1. Bonus Purposes Manajer yang memiliki informasi atas laba bersih perusahaan
akanbertindak secara oportunistik untuk melakukan manajemen labadengan memaksimalkan laba saat ini.
2. Political Motivation Manajemen laba digunakan untuk mengurangi laba yang
dilaporkanpada perusahaan
publik. Perusahaan
cenderung mengurangi labayang dilaporkan karena adanya tekanan publik
yang mengakibatkanpemerintah menetapkan peraturan yang lebih ketat.
3. Taxation Motivation Motivasi penghematan pajak menjadi motivasi manajemen laba
yangpaling nyata. Berbagai metode akuntansi digunakan dengan tujuanuntuk penghematan pajak pendapatan.
4. Pergantian CEO CEO yang mendekati masa pensiun akan cenderung
menaikkanpendapatan untuk meningkatkan bonus mereka. Dan jika kinerjaperusahaan buruk, mereka akan memaksimalkan pendapatan
agar tidak diberhentikan. 5. Initial Public Offering IPO
Perusahaan yang akan go public belum memiliki nilai pasar, dan menyebabkan manajer perusahaan yang akan go public melakukan
manajemen laba dengan harapan dapat menaikkan harga saham perusahaan.
6. Pentingnya Memberi Informasi Kepada Investor Informasi mengenai kinerja perusahaan harus disampaikan
kepada investor sehingga pelaporan laba perlu disajikan agar investor tetap menilai bahwa perusahaan tersebut dalam kinerja
yang baik.
6. Teknik Manajemen Laba
Ada tiga cara yang dapat digunakan untuk melakukan manajemen laba pada laporan keuangan Scott,
2000 dalam Gumanti,2000, yaitu:
1. Memanfaatkan peluang untuk membuat estimasi akuntansi Cara ini merupakan cara manajer untuk mempengaruhi laba
melalui judgement terhadap estimasi akuntansi antara lain: estimasi tingkat piutang tak tertagih, estimasi kurun waktu depresiasi aktiva
tetap atau amortisasi aktiva tak berwujud, estimasi biaya garansi, dan lain-lain.
2. Mengubah metode akuntansi Perubahan metoda akuntansi yang digunakan untuk
mencatat suatu transaksi, contoh: mengubah metoda depresiasi aktiva tetap, dari metoda depresiasi angka tahun ke metoda
depresiasi garis lurus.
3. Menggeser perioda biaya atau pendapatan Beberapa orang menyebutkan rekayasa jenis ini sebagai
manipulasi keputusan operasional Fischer dan Rozenzweig, 1995; Bruns dan Merchant, 1990 dalam Gumanti,2000. Contoh:
rekayasa perioda biaya atau pendapatan antara lain: mempercepat atau menunda pengeluaran untuk penelitian sampai perioda
akuntansi berikutnya Daley dan Vigeland, 1993 dalam Gumanti. 2000, mempercepat atau menunda pengeluaran promosi sampai
perioda akuntansi berikutnya, mengatur saat penjualan aktiva tetap yang sudah tidak dipakai, dan lain-lain.
7. Model-model Manajemen Laba
Scoot 2000 dalam Ameta 2010 menyatakan ada beberapa bentuk manajemen laba yaitu:
1. Taking a bath Dalam bentuk jika manajemen harus melaporkan kerugian,
maka manajemen akan melaporkan dalam jumlah besar. Dengan tindakan ini manajemen berharap dapat meningkatkan laba yang
akan datang dan kesalahan kerugian piutang perusahaan dapat dilimpahkan ke manajemen lama, jika terjadi pergantian manajer.
2. Income Minimization menurunkan laba Dalam bentuk ini manajer akan menurunkan laba untuk
tujuan tertentu, misalnya: untuk tujuan penghematan kewajiban pajak yang harus dibayar perusahaan kepada pemerintah. Karena
semakin rendah laba yang dilaporkan perusahaan semakin rendah pula pajak yang harus dibayarkan.
3. Income Maximization meningkatkan laba Dalam bentuk ini manajer akan berusaha menaikkan laba
untuk tujuan tertentu, misalnya: menjelang IPO manajer akan meningkatkan laba dengan harapan mendapatkan reaksi yang
positif dari pasar. 4. Income Smoothing perataan laba
Income smoothing dilakukan dengan meratakan laba yang dilaporkan, dengan tujuan pelaporan eksternal, terutama bagi
investor, karena umumnya investor menyukai laba yang relatif stabil.
8. Mendeteksi Manajemen Laba
Untuk mendeteksi ada tidaknya manajemen laba dilakukan dengan pengukuran atas acruals. Konsep acruals dapat dibedakan
menjadi dua, yaitu discrettionary accruals adalah pengakuan laba atau beban yang bebas, tidak diatur, dan merupakan pilihan kebijakan
manajemen. Untuk menghitung discretionary accruals digunakan model Jones
Decow et al., 1995 dalam Sulistyawan dkk. 2011, dengan langkah- langkah sebagai berikut:
1. MenghitungTotal Accruals TA
Total Accrualperusahaan dihitung dengan rumus sebagai berikut:
TA = Ni
it
-CFO
it
Keterangan: Niit = Net income periode t
CFOit = Cash Flow Operation periode t 2.
Melakukan Uji Regresi Model persamaan regresi sebagai berikut:
Y= a+bX Keterangan:
Y= Kinerja Keuangan X= Manajemen Laba
a= Bilangan konstanta b= Koefisien regresi
3. MenghitungNon Discretionary Accruals NDA
NDA
it
= α1 1TA
-1
+ α2 Δ REVtTA
-1
+ α3 PPEtTA
-1
Keterangan: NDA
it :
Non discretionary accruals pada tahun
t-1
Δ REVt : Perubahan pendapatan perusahaan i dari tahun t-1
ke tahun t PPEt
: Aktiva tetap perusahaan i pada pada tahun t TA
-1
: Total aktiva perusahaan i pada akhir periode t-1
4. MenghitungDiscretionary Accruals DA
DAit=TA
it
TA
it-1
-NDA
it
Keterangan: DA
it
= Discretionary accruals pada periode t NDA
it
= Non discretionary accruals 5.
Membuktikan Praktik Manajemen Laba Hasil pengukuran discretionary accruals menunjukan
manajemen laba. Penelitian ini menggunakan nilai discretionary accrualsuntuk mengukur manajemen laba.
Discretionary accruals yang tinggi atau positif + mengidentifikasi bahwa
manajemen laba dilakukan dengan menaikan laba. Jika hasil pengukuran
discretionary accruals bernilai negatif -,
manajemen laba dilakukan dengan menurunkan laba, sedangkan jikadiscretionary accruals bernilai nol 0 berarti perusahaan
tidak melakukan manajemen laba. Sanjaya, 2008 dalam Liani, 2010.
D. Profitabilitas
Profitabilitas menunjukkan
kemampuan perusahaan
dalam memperoleh laba dalam hubungannya dengan penjualan, total aktiva, dan
ekuitas. Semakin tinggi profitabilitas, maka semakin tinggi efisiensi perusahaan dalam memanfaatkan fasilitas perusahaan Sartono, 2001.
Menurut Kasmir 2011:114, rasio profitabilitas untuk menilai
kemampuan perusahaan dalam mencari keuntungan atau laba dalam suatu periode tertentu. Rasio ini juga memberikan ukuran tingkat
efektivitas manajemen suatu perusahaan yang ditunjukkan dari laba yang dihasilkan dari penjualan atau pendapatan investasi. Rasio yang
digunakan adalah Return On Equity ROE, Return On Investement ROI, Gross Profit Margin GPM, Net Profit Margin NPM,
Operating Profit Margin OPM. 1.
Return On Equity ROE
untuk mengetahui berapa tingkat keuntungan yang diperoleh dari modal yang ditanamkan. ROE
digunakan untuk mengukur kemampuan perusahaan diperoleh laba yang tersedia bagi pemegang sahamnya. Semakin tinggi return atau
penghasilan yang diperoleh semakin baik keadaan perusahaan. Rasio ini juga dipengaruhi oleh proporsi utang perusahaan, apabila utang
perusahaan semakin besar maka rasio ini juga semakin besar Sartono, 2010: 123.
2. Return On Investement ROIuntuk mengetahui tingkat keuntungan
yang diperoleh dengan menggunakan seluruh dana yang ditanamkan dalam aktiva untuk operasi perusahaan. ROI digunakan untuk
mengukur kemampuan perusahaan secara keseluruhan dalam mengahasilakan keuntungan dengan jumlah aktiva yang tersedian di
dalam perusahaan. Misalkan returrn on investement sebesar 5,31 berarti bahwa dengan menggunakan Rp 1.000,- aktiva akan
mengahasilkan laba bersih setelah pajak sebesar Rp 53,10,- Sartono, 2010: 123.
3. Gross Profit Margin GPM untuk mengetahui laba kotor yang
dicapai setiap rupiah penjualan. Rasio ini mengukur berapa rupiah laba sebelum bunga dan pajak yang dihasilkan setiap rupiah
pendapatan. Semakin tinggi laba yang dihasilkan akan semakinn baik atau semakin besar rasio GPM semakin baik keadaan operasi
perusahaan. Rasio ini sangat dipengaruhi oleh harga pokok penjualan. Apabila harga pokok penjualan meningkat maka gross profit margin
akan menurun begitu pula sebaliknya Sartono, 2010:123. 4.
Net Profit Margin NPM untuk memberikan gambaran tentang laba
bersih perusahaan setelah dikurangi pajak yang dicapai pada setiap rupiah penjualan. Margin ini menunjukan perbandingan laba bersih
dengan penjualan. Semakin tinggi net profit margin, semakin baik operasi suatu perusahaan. rasio yang menggambarkan tingkat
keuntungan yang diperoleh perusahaan dibandingkan dengan pendapatan yang diterima dari kegiatan operasionalnya. Menurut
Lukman 2009 : 62 semakin tingggi NPM semakin baik operasi suatu perusahaan.
5. Operating Profit MarginOPM untuk mengetahui laba operasi
perusahaan yang dihasilkan setiap rupiah penjualan. Rasio ini menggambarkan beban-beban operasional perusahaan serta harga
pokok penjualannya. Semakin tinggi OPM akan lebih baik pula operasi suatu perusahaan Lukman, 2009:62.
E. Teori Sinyal Signalling Theory
Teori sinyal didasarkan pada asumsi bahwa informasi yang diterima oleh masing-masing pihak tidak sama. Dengan kata lain, teori
sinyal berkaitan dengan asimetri informasi. Teori sinyal menunjukan adanya asimetri informasi antara manajemen perusahaan dengan pihak-
pihak yang berkepentingan dengan informasi. Teori sinyal mengemukakan tentang bagaimana seharusnya sebuah perusahaan memberikan sinyal
kepada pengguna laporan keuangan Jama’an, 2008. Teori Signal menyatakan bahwa perusahaan yang berkualitas baik dengan sengaja akan
memberikan sinyal pada pasar, dengan demikian pasar diharapkan dapat membedakan perusahaan yang berkualitas baik dan buruk Jogiyanto,
2005. Aktivitas merger dan akuisisi mempunyai nilai informatisi bagi investor atau calon perusahaan pengakuisisi sehingga mempengaruhi
keputusan investasi atau penggabungan usaha dalam bentuk perubahan harga saham karena adanya transaksi yang meningkat atau menurun.
Teori sinyal juga menunjukan adanya informasi asimetri antara manajemen perusahaan dengan pihak-pihak lain investor, broker, dan
yang lainya untuk itu, menejer perlu memberikan informasi yang diperlukan oleh pihak-pihak yang berkepentingan melalui penerbitan
laporan keuangan sehingga, akuisisi dan merger yang dilakukan oleh
manajemen diharapkan dapat direspon positif oleh perusahaan pengakuisisi dalam bentuk penggabungan usaha.
F. Perumusan Hipotesis 1. Hubungan Manajemen Laba dengan Merger dan Akuisisi
Laba merupakan indikator yang dapat digunakan untuk mengukur kinerja operasional perusahaan. Informasi tentang laba
mengukur keberhasilan atau kegagalan bisnis dalam mencapai tujuan operasi yang ditetapkan Parawiyati, 1996. Baik kreditur maupun
investor menggunakan laba untuk mengevaluasi kinerja manajemen, memperkirakan earnings power dan untuk memprediksi laba dimasa
yang akan datang. Praktik manajemen laba yang dilakukan oleh manajer akan
mengakibatkan kualitas laba menjadi rendah. Dua motivasi utama para manajer melakukan manajemen laba, yaitu tujuan oportunis dan
informasi signaling kepada investor. Tujuan oportunitis mungkin dapat merugikan pemakai laporan keuangan karena informasi yang
disampaikan manajemen menjadi tidak akurat dan juga tidak menggambarkan nilai fundamental perusahaan. Sikap oportunis ini
dinilai sebagai
sikap curang
manajemen perusahaan
yang diimplikasikan dalam laporan keuangannya pada saat menghadapi
intertemporal choice kondisi yang memaksa eksekutif tersebut menggunakan keputusan tertentu dalam melaporkan kinerja yang
menguntungkan bagi dirinya sendiri ketika menghadapi situasi
tertentu.Sikap curang tersebut didefinisikan sebagai satu atau lebih tindakan yang disengaja dan didesain untuk menipu orang lain
sehingga menyebabkan hilangnya kekayaan Beneish, 2001 dalam Ifone, 2012. Tujuan informatif signaling kemungkinan besar
membawa dampak yang baik bagi pemakai laporan keuangan. Manajer berusaha menginformasikan kesempatan yang dapat diraih
oleh perusahaan di masa yang akan datang. Sebagai contoh, karena manajer sangat erat kaitanya dengan keputusan yang berhubungan
dengan aktivitas investasi maupun operasi perusahaan, otomatis para manajer memiliki informasi yang lebih baik mengenai prospek
perusahaan masa datang. Oleh karena itu, manajer dapat mengestimasi secara baik laba masa dating dan diinformasikan kepada investor atau
pemakai laporan keuanganlainya. Manajer dapat menggunakan diskresi akrual untuk merefleksikan kinerja perusahaan tersebut
melalui laporan laba Gulet al. 2003 dalam Ifone,2012. Dalam
pelaksanaan merger
dan akuisisi,
perusahaan pengakuisisi berharap laba perusahaannya tinggi dan stabil, sehingga
menarik bagi perusahaan target. Selain itu, laba yang ditunjukan diharapkan dapat mendorong naiknya harga saham, sehingga dapat
mengurangi biaya pembelian perusahaan target. Pendekatan akrual sering digunakan sebagai dasar untuk melakukan manajemen laba,
karena pihak manajemen dapat memberikan kebijakannya dalam laporan keuangan melalui pos akrual tersebut. Keberhasilan