pada koridor yang mendukung kompetensi inti core competence, Moin, 2003.
d. Motif non-Ekonomi Aktivitas merger dan akuisisi terkadang dilakukan bukan untuk
kepentingan ekonomi saja tetapi juga untuk kepentingan yang bersifat non ekonomi, seperti pretise dan ambisi. Motif non-ekonomi bisa berasal dari
manajemen perusahaan atau pemilik perusahaan. Beberapa motif dalam melakukan merger dan akuisisi dari segi non-ekonomi, Moin, 2003:
1. Hubris Hypotesis Hipotesis ini menyatakan bahwa merger dan akuisisi dilakukan kerena
“ketamakan” dan kepentingan pribadi pada eksekutif perusahaa. Mereka menginginkan ukuran perusahaan yang lebih besar. Dengan
semakin besarnya ukuran perusahaan yang mereka terima, kompensasi yang mereka terima bukan hanya sekedar materi saja
tetapi juga berupa pengakuan, penghargaan dan aktualisasi diri. 2. Ambisi Pemilik
Adanya ambisi dari pemilik perusahaan untuk menguasai berbagai sektor bisnis. Menjadikan aktivitas merger dan akuisisi sebagai
strategi perusahaan untuk menguasai perusahaan-perusahaan yang ada untuk membangun “kerajaan bisnis”. Hal ini biasanya terjadi dimana
pemilik perusahaan memiliki kendali dalam pengambilan keputusan perusahaan.
C. Manajemen Laba 1.
Pengertian Manajemen Laba
Sampai saat ini manajemen laba belum didifinisikan secara akurat dan berlaku secara umum. Scott 1997,dalam Putra 2011,
mendefinisikan manajemen laba sebagai berikut “Given that
managers can choose accounting policies from a set for example, GAAP, it is natural to expect that they will choose policies so as to
maximize their own utility andor the market value of the firm”. Dari definisi
tersebut manajemen
laba merupakan
pemilihan kebijakanakuntansi oleh manajer dari standar akuntansi yang ada dan
secara alamiah dapatmemaksimumkan utilitas mereka dan atau nilai pasar perusahaan.
Menurut Sugiri 1998:1-18 membagi definisi manajemen laba menjadi dua, yaitu:
1. Definisi Sempit.
Manajemen laba dalam hal ini hanya berkaitan dengan pemilihan metode akuntansi. Manajemen laba dalam artian sempit
ini didefinisikan sebagai perilaku manajer untuk bermain dengan komponen discretionary accruals dalam menentukan besarnya
laba. 2.
Definisi Luas. Manajemen
laba merupakan
tindakan manajer
untuk meningkatkan mengurangi laba yang dilaporkan saat ini atas
suatu unit usaha dimana manajer bertanggung jawab, tanpa mengakibatkan peningkatan penurunan profitabilitas ekonomi
jangka panjang unit tersebut.
2. Dasar Pemikiran Manajemen Laba.
Berdasarkan penelitian Watts dan Zimmerman 1986,dalam Putra 2011, secara empiris membuktikan bahwa hubungan principal dan
agent sering ditentukan oleh angka akuntansi. Hal ini mendorong agent untuk memikirkan bagaimana angka akuntansi tersebut dapat
digunakan sebagai sarana untuk memaksimalkan kepentingannya. Salah satu bentuk tindakan agent tersebut adalah manajemen laba.
Teknik manajemenlaba earnings management yang dilakukan oleh manajer dapat mempengaruhil aba yang dilaporkan oleh
manajemen. Praktik manajemen laba akan mengakibatkan kualitas laba yang dilaporkan
menjadi rendah. Laba dapat dikatakan berkualitas tinggi apabila laba yang dilaporkan dapat digunakan oleh
para pengguna users untuk membuat keputusan yang terbaik, dan dapat digunakan untuk menjelaskan atau memprediksi harga dan
return saham Bernard danStober, 1998 dalam Putra,2011. Laba terdiri dari komponen arus kas operasi dan accruals total Healy, 1985
dalam Putra 2011. Accruals total terdiri dari discretionary accruals yang merupakan pilihan manajer terhadap konservatisme akuntansi
dan non discretionary accruals yang menggambarkan pengaruh kondisi bisnis perusahaan. Kualitas laba yang diproksi dengan