan pesan totalitas global sedang sifatnya masih samar-samar. Selanjutnya kesan-kesan tersebut dilengkapi dengan fantasi anak; operasi
dengan ini anak suka sekali pada dongeng-dongeng, legenda, kisah-kisah, dan cerita-cerita.
Hak Cipta © milik UPN Veteran Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.
2. Periode Realismenaif 8-10 tahun, anak-anak bisa membedakan bagian atau
onderdil tetapi mampu menghubungkan satu dengan lain dalam hubungan unsure fantasi sudah banyak diganti dengan pengamatan kongkrit.
3. Periode Realisme kritis 10-12 tahun. Pengamatannya bersifat realistis dan
kritis, anak sudah bisa mengadakan sintesa logis, karena munculnya pengertian insight atau wawasan akal yang sudah mencapai taraf kematangan anak kini
bisa menghubungkan bagian-bagian menjadi satu kesatuan atau menjadi satu struktur.
4. Fase Subjektif 12-14. tahun. Unsur emosi atau perasaan muncul kembali dan
kuat sekali mempengaruhi penilaian anak terhadap semua pengamatan, masa ini dibatasi oleh segala pubertas kedua. Kartono, 1990:136-137
Dalam penelitian ini yang menjadi respondennya adalah anak umur 10-12 tahun. Anak pada usia ini sangat aktif dinamis, segala sesuatu yang aktif dan
bergerak akan sangat menarik minat perhatian anak. Ingatan anak pada usia 10-12 tahun ini mencapai intensitas yang palin besar dan paling kuat. Daya menghafal
dan daya memorisasi dengan sengaja memasukkan dam melekatkan pengetahuan dalam ingatan adalah paling kuat. Dan anak-anak mampu memuat jumlah materi
ingatan paling banyak, juga pada usia 9-12 tahun. Anak-anak mulai belajar dan mengenal lingkungan sekitamya. Perkembangan televisi yang banyak
menyuguhkan acara hiburan untuk anak-anak baik itu berupa film, kuis maupun acara musik yang menghadirkan hiburan bagi mereka sedikit tidaknya
mempengaruhi anak-anak dalam perkembangan, baik perilaku maupun secara psikologis. Baik buruk dampak dari acara tayanan televisi tergantung dari anak
Hak Cipta © milik UPN Veteran Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.
dalarn menilai sebuah acara tokoh. Tokoh yang menjadi panutan mereka dalam acara tersebut. Dalam menonton acara terjadi sebuah aktivitas komunikasi dimana
media menayangkan pesan pada khalayak anak-anak dan disini terjadi sebuah proses pembelajaran dan interaksi dari apa yang mereka dapatkan dari tayangan
tersebut.
2.1.6. Progran Acara Cita-cita ku Trans 7
Salah satu program acara Cita-cita ku yang banyak ditonton oleh anak- anak termasuk program acara kedalarn katagori Arnan untuk anak-anak yang
tayang setiap hari senin sampai jumat pada jam 14.00 di stasiun televisi Trans 7dan pembawa acaranya adalah anak-anak, karaena hal acara ini untuk anak-anak.
Ingin jadi apa kalo sudah besar nanti? pertanyaan yang kerap singgah saat kita kecil. Ada yang beruntung dapat mewujudkan cita-citanya namun tidak sedikit
yang cita-citanya kandas di tengah jalan karena kondisi yang tidak memungkinkan. Fenomena itulah yang coba diangkat dalam program Trans 7
Cita-citaku. Melalui program Cita-citaku, diberikan kesempatan kepada anak-anak yang memiliki keinginan besar untuk mewujudkan cita-citanya dalam sekejap.
Dengan memberikan kesempatan tersebut, diharapkan terwujud kesempatan bagi anak-anak tersebut kelak saat mereka dewasa. Sungguh sebuah
acara sangat bagus, edukatif sekaligus menumbuhkan semangat wirausaha semenjak kecil, seperti mengetahui proses pembuatan jaket dari bulu domba,
ternak lintah dan lain-lain. Dengan motivasi dan semangat yang sama dan bagian dari tanggungjawab sosial. Tujuan tayangan ini adalah memberikan motivasi,
harapan, inspirasi kepada anak-anak untuk mewujudkan cita-cita yang ingin
Hak Cipta © milik UPN Veteran Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.
mereka raih http:lintahindonesia.wordpress.com20100919lintah-indonesia-
di-cita-citaku-trans7 .
2.1.7. Teori Uses And Gratification
Penggunaan Uses isi media untuk mendapatkan pemenuhan Gratification atas kebutuhan seseorang atau Uses and Gratification, salah satu
teori dan pendekatan yang sering digunakan dalam komunikasi. Teori dan pendekatan ini tidak mencakup atau mewakili keseluruan proses komunikasi,
karena sebagian besar audience hanya dijelaskan melalui kebutuhan dan kepentingan, sebagai proses penerimaan pesan media Bugin, 2006.
Media massa dalam berbagai bentuk merupakan saluran chane arus pesan dari sumber ke sasaran. Dengan kekuatan.yang ada pada media massa, pada
awal perkembangannya dianggap mampu mempengaruhi bahkan mengubah masyarakat. Namun pada perkembangannya para ahli mulai sadar bahwa audiens
tidak pasif, namun aktif terlibat dalam proses komunikasi. Model ini pergeseran fokus dari tujuan komunikator ke tujuan komunikan.
Model ini menentukan fungsi komunikasi massa dalam melayani khalayak. Effendy, 2003:289.
Teori Uses and gratification lebih menekankan pada pendekatan manusiawi dalam melihat media massa. Artinya manusia mempunyai otonomi,
wewenang untuk memperlakukan media. Blumer dan Kardz percaya bahwa tidak ada hanya ada satu jalan bagi khalayak untuk mengunakan media. Menurut
pendapat teori ini bahwa konsumen media mempunyai kebebasan untuk
Hak Cipta © milik UPN Veteran Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.
memutuskan bagaimana mereka mengunakan media itu akan berdampak pada dirinya Effendy 2003:191.
Model Uses and Gratification menunjukkan bahwa yang menjadi permasaahan utama bukanlah bagaimana media mengubah sikap dan perilaku
khalayak, tetapi bagimana media memenuhi kebutuhan pribadi dan sosial khalayak. Jadi bobotnya ialah pada khalayak yang aktif yang sengaja
menggunakan media untuk mencapai tujuan khusus Effendy, 2000:289. Berdasarkan temuan Lichtenstein daTI Rosenfeld 1984 dalam Stewart
2003:212 dijelaskan bahwa pertama: tentang alasan-alasan seseorang memilih suatu medium dan bukan medium lain, kedua: media mana yang dapat menjadi
altenatif sebagai pilihan antara yang satu dengan yang lain. Seseorang diajari, tersosialisasikan, untuk memandang setiap medium dengan cara tertentu dan
untuk memahami media mana dapat menjadi altematif bagi media lainnya. Sehingga dapat disimpulkan bahwa keputusan menggunakan saluran-saluran
komunikasi massa merupakan suatu proses dua bagian: Pertama, seseorang diajari motivasi apa yang dapat dipuaskan setiap medium; Kedua, berdasarkan informasi
yang dimiliki bersama tersebut, maka masing-masing orang membuat pilihan perseorangan. Meskipun pilihan ini merupakan keputusan pribadi, persepsi
seseorang mengenai apa yang ditawarkan media yang berbeda relatif konsisten. Seseorang cenderung mempunyai citra yang stabil mengenai gratifikasi setiap
medium yang dipersepsi, seperti film, buku, surat kabar, majalah, dan sebagainya.
Hak Cipta © milik UPN Veteran Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.
Gambar 2.1 Model Uses and Gratification
Pada periaku penggunaan media, teori Uses and Gratification menyatakan bahwa pemilihan dan penggunaan media massa ditentukan oleh khalayak
berdasarkan kebutuhan yang ingin dipenuhi, sehingga terfokus pada apa yang dilakukan khalayak pada media massa yang diteliti disini ada1ah motif
mengkonsumsi media untuk mencari kepuasan pada dirinya, apakah yang dilakukan atau dicontohkan dalm program tersebut benar atau tidak dan dapat
dicontoh Effendy, 1990:84.
2.2. Kerangka Berpikir