suatu unit usaha dimana manajer bertanggung jawab, tanpa mengakibatkan peningkatan penurunan profitabilitas ekonomi
jangka panjang unit tersebut.
2. Dasar Pemikiran Manajemen Laba.
Berdasarkan penelitian Watts dan Zimmerman 1986,dalam Putra 2011, secara empiris membuktikan bahwa hubungan principal dan
agent sering ditentukan oleh angka akuntansi. Hal ini mendorong agent untuk memikirkan bagaimana angka akuntansi tersebut dapat
digunakan sebagai sarana untuk memaksimalkan kepentingannya. Salah satu bentuk tindakan agent tersebut adalah manajemen laba.
Teknik manajemenlaba earnings management yang dilakukan oleh manajer dapat mempengaruhil aba yang dilaporkan oleh
manajemen. Praktik manajemen laba akan mengakibatkan kualitas laba yang dilaporkan
menjadi rendah. Laba dapat dikatakan berkualitas tinggi apabila laba yang dilaporkan dapat digunakan oleh
para pengguna users untuk membuat keputusan yang terbaik, dan dapat digunakan untuk menjelaskan atau memprediksi harga dan
return saham Bernard danStober, 1998 dalam Putra,2011. Laba terdiri dari komponen arus kas operasi dan accruals total Healy, 1985
dalam Putra 2011. Accruals total terdiri dari discretionary accruals yang merupakan pilihan manajer terhadap konservatisme akuntansi
dan non discretionary accruals yang menggambarkan pengaruh kondisi bisnis perusahaan. Kualitas laba yang diproksi dengan
discretionary accruals menggambarkan bahwa semakin besar nilai discretionary accruals maka semakin besar pula praktik manajemen
laba. Praktik manajemen laba yang besar mengindikasikan kualitas laba yang rendah. Informasi tentang laba perusahaan harus berkualitas
untuk mendukung keputusan investasi yang berkualitas. Laporan keuangan yang berkualitas dalam hal ini kualitas laba diharapkan
dapat membantu para investor dan calon investor untuk membuat keputusan. Kualitas laba menjadi perhatian yang utama bagi para
pengguna laporan keuangan untuk tujuan investasi dan untuk tujuan kontraktual.
Terdapat tiga hipotesis PAT Positive Accounting Theory yang menjadi dasar pemikiran mengenai manajemen laba menurut Watts
dan Zimmerman 1986 dalam Putra 2011: 1.
Hipotesis Bonus Plan. Manajemen akan memilih metode akuntansi yang
memaksimalkan utilitasnya yaitu bonus yang tinggi. Manejer perusahaan yang memberi bonus besar bedasarkan laba lebih
banyak menggunakan metode akuntansi yang meningkatkan laba yang dilaporkan.
2. Debt To Equity Hypothesis.
Bahwa pada perusahaan yang mempunyai rasio debt to equity besar maka manajer perusahaan tersebut cenderung
menggunakan metode akuntansi yang akan meningkatakan pendapatan atau laba.
3. Political Cost Hypothesis
Bahwa pada perusahaan yang besar, yang kegiatan operasinya menyentuh sebagian besar masyarakat akan
cenderung untuk mengurangi laba yang dilaporkan.
3. Sasaran Manajemen Laba
Menurut Ayres 1994:27-29 dalam Ameta 2010 terdapat unsur-unsur laporan keuangan yang dapat dijadikan sasaran untuk
dilakukan manajemen laba yaitu : 1.
Kebijakan Akuntansi Keputusan manajer untuk menerapkan suatu kebijakan
akuntansi yang wajib diterapkan oleh suatu perusahaan, yaitu antara menerapkan akuntansi lebih awal dari waktu yang
ditetapkan atau menundanya sampai saat berlakunya kebijakan tersebut.
2. Pendapatan
Dengan mempercepat
atau menunda
pengakuan akan
pendapatan. 3.
Biaya Menganggap sebagai ongkos beban biaya atau menganggap
sebagai suatu tambahan investasi atas suatu biaya amortize or capitalize of investment.
4. Terjadinya Manajemen Laba.
Menurut Ayres 1994:27-29 dalam Ameta 2010manajemen laba dapat dilakukan oleh manajer dengan cara-cara sebagai berikut:
1. Manajer dapat menentukan kapan waktu akan melakukan
manajemen laba melalui kebijakannya. Hal ini biasanya dikaitkan dengan segala aktivitas yang dapat mempengaruhi
aliran kas dan juga keuntungan yang secara pribadi merupakan wewenang dari para manajer.
2. Keputusan manajer untuk menerapkan suatu kebijakan
akuntansi yang wajib diterapkan oleh suatu perusahaan yaitu antara menerapkan lebih awal atau menunda sampai saat
berlakunya kebijakan tersebut. 3.
Upaya manajer untuk mengganti atau merubah suatu metode akuntansi tertentu dari sekian banyak metode yang dapat dipilih
yang tersedia dan diakui oleh badan akuntansi yang ada GAAP.
5. Motivasi Manajemen Laba
Scott 2000:302 dalam artikel Ameta 2010 mengemukakan beberapa motivasi terjadinya manajemen laba, yaitu:
1. Bonus Purposes Manajer yang memiliki informasi atas laba bersih perusahaan
akanbertindak secara oportunistik untuk melakukan manajemen labadengan memaksimalkan laba saat ini.
2. Political Motivation Manajemen laba digunakan untuk mengurangi laba yang
dilaporkanpada perusahaan
publik. Perusahaan
cenderung mengurangi labayang dilaporkan karena adanya tekanan publik
yang mengakibatkanpemerintah menetapkan peraturan yang lebih ketat.
3. Taxation Motivation Motivasi penghematan pajak menjadi motivasi manajemen laba
yangpaling nyata. Berbagai metode akuntansi digunakan dengan tujuanuntuk penghematan pajak pendapatan.
4. Pergantian CEO CEO yang mendekati masa pensiun akan cenderung
menaikkanpendapatan untuk meningkatkan bonus mereka. Dan jika kinerjaperusahaan buruk, mereka akan memaksimalkan pendapatan
agar tidak diberhentikan. 5. Initial Public Offering IPO
Perusahaan yang akan go public belum memiliki nilai pasar, dan menyebabkan manajer perusahaan yang akan go public melakukan