Konsep Sepatu BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Pada bab tinjauan pustaka berisi studi pustaka terhadap buku, artikel, jurnal ilmiah, penelitian sebelumnya yang berkaitan dengan topik penelitian. Uraian tinjauan pustaka diarahkan untuk menyusun kerangka pemikiran atau konsep yang akan digunakan dalam penelitian.

2.1. Konsep Sepatu

Pengertian sepatu menurut Basuki dan Indrati 1984, sepatu adalah pemakaian untuk kaki, sedang kaki adalah anggota badan yang hidup dan bergerak, dengan bentuk yang asimetris pada struktur dan gerakannya. Gerakan kaki adalah gerak yang komplek dari banyak tulang yang saling berhubungan, oleh karena itu dalam membuat sepatu tidak boleh sembarangan, harus mengikuti aturan-aturan yang ilmiyah dan teknologi tertentu sehingga basil sepatu yang diperoleh bisa cocok dan enek dipakai pada kaki. Sedangkan sepatu olahraga adalah sepatu yang dikenakan oleh olaragawan pada waktu berolahraga yang terbuat dari kulit, karet, plastik atau tekstil Anonimus, 1980

2.1.1 Timbulnya sepatu

Menurut Basuki 1984, untuk mengetahui dasar bentuk-bentuk sepatu kita tidak dapat terlepas dari sejarah perkembangan sepatu. Sepatu pada awal perkembangannva adalah sebagai suatu “Protection of the foot” penjagaan terhadap kaki dari serangan iklim dan rasa sakit karena menginjak suatu benda. Hak Cipta © milik UPN Veteran Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

2.1.2 Fungsi Sepatu

Menurut Thornson 1953, menyatakan bahwa sepatu mempunyai kegunaan untuk melindungi bagian kaki telapak kaki dari segala macam gangguan dari permukaan tanah pada waktu orang sedang berjalan atau gangguan iklim serta udara buruk disekelilingnya yang tidak menguntungkan.

2.1.3 Perkembangan Sepatu

Menurut Basuki 1984, sepatu yang pada awalnya berfungsi sebagai penjagaan terhadap kaki dari serangan iklim dan rasa sakit karena menginjak suatu benda, yang kemudian berkembang menjadi salah satu pelengkap pakaian manusia dan juga untuk menaikkan derajat atau status, kemudian hilang, demikian seterusnya, sehingga apabila diamati, bentuk-bentuk sepatu tidak akan terhitung jumlahnya. Tetapi apabila sejarah perkembangan sepatu itu dipelajari secara teliti dan mendalam, maka pada dasarnya bentuk-bentuk sepatu hanya terdiri dari 2 dua type dasar, yaitu sandal dan moccasin. Sejarah timbulnya sepatu pada awal perkembangannya, dimulai dari 2 dua daerah perkembanga area, yaitu 1. Area Mediterania Asia tengah 2. Area Eropa Perbedaan daerah asal - usul sepatu ini disebabkan karena faktor-faktor perbedaan iklim, yaitu iklim tropika dan iklim dingin. Orang Asia membutuhkan sepatu untuk melindungi kaki dari serangan panas matahari dan kerikil-kerikil, sehingga mereka kebanyakan memakai sandal. Berbeda dengan di eropa Hak Cipta © milik UPN Veteran Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber. mereka membutuhkan sepatu untuk melindungi kaki dari serangan iklim salju, hawa-hawa yang buruk, sehingga kebanyakan mereka memakai sepatu yang tertutup moccasin

2.1.4 Prinsip Desain

Menurut Atisah 1991, ada 5 lima prinsip desain yang perlu diperhatikan oleh para desainer dalam mendesain sepatu, yaitu 1. Kesederhanaan Yang pertama sekali harus diperhatikan dalam mendesain, ialah kesederhanaan. Dalam hal ini kesederhanan yang dimaksud ialah pertimbangan- pertimbangan yang mengutamakan pengertian dlam bentuk yang inti prinsipal. Segi-segi yang menyangkut gebyar wujudnya seperti antara lain kemewahan bahan, keanggotaan struktur, kerumitan hiasan dan lain-lain sebaiknya disisihkan. Hanya kalau benar-benar perlu atau mutlak diperlukan barulah segi- segi yang bukan termasuk inti itu diperhitungkan. 2. Keselarasan Dalam pengertian yang pokok, keselarasan berarti kesan kesesuaian antara bagian yang satu dengan bagian yang lain dalam suatu benda, atau antara benda yang satu dengan benda yang lain yang dipadukan, atau juga antara unsur yang satu dengan unsur yang lainnya pada suatu susunan komposisi, ketidakselarasan dapat mengundang kesan kurang pada penampilan benda dan juga memungkinkan timbulnya rasa kurang nyaman dalam memanfaatkan benda itu Hak Cipta © milik UPN Veteran Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber. 3 . Irama Keselarasan yang baik dapat menimbulkan kesan gerak gemulai yang menggabung dari bagian yang satu dengan bagian yang lain, pada suatu benda atau dari unsur yang satu keunsur yang lain dalam sebuah susunan atau komposisi. Keselarasan yang jelek akan menimbulkan kesan gerak yang kacau atau simpangsiur. Kesan gerak yang ditimbulkan oleh keselarasan harmoni dan ketidakselarasan kontras lazim disebut irama. Irama adalah untaian kesan gerak yang ditimbulkan oleh unsur-unsur yang dipadukan secara berdampin g an dan secara keseluruan dalam komposisi. 4. Kesatuan yang terpadu Suatu benda hendaknya dapat mengesankan adanya kesatuan yang terpadu unitnya. Bentuk suatu benda akan tampak utuh, kalau bagian yang satu dengan bagian yang lain secara selaras, bentuknya akan tampak “terbela” apabila masing-masing bagian muncul sendiri-sendiri, tidak kompak satu sama lain. Apalagi dalam suatu komposisi, kekompakan antara benda atau unsur yang situ harus saling mendukung benda atau unsur yang lainnya, kalau tidak rnaka komposisi itu akan terasa kacau dan berantakan. 5. Keseimbangan Keseimbangan merupakan suatu prinsip desain yang paling banvak menurut kepekaan perasaan. Dalam menyusun benda atau unsur rupa, faktor keseimbangan akan sangat menentukan nilai artisik dari komposisi yang dibuat itu. Hak Cipta © milik UPN Veteran Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber. Usaha untuk mencapai keseimbangan merupakan sentuhan terakhir finishing touch dalam suatu komposisi. Hal ini berarti bahwa perangkai benda atau penyusun komposisi harus mengkontrol susunan benda atau unsur rupa tersebut secara keseluruan sebagai satu kesatuan secara cermat dan penuh perasaan. Tujuannya ialah agar rangkaian atau komposisi yang dibuat itu tidak terasa berat sebelah. Keseimbangan balance tidak lain adalah kesan yang dapat memberikan rasa pas dalam menikmati hasil rangkaian atau komposisi unsur rupa Dalam merangkai benda atau membuat komposisi unsur rupa, keseimbangan dapat diciptakan dengan cara membubuhkan aksen pada bagian yang terasa ringan, misalnya dengan memasukan warna yang lebih menyala pada bagian tersebut.

2.1.5 Komponen Sepatu

Menurut Basuki dan lndrati 1984, apabila dilihat secara detail maka sebuah sepatu merupakan satu unit yang terdiri dari beberapa bagian yang dirakit menjadi satu, dengan bentuk dan mode yang bermacam-rnacam. Dilihat dari letak dan cara mengerjakannya maka sepatu dapat dibagi dalam 2 dua bagian, yaitu 1. Mukaan, kudungan Upper Shoes Adalah bagian sepatu yang terletak disebelah atas, merupakan bagian sepatu yang menutupi atas dan samping kaki dan biasanya disebut sebagai vamp dan quarter Vamp adalah atasan sepatu depan muka dari tempat lidah throat kemuka sampai pada bagian ujung toe bergerak kesamping berbatasan Hak Cipta © milik UPN Veteran Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber. dengan kedua ujung quarter. Sedangkan quarter adalah atasan sepatu belakang, terdiri atas quarter samping luar dan quarter samping dalam. 2. Bawahan Bottom Bagian bottom atau pengesolan adalah bagian yang mengalasi sepatu. Bagian ini adalah bagian yang benar-benar mendapatkan tekanan dari berat tubuh, oleh karena itu bahan-bahan yang dipakai berbeda dengan bahan untuk mukaan. Anonimus 1985, menyatakan bahwa bagian-bagian sepatu terdiri dari : a. Bagian Atasan 1. Bagian depan Vamp 2. Bagian belakang Quarter 3. Bagian lidah Tongue 4. Bagian bias Back Stay 5. Pengeras ujung Toe Puff 6. Pengeras belakang Stiffener 7. Pelapis Living 8. Mata ayam Eyelets 9. Tali sepatu Lace 10. Benang jahit Thread 11. Binding Hak Cipta © milik UPN Veteran Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber. b.Bagian Bawah 1. Sol dalam In Sol 2. Sol 1uar Out Sol 3. Foxing 4. Tatakan Sock Lining

2.1.6 Bahan Sepatu

Menurut Basuki, DA dan Indrati, N 1984. Bahan yang digunaka dalam membuat sepatu terdiri dari : 1. Kulit Leather Berasal dari binantang yang diambil dari : a. Binatang menyusui binatang peliharaan misalnya sapi, domba, kambing, babi, kerbau, kuda, biri-biri. b . Binatang liar, seperti : kangguru, kijang, anjing laut, tupai, musang. c . Reptil, seperti : ular, buaya, katak. d. Burung dan Ikan, seperti : burung unta, ikan hiu, ikan pari. 2. Tekstil fabrik Adalah kain hasil tenunan yang berasal dari sumber alam, yang terdiri dari dua macam : a.Berasal dari tumbuh-tumbuhan, seperti : kapas cotton, Boni jute, rams flon, serat nanas hemp. b.Berasal dari binatang, seperti : sutera, wol bulu domba c.Sintetis syntetic adalah basil buatan manusia, bahan-bahannya terbuat dari: Hak Cipta © milik UPN Veteran Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber. • Esyen, kain yang dibuat dari bahan celulosc filement. • Nylon, dari mesin pabrik kain rajut. • PVC, bahan dari Poly Vinyl Cloride. Bahan pembantu menurut Miller 1978 1. Lem Adhesive Seperti ; lem latex, reupr nce descunwl cement, lem karet dan sago. 2. Benang jahit Dibedakan menjadi jahit ata an dan benang jahit bawahan. Bahan- bahannya dapat dari cotton, nylon ,mupun rami. 3. Paku tack Dibedakan menjadi : paku open, paku hak, paku kayu, dan paku kuningan. 5. Malam wax Terdiri dari : malam putih dan malam hitam

2.1.7 Proses Produksi Sepatu

Secara garis besar, proses produksi pembuatan sepatu terbagi atas 3 tahap, dimana 3 tahapan tersebut harus dilakukan Secara berurutan. Dengan adanya proses produksi tersebut, berarti proses produksi pembuatan sepatu bersifat flowshop. Tahapan proses pembuatan sepatu adalah sebagai berikut: 1. Proses pemotongan Cutting Proses pemotongan bahan adalah proses yang mengawali dalam pembuatan sepatu. Dalam proses ini diperlukan ketepatan. kecepatan serta Hak Cipta © milik UPN Veteran Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber. penghernatan bahan. Didalam proses pembuatan sepatu terdiri dari 2 dua bahan yaitu bahan kulit dan non kulit. Pada saat pemotongan bahan dari kulit harus memperhatikan garis ketegangan kulitnya. Ini berfungsinya untuk dapat mempertahankan bentuk selama proses pembuatan dan pemakaian line of fightness, sedang untuk bahan non kulit memakai sistem searah dengan benang lungsi wrap, selain itu tetak dari pada pisau potong harus saling mengisi dan menutup interlocking 2. Proses penjahitan stitching Proses ini merupakan proses lanjutan dari tahap pemotongan bahan. Bagian ini adalah bagian yang merakit serta menjahit komponen-komponen atasan sepatu sehingga menjadi satu kesatuan yang disebut atasan Upper. Dalam merakit dan menjahit diperlukan kecermatan dan ketelitian. Dalam hal penyambungan dan penggabungan antara dua komponen yang akan Jarak jahitan dengan tepi bahan harus sesuai, jarak benang jahit harus dan tidak ada jahitan yang meloncat, sehingga jahitan rapat. Sebelum proses penjahitan, pemasangan pengeras untuk toe cap dilakukan terlebih dahulu, pengeras ini terbuat dari soft rubber sheet. Setelah itu komponen dijahit, sebelum komponen dijahit perlu dirakit dahulu yaitu ditempel dengan menggunakan lem dengan tujuan untuk menempakan posisi sambungan dan sekaligus memudahkan dalam penjahitan. Untuk Komponen yang letaknya dibawah atau ditumpangi dengan komponen lain maka perlu dlberi tanda yaitu untuk menentukan letak jahitan agar kedua komponen dapat terjahit menjadi satu. Setelah semua komponen dijahit dan sudah menjadi Hak Cipta © milik UPN Veteran Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber. atasan maka selanjutnya diberi pengeras belakang dengan mengunakan bahan dari chemichal sheet. 3. Proses perakitan atasan Upper dan Bawahan Bottom Merupakan proses terakhir dalam pembuatan sepatu, dimana proses tersebut dilakukan pada bagian Assembly. Departemen Assembly ini dibagi menjadi 3 tiga tahapan yaitu a. Proses lasting Adalah proses memasukkan acuan pada atasan sepatu. Proses lasting ini dibagi menjadi 3 tiga tahapan, yaitu 1. Persiapan • Mempersiapkan acuan yang telah dipasangi in sole dengan cara di steples. Pemasangan in sole ke acuan harus sesuai dengan ukuran acuan dan uppernya, • Mempersiapkan upper 2. Pengeleman in sole dengan upper In sole yang sudah di steples dengan acuan kemudian diberi lem sidebar 2 cm keliling. Lem yang digunakan adalah campurn dari lem MC dan latek. Setelah keduanya diberi Lem, dimasukkan kedalam alat pemanas dengan suhu 60° C — 70° C alat ini berfungsi untuk mengaktifkan lem tersebut. Hak Cipta © milik UPN Veteran Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber. 3. Pengopenan dan Pelastingan Setelah proses pengeleman selesai dan lem sudah aktif, proses berikutnya yaitu pengopenan atasan sepatu dengan acuan Upper dinaikkan keatas dengan bantuan lengan. Dalam proses pengopenen ini terbagi menjadi 3 tahapan , yaitu • Yang pertama kali di open adalah bagian depan atau toe dengan menggunakan mesin Hydraulic toe lasting machine dengan lama pengopenan 7 detik. • Kemudian pengopenan kedua yaitu pengopenan bagian samping dengan menggunakan mesin Hydraulic lasting machine lama pengopenanya adalah 7 detik • Pengopenan yang terakhir yaitu pengopenan bagian tumit dengan menggunakan mesin Hydraulic heel lasting machine selama 7 detik. b. Proses Cemeting Yaitu proses perakitan antara atasan dan bawahan dengan menggunakan lem. Proses ini dibagi menjadi 8 delapan tahapan, yaitu: 1. Penandaan atau marking pada Upper Penandaan dilakukan dengan cara hasil pengopenan dimasukkan kedalam out sole, kemudian penandaan pada upper dibuat dengan tinta perak Penandaan ini dimaksudkan agar dalam pengulasan lem tidak melewati batas out sole. Selain itu dalam penandaan yang harus diperhatikan juga adalah apakah antara bagian depan dan bagian belakang sudah bagus, benar dan sesuai. Hak Cipta © milik UPN Veteran Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber. 2. Pengulasan primer Pada bagian outsole yang terbuat dari rubber diulasi lem primer. Demikian juga pada bagian upper. Pada upper yang diulasi lem adalah bagian samping dan depan, kemudian dimasukkan kemesin pemanas dengan suhu 60°C untuk membantu mengeringkan lem primer. 3. Pengeleman I Pada pengeleman pertama lem yang digunakan adalah lem fox 39 A dicampur dengan dusmodur 7071. Lem ini diulaskan pada bagian upper. Cara pengulasannya dengan bantuan sikat pengulas. Didalam pengeleman pertama ini lem jangan sampai melewati marking. Pada sol luar juga diulasi lem secara tipis dan merata. Kemudian diletakkan diatas conveyor dan masuk kemesin pemanas dengan suhu 75° C selama 12-15 menit. 4. Pengeleman II Lem yang digunakan pada pengeleman II juga sama dengan pengeleman I. Pengeleman ini adalah pengeleman yang menentukan rekat tidaknya lem pada saat direkatkan antara upper dan bottom. Setelah keduanya diulasi lem diletakkan diatas conveyor dan masuk kemesin pemanas dengan suhu 75°C selama 12 -15 menit. Setelah lem benar-benar kering, baru kemudian out sol direkatkan dengan upper yang telah teropen tadi. 5. Pengepresan I Setelah out sole dan Upper direkatkan ; proses selanjutnya yaitu pengepresan dengan mesin press yang disebut Sok Laving Press dengan masing-masing tekanan sebagai berikut Hak Cipta © milik UPN Veteran Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber. Tekanan Ujung : 40-45 Kgcm 2 dalam waktu 12 detik Tekanan belakang :40-45 Kgcm 2 dalam waktu 12 detik Tekanan samping :45 Kgcm 2 dalam waktu 12 detik Tekanan atas : 45 Kgcm 2 dalam waktu 12 detik Hasil press diletakkan diatas conveyor 6. Injeksi Pada pengepresan pertama ada bagian-bagian yang belum rnerekat atau masih terbuka. Hal ini disebabkan kurang ratanya lem sehingga diperlukan pengeleman tambahan atau injeksi. Injeksi dilakukan dengan cara Untuk bagian-bagian yang masih membuka diberi Iem yaitu dengan disuntikkan pada bagian yang masih membuka tersebut. Kemudian diletakkan diatas conveyor dan masuk kemesin pemanas dengan suhu 60°C selama 7 menit. Pemanasan ini berfungsi untuk mengaktifkan lem tersebut. 7. Pengepresan II Karena masih ada lem tambahan maka diperlukan juga pengepresan lI. tujuan dari pengepresan ini adalah untuk memperkuat pengeleman tambahan sehingga tidak ada lagi yang membuka. 8. Pendinginan Setelah proses pengepresan dilanjutkan proses pendinginan menggunakan mesin shiner. Fungsi dari pendinginan ini adalah untuk membekukan semen setelah proses pemanasan supaya bentuk sepatu tidak berubah, suhu ruangan pendingin 13°C selama 5 menit. Hak Cipta © milik UPN Veteran Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber. c Proses Finishing Proses finishing adalah proses terakhir dalam pembuatan sepatu atau bisa disebut penyempurnaan hasil sepatu jadi yang. termasuk dalam proses finishing adalah 1. Cabut Acuan Pada waktu akan mencabut acuan yang perlu diperhatikan adalah pengkait atau Velcro yang masih merekat dibuka terlebih dahulu, agar acuan mudah dicabut, kemudian acuan dicabut dengan cara lubang yang ada pada bagian belakang acuan dimasuki besi yang sudah siap untuk mencabut acuan, kemudian sepatu ditarik, didalam menarik sepatu harus hati-hati jangan sampai merubah bentuk sepatu. 2 . Pemasangan tatakan atau sockliner Setelah acuan dicabut proses berikutnya adalah pemasangan sockliner. pada sol bagian dalam diulasi lem latek, begitu juga sockliner diulasi lem MC, kemudian didiamkan selama 2 - 3 menit sampai kering, kemudian sockliner ditempelkan pada sol dalam belakang, kemudian tengah dan terakhir pada bagian depan, untuk memperkuat pemgeleman dilakukan pengepresan terhadap sol dalam, dengan menggunakan mesh press sol 3. Pengkilapan sepatu Karena salah satu dari komponen sepatu adalah emboss maka perlu dikilapkan , hingga tampak bersinar dan bercahaya yaitu dengan cairan SBP. Dan sebelum masuk ke pengepakan sepatu perlu disikat supaya bersih dan juga diberi label harga. Hak Cipta © milik UPN Veteran Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber. 4. Masukan Kertas Penahan Kertas penahan ini mempunyai fungsi untuk menjaga agar waktu sepatu di rak tidak berubah bentuk dan posisinya. Cara memasukkan keras penahan ini adalah kertas print paper diremas dengan tangan kemudian dimasukkan kedalam sepatu bagian ujung, karena dengan lengan tidak bisa maksimal dalarn menekan keujung, maka menggunakan alat bantu untuk mendorong ke ujung yaitu alat yang terbuat dari kayu yang tumpul. 5 . Pembungkusan Sepatu Sepatu dibungkus dengan kertas tipis dan dimasukkan kedalam kardus, didalam setiap kardus diberi pengawet sepatu. 6 . Pengepakan Sepatu yang telah dimasukkan kedalam kardus dan lengkap dengan informasinya mengenai warna, ukuran, model kemudian dimasukkan kedalam karton box, setiap box berisi 20 pasang sepatu dan siap untuk dikirim.

2.2 Konsep Lean Konsep lean adalah sekumpulan peralatan dan metode yang dirancang