mereka melihat sendiri objek yang diceritakan penulis secara keseluruhan sebagai sesuatu yang dialami secara fisik oleh penulis.
Secara rinci suatu karangan dapat dikatakan sebagai karangan deskripsi apabila melukiskan atau menggambarkan suatu objek dengan utuh. Bertujuan
untuk menciptakan kesan atau pengalaman pada diri pembaca agar seolah-olah mereka melihat, merasakan secara langsung. Contoh karangan deskripsi berikut.
1 Wanita itu tampaknya tidak jauh usianya dari dua puluh tahun. Mungkin ia
lebih tua, tapi pakaian dan lagak-lagaknya mengurangi umurnya. Paras cantiknya. Hidung bangur dan matanya berkilauan seperti mata seorang
india. Tahi lalat di atas bibirnya dan rambutnya yang ikal berlomba -lomba menyempurnakan kecantikan itu. Nasucha, Yakub, dkk, 2009: 49.
Contoh potongan wacana di atas adalah contoh karangan deskripsi. Setiap kalimat menggambarkan secara detail wajah seorang wanita.
2.2.2 Wacana
Menurut Mulyana 2005: 1, wacana adalah unsur kebahasaan yang relatif paling kompleks dan paling lengkap. Dalam ilmu linguistik wacana dimengerti
sebagai satuan lingual yang berada di atas tataran kalimat Stubbs, 1983: 10 dan McHoul, 1994: 940. Wacana berada pada posisi tertinggi, di bawahnya terdapat
satuan-satuan bahasa seperti fona, fonem, kata, frasa, klausa dan kalimat. Wacana adalah satuan bahasa yang terlengkap dan tertinggi atau terbesar di
atas klausa atau kalimat dengan kohesi dan koherensi tinggi yang berkesinambungan yang mempunyai awal dan akhir yang nyata dan disampaikan
secara lisan atau tertulis Tarigan, 2009: 26. Definisi lain dari wacana menurut
Anton. M. Moeliono 1988: 334, adalah rentetan kalimat yang berkaitan, yang menghubungan proposisi yang satu dengan yang lainnya dalam kesatuan makna.
Berdasarkan pendapat para ahli yang beraneka ragam, dapat disederhanakan bahwa wacana adalah suatu unsur kebahasaan secara tertulis yang menduduki
tataran paling tinggi dari satuan-satuan bahasa seperti fona, fonem, morfem, kata, frasa, klausa, dan kalimat serta saling berkesinambungan antara kalimat-kalimat
yang menyusun suatu wacana sehingga pembaca mampu memahami makna yang disampaikan penulis dalam wacana tersebut.
Unsur pembeda antara bentuk wacana dengan bentuk bukan wacana adalah pada ada tidaknya satuan makna yang dimilikinya. Ketika seseorang di suatu
warung ma kan mengatakan : “
soto, es jeruk, dua
”, ungkapan itu dapat dimaknai sebagai wacana karena mengandung keutuhan makna yang lengkap. Keutuhan itu
tersirat dalam hal: 1 urutan kata ditata secara teratur, 2 makna dan amanatnya berkesinambungan, 3 diucapkan di tempat yang sesuai, 4 antara penyapa dan
pesapa saling dapat memahami maknanya. Selain ada kesatuan makna, suatu wacana jug harus menciptakan keutuhan
yang saling berhubungan. Sejalan dengan pandangan bahwa bahasa terdiri dari bentuk
form
dan makna
meaning
, sehingga hubungan antarbagian wacana dapat dibedakan menjadi dua jenis, yaitu hubungan bentuk yang disebut kohesi
dan hubungan makna atau hubungan semantis yang disebut koherensi. Dalam hal ini, untuk menghasilkan wacana yang kohesif, maka diperlukan keefektifan
kalimat, ekonomis dalam penggunaan bahasa, dan mencapai aspek kepaduan wacana. Disamping itu untuk menghasilkan wacana yang koherensi tidak hanya
dilihat dari bentuk luarnya saja, namun juga didukung oleh gagasan yang memiliki hubungan makna. Pada bagian berikutnya akan dijelaskan mengenai
kohesi dan koherensi.
2.2.3 Kohesi
Dalam pembahasan di awal telah disinggung bahwa wacana terdiri atas kalimat-kalimat dalam hal ini kohesi merupakan aspek formal bahasa dalam
wacana. Untuk menciptakan keutuhan bagian-bagian wacana harus berhubungan. Hubungan antarbagian wacana salah satunya dipengaruhi oleh kohesi. Penulis
mengutip dari dua ahli, yaitu sebagai berikut. Pengertian kohesi menurut Baryadi 2002: 17, kohesi berkenanaan dengan
hubungan bentuk antara bagian-bagian dalam suatu wacana. Pengertian kohesi menurut Tarigan 2009: 93, kohesi adalah organisasi sintaksis, merupakan wadah
kalimat-kalimat yang disusun secara padu dan padat untuk menghasilkan tuturan. Berdasarkan pendapat dari kedua ahli di atas dapat disimpulkan bahwa kohesi
adalah hubungan bentuk antara bagian-bagian wacana yang terangkai dalam satu kesatuan yang saling terkait dalam hal ini, suatu wacana dapat dikatakan kohesif
apabila terdapat kesesuaian secara bentuk bahasa. Kohesi dalam suatu wacana sangatlah penting. Kohesi memberikan rasa padu antara kalimat yang satu dengan
kalimat lainnya dalam satu paragraf dalam wacana. Berdasarkan perwujudan lingualnya, Halliday dan Hassan 1976:4
mengemukakan bahwa unsur-unsur kohesi wacana dapat dibagi menjadi dua jenis, yaitu unsur kohesi gramatikal dan unsur kohesi leksikal.
2.2.3.1 Kohesi Gramatikal
Kohesi gramatikal adalah keterkaitan gramatikal tata bahasa antara bagian- bagian wacana Baryadi, 2002: 18. Kohesi gramatikal dapat dibagi menjadi 1
referensi penunjukan, 2
substitution
penggantian, 3
elipsis
pelepasan, dan konjungsi.
A.
Referensi penunjukan
Referensi penunjukan adalah bagian kohesi gramatikal yang berkaitan dengan penggunaan kata atau kelompok kata untuk menunjuk kata atau kelompok
kata atau satuan gramatikal lainnya M. Ramlan, 1993: 12. Dalam bahasa Indonesia, baik penunjukan anaforis maupun kataforis, ditunjukan oleh kata-kata
yang bersifat deiktis. Kata deiktis yaitu kata yang referennya berpindah-pindah atau berganti-ganti tergantung pada konteksnya. Berdasarkan arah penunjukannya,
kohesi penunjukan dapat dibagi menjadi dua jenis yaitu penunjukan anaforis dan kataforis.
a Penunjukan Anaforis
Referensi penunjukan anaforis ditandai oleh adanya konstituen yang menunjuk konstituen disebelah kiri Baryadi, 2002: 18. Dengan kata lain
referensi anaforis menunjuk pada konstituen sebelum kata yang ditunjuk. Referensi anaforis ditunjuk oleh kata
itu, ini, begini, begitu, tersebut, di atas, demikian
. Contoh referensi anaforis dapat dicermati pada paragraf berikut.
2 Banyak orang percaya bahwa wanita sudah sewajarnya hidup dilingkungan
rumah tangga. Tugas yang diberikan kepada mereka adalahmelahirkan dan membesarkan anak-anak dilingkungan rumah tangga, serta memasak dan
memberi perhatian kepada suaminya. Tugas itu bukanlah tugas yang mudah bagi wanita.
Pada contoh di atas tampak bahwa kata itu dalam paragraf tersebut berfungsi
sebagai kohesi penanda penunjuk anaforis. Kata
itu
menunjuk pada kalimat sebelumnya, yaitu tugas wanita dalam lingkungan rumah tangga.
b Referensi Kataforis
Referensi kataforis ditandai oleh adanya konstituen yang mengacu kepada konstituen yang di sebelah kanan Baryadi, 2002: 19. Dengan kata lain referensi
kataforis mengacu pada konstituen sesudah kata yang menunjuk. Referensi kataforis ditunjukan oleh kata
berikut, berikut ini, yakni, yaitu
. Contoh referensi kataforis dapat dilihat pada contoh berikut.
3 Berdasarkan penelitian dan pembahasan, maka dapat ditarik kesimpulan
sebagai berikut.
a. Pupuk menjadi bagian penting dalam bidang pertanian.
b. Pemeliharaan tanaman tergantung banyak faktor.
Mulyana, 2005:27
Kata
berikut
pada kalimat di atas menunjuk pada hal-hal lain yang akan dijelaskan sudahnya, yaitu pada poin a dan b.
B. Substitusi Penggantian
Penggantian substitusi adalah proses dan hasil penggantian unsurbahasa oleh unsur lain ke dalam satuan yang lebih besar Mulyana, 2005: 28. Subtitusi
digunakan supaya tidak terjadi pengulangan kata, frasa atau kalimat yang sama, yang membuat tulisan tidak efektif. Penyulihan suatu unsur wacana dengan unsur
lain yang diacuannya tetap sama dalam hubungan antarbentuk kata atau bentuk lain yang lebih besar dari kata, seperti frase atau klausa Halliday dan Hassan,
1979: 88; Quirk, 1985: 863 dalam Rani dkk, 2005: 105. Berikut adalah contoh substitusi.