4.3.3.3 Jenis Koherensi dalam Karangan Deskripsi Siswa Kelas X Semester
I  SMA  Negeri  I  Oksibil,  Kabupaten  Pegunungan  Bintang,  Papua, Tahun Ajaran 20152016
Dari  lima  belas  jenis  koherensi  adisi,  repetisi,  pronomina,  sinonim, keseluruhan-bagian,
komparasi, penekanan,
kontras, simpulan,
contoh, paralelisme,  kelas-anggota,  waktu,  dan  tempat  hanya  sepuluh  jenis  koherensi
yang  ditemukan  dalam  karangan  para  siswa.  Itu  pun  tidak  semua  karangan menggunakan jenis koherensi yang ada. Berikut ini penjelasannya.
1 Adisi ditemukan dalam semua karangan. Adisi yang sering digunakan ialah
kata
dan
. Kata juga, dan, selanjutnya, digunakan juga dalam karangan, tetapi
dan
yang paling sering muncul. 2
Repetisi  ditemukan  dalam  semua  karangan.  Repetisi  yang  terdapat  dalam karangan deskripsi para siswa tersebut sangat beragam.
3 Pronomina ditemukan dalam semua karangan. Pronomina yang sering muncul
ialah pronomina persona. 4
Sinonim  tidak  ditemukan  dalam  Kr6,  Kr8,  Kr9,  Kr10,  Kr12,  Kr13,  Kr14, Kr15,  Kr16,  Kr18,  dan  Kr19.  Sinonim  tidak  muncul  karena  pengulangan,
pilihan  kata,  dan  pengembangan  ide  yang  tidak  memungkinkan  munculnya sinonim.
5 Keseluruhan-bagian tidak ditemukan dalam Kr3, Kr4, Kr6, Kr11, Kr16. Hal
ini karena pengulangan kata yang sama yang mereka sering gunakan. 6
Penekanan  ditemukan  pada  Kr4,  dan  Kr6.  Banyak  karangan  yang  tidak menggunakan penekanan. Menurut penulis hal ini karena para siswa tersebut
tidak terlalu paham dengan maksud penekanan pada sebuah tulisan.
7 Waktu ditemukan dalam semua karangan karena karangan deskripsi memang
menggunakan dan membutuhkan koherensi waktu. 8
Tempat ditemukan dalam semua karangan karena tempat mempunyai posisi yang  penting  dalam  karangan  dan  sebagai  syarat  kekoherensian  dalam
karangan para siswa tersebut. 9
Koherensi  komparasi  dan  seri  tidak  ditemukan  dalam  semua  karangan. Menurut penulis hal ini karena para siswa tersebut tidak terlalu paham dengan
maksud komparasi dan seri pada sebuah tulisan. 10
Contoh ditemukan dalam semua karangankarena karangan deskripsi memang menggunakan dan membutuhkan koherensi contoh.
4.3.3.4 Pemakaian  Penanda  Koherensi  dalam  karangan  deskripsi  Siswa
Kelas  X  Semester  I  SMA  Negeri  I  Oksibil,  Kabupaten  Pegunungan Bintang, Papua, Tahun Ajaran 20152016
Berdasarkan  hasil  analisis  ditemukan  penggunaan  penanda  koherensi  ada yang  tepat  dan  tidak  tepat.  Penggunaan  penanda  koherensi  yang  tepat  karena
penggunaannya  benar,  sesuai  dengan  kaidah,  menghubungkan  antarkalimat- intrakalimat-paragraf dengan benar, dan penempatannya benar, dapat diterima
secara logis. Penggunaan  penanda  koherensi  tidak  tepat  karena  para  siswa  tersebut
penguasaan  bahasanya  kurang  baik,  pengembangan  tulisannya  sangat  minimalis, pengembangan  ide  atau  gagasan  dalam  tulisan  sangat  minim,  tidak  mengenal
dengan  baik  fungsi  sarana  koherensi  sebagai  syarat  kepaduan  dan  keutuhan wacana,  mengulang  hal  yang  tidak  penting,  dan  penggunaan  penanda
koherensiyang  tidak  sesuai  kaidah.  Berikut  ini  penjelasan  penggunaan  penanda masing-masing jenis koherensi dalam karangan deskripsi.
1 Penggunaan  penanda  adisi  yang  tepat  karena  sesuai  kaidah  dan  diperlukan.
Penggunaan  yang  tidak  tepat  karena  penggunaan  penanda  adisi  membuat karangan menjadi boros, adisi tidak diperlukan, dan tidak sesuai kaidah.
2 Penggunaan penanda repetisi yang tepat karena penggunaan penanda repetisi
benar  dan  diperlukan.  Penggunaan  penanda  repetisi  yang  tidak  tepat  karena penggunaan  repetisi  tidak  diperlukan,  membuat  kalimat  rancu,  dan  tidak
efektif. 3
Penggunaan  penanda  pronomina  tepat  karena  penggunaan  penanda pronomina  diperlukan  dalam  karangan  dan  dapat  diterima.  Penggunaan
penanda  pronomina  tidak  tepat  karena  penempatannya  salah  dan  digunakan secara berlebihan.
4 Penggunaan  penanda  sinonim  sudah  tepat  semua  karena  penggunaannya
benar dan dapat diterima. 5
Penggunaan  penanda  keseluruhan-bagian  sudah  tepat  semua  karena  dapat diterima dan padu.
6 Penggunaan  penanda  penekanan  sudah  tepat  dalam  semua  karangan  karena
menekankan hal yang penting. 7
Penggunaan  penanda  waktu  ada  yang  tepat  dan  ada  yang  tidak  tepat. Penggunaan  yang  tepat  karena  penggunaan  penanda  waktu  benar,  membuat
padu,  dan  dapat  diterima.  Penggunaan  yang  tidak  tepat  karena penggunaannya salah, membuat karangan rancu, dan tidak sesuai kaidah.
8 Penggunaan penanda tempat dalam karangan tepat karena penggunaan tempat
memang  dibutuhkan  dan  membuat  karangan  padu.  Penggunaan  yang  tidak tepat karena penggunaan penanda tempat berlebihan dan tidak dibutuhkan.
9 Penggunaan penanda seri dalam karangan ada yang tepat dan ada yang tidak
tepat.  Penggunaan  penanda  seri  yang  tidak  tepat  karena  sering  digunakan berlebihan, membuat karangan rancu, dan tidak diperlukan.
Berdasarkan  hasil  penelitian,  peneliti  menemukan  semua  kohesi  dalam karangan  yang diteliti. Kohesi  gramatikal meliputi referensi,  substitusi,  kolokasi,
elipsis,  dan  konjungsi.  Kohesi  leksikal  meliputi  hiponim,  repetisi,  sinonim, antonim,  dan  ekuivalensi.  Koherensi  yang  tidak  ditemukan  meliputi  komparasi,
kontras,  simpulan,  paralelisme,  dan  kelas-anggota.  Koherensi  yang  ditemukan meliputi  adisi,  repetisi,  pronomina,  sinonim,  keseluruhan-bagian,  penekanan,
contoh,  waktu,  tempat.  Jadi,  peneliti  dapat  menjawab  rumusan  masalah  pertama dan kedua. Peneliti telah mencapai tujuan pertama dan kedua dalam penelitian ini.
Penggunaan  penanda  kohesi  dan  koherensi  dalam  karangan  deskripsi  siswa tersebut ditemukan penggunaan yang tidak tepat. Hal ini menurut peneliti karena
kurangnya  pemahaman  akan  pentingnya  kohesi  dan  koherensi  dalam  sebuah tulisan, pola pikir  yang berbeda dan eksekusi penulisan para  siswa tersebut  yang
sangat  berbeda,  kurang  mampu  mengembangkan  ide  dengan  baik,  kemampuan membaca  yang  masih  kurang  berimbas  pada  kemampuan  menulis  yang  juga
sangat  minim,  dan  pemilihan  kata  dalam  karangan  sangat  terbatas.  Hal  ini  dapat dilihat  dalam  karangan  yang  sering  terjadi  pengulangan  hal  yang  sama,  padahal