BAB II TINJAUAN PUSTAKA
Pada bab tinjauan pustaka berisi studi pustaka terhadap buku, artikel, jurnal ilmiah, penelitian sebelumnya yang berkaitan dengan topik penelitian.
Uraian tinjauan pustaka diarahkan untuk menyusun kerangka pemikiran atau
konsep yang akan digunakan dalam penelitian.
2.1. Konsep Sepatu
Pengertian sepatu menurut Basuki dan Indrati 1984, sepatu adalah pemakaian untuk kaki, sedang kaki adalah anggota badan yang hidup dan
bergerak, dengan bentuk yang asimetris pada struktur dan gerakannya. Gerakan kaki adalah gerak yang komplek dari banyak tulang yang saling
berhubungan, oleh karena itu dalam membuat sepatu tidak boleh sembarangan, harus mengikuti aturan-aturan yang ilmiyah dan teknologi tertentu sehingga basil
sepatu yang diperoleh bisa cocok dan enek dipakai pada kaki. Sedangkan sepatu olahraga adalah sepatu yang dikenakan oleh olaragawan
pada waktu berolahraga yang terbuat dari kulit, karet, plastik atau tekstil Anonimus, 1980
2.1.1 Timbulnya sepatu
Menurut Basuki 1984, untuk mengetahui dasar bentuk-bentuk sepatu kita tidak dapat terlepas dari sejarah perkembangan sepatu. Sepatu pada awal
perkembangannva adalah sebagai suatu “Protection of the foot” penjagaan terhadap kaki dari serangan iklim dan rasa sakit karena menginjak suatu benda.
Hak Cipta © milik UPN Veteran Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.
2.1.2 Fungsi Sepatu
Menurut Thornson 1953, menyatakan bahwa sepatu mempunyai kegunaan untuk melindungi bagian kaki telapak kaki dari segala macam
gangguan dari permukaan tanah pada waktu orang sedang berjalan atau gangguan iklim serta udara buruk disekelilingnya yang tidak menguntungkan.
2.1.3 Perkembangan Sepatu
Menurut Basuki 1984, sepatu yang pada awalnya berfungsi sebagai penjagaan terhadap kaki dari serangan iklim dan rasa sakit karena menginjak
suatu benda, yang kemudian berkembang menjadi salah satu pelengkap pakaian manusia dan juga untuk menaikkan derajat atau status, kemudian hilang, demikian
seterusnya, sehingga apabila diamati, bentuk-bentuk sepatu tidak akan terhitung jumlahnya. Tetapi apabila sejarah perkembangan sepatu itu dipelajari secara teliti
dan mendalam, maka pada dasarnya bentuk-bentuk sepatu hanya terdiri dari 2 dua type dasar, yaitu sandal dan moccasin.
Sejarah timbulnya sepatu pada awal perkembangannya, dimulai dari 2 dua daerah perkembanga area, yaitu
1.
Area Mediterania Asia tengah
2.
Area Eropa Perbedaan daerah asal - usul sepatu ini disebabkan karena faktor-faktor
perbedaan iklim, yaitu iklim tropika dan iklim dingin. Orang Asia membutuhkan sepatu untuk melindungi kaki dari serangan panas matahari dan kerikil-kerikil,
sehingga mereka kebanyakan memakai sandal. Berbeda dengan di eropa
Hak Cipta © milik UPN Veteran Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.
mereka membutuhkan sepatu untuk melindungi kaki dari serangan iklim salju, hawa-hawa yang buruk, sehingga kebanyakan mereka memakai sepatu yang
tertutup moccasin
2.1.4 Prinsip Desain
Menurut Atisah 1991, ada 5 lima prinsip desain yang perlu diperhatikan oleh para desainer dalam mendesain sepatu, yaitu
1. Kesederhanaan
Yang pertama sekali harus diperhatikan dalam mendesain, ialah kesederhanaan. Dalam hal ini kesederhanan yang dimaksud ialah pertimbangan-
pertimbangan yang mengutamakan pengertian dlam bentuk yang inti prinsipal. Segi-segi yang menyangkut gebyar wujudnya seperti antara lain kemewahan
bahan, keanggotaan struktur, kerumitan hiasan dan lain-lain sebaiknya disisihkan. Hanya kalau benar-benar perlu atau mutlak diperlukan barulah segi-
segi yang bukan termasuk inti itu diperhitungkan. 2.
Keselarasan Dalam pengertian yang pokok, keselarasan berarti kesan kesesuaian antara
bagian yang satu dengan bagian yang lain dalam suatu benda, atau antara benda yang satu dengan benda yang lain yang dipadukan, atau juga antara
unsur yang satu dengan unsur yang lainnya pada suatu susunan komposisi, ketidakselarasan dapat mengundang kesan kurang pada penampilan benda dan
juga memungkinkan timbulnya rasa kurang nyaman dalam memanfaatkan benda itu
Hak Cipta © milik UPN Veteran Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.
3
.
Irama Keselarasan yang baik dapat menimbulkan kesan gerak gemulai yang
menggabung dari bagian yang satu dengan bagian yang lain, pada suatu benda atau dari unsur yang satu keunsur yang lain dalam sebuah susunan atau
komposisi. Keselarasan yang jelek akan menimbulkan kesan gerak yang kacau atau simpangsiur. Kesan gerak yang ditimbulkan oleh keselarasan harmoni
dan ketidakselarasan kontras lazim disebut irama. Irama adalah untaian kesan gerak yang ditimbulkan oleh unsur-unsur yang
dipadukan secara berdampin
g
an dan secara keseluruan dalam komposisi. 4. Kesatuan yang terpadu
Suatu benda hendaknya dapat mengesankan adanya kesatuan yang terpadu unitnya. Bentuk suatu benda akan tampak utuh, kalau bagian yang satu
dengan bagian yang lain secara selaras, bentuknya akan tampak “terbela” apabila masing-masing bagian muncul sendiri-sendiri, tidak kompak satu sama
lain. Apalagi dalam suatu komposisi, kekompakan antara benda atau unsur yang situ harus saling mendukung benda atau unsur yang lainnya, kalau tidak
rnaka komposisi itu akan terasa kacau dan berantakan. 5. Keseimbangan
Keseimbangan merupakan suatu prinsip desain yang paling banvak menurut kepekaan perasaan. Dalam menyusun benda atau unsur rupa, faktor
keseimbangan akan sangat menentukan nilai artisik dari komposisi yang dibuat itu.
Hak Cipta © milik UPN Veteran Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.
Usaha untuk mencapai keseimbangan merupakan sentuhan terakhir finishing touch dalam suatu komposisi. Hal ini berarti bahwa perangkai benda
atau penyusun komposisi harus mengkontrol susunan benda atau unsur rupa tersebut secara keseluruan sebagai satu kesatuan secara cermat dan penuh
perasaan. Tujuannya ialah agar rangkaian atau komposisi yang dibuat itu tidak terasa berat sebelah. Keseimbangan balance tidak lain adalah kesan yang dapat
memberikan rasa pas dalam menikmati hasil rangkaian atau komposisi unsur rupa Dalam merangkai benda atau membuat komposisi unsur rupa, keseimbangan
dapat diciptakan dengan cara membubuhkan aksen pada bagian yang terasa ringan, misalnya dengan memasukan warna yang lebih menyala pada bagian
tersebut.
2.1.5 Komponen Sepatu
Menurut Basuki dan lndrati 1984, apabila dilihat secara detail maka sebuah sepatu merupakan satu unit yang terdiri dari beberapa bagian yang dirakit
menjadi satu, dengan bentuk dan mode yang bermacam-rnacam. Dilihat dari letak dan cara mengerjakannya maka sepatu dapat dibagi dalam 2 dua bagian, yaitu
1. Mukaan, kudungan Upper Shoes Adalah bagian sepatu yang terletak disebelah atas, merupakan bagian
sepatu yang menutupi atas dan samping kaki dan biasanya disebut sebagai vamp dan quarter
Vamp adalah atasan sepatu depan muka dari tempat lidah throat kemuka sampai pada bagian ujung toe bergerak kesamping berbatasan
Hak Cipta © milik UPN Veteran Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.
dengan kedua ujung quarter. Sedangkan quarter adalah atasan sepatu belakang, terdiri atas quarter samping luar dan quarter samping dalam.
2. Bawahan Bottom Bagian bottom atau pengesolan adalah bagian yang mengalasi sepatu.
Bagian ini adalah bagian yang benar-benar mendapatkan tekanan dari berat tubuh, oleh karena itu bahan-bahan yang dipakai berbeda dengan bahan untuk
mukaan. Anonimus 1985, menyatakan bahwa bagian-bagian sepatu terdiri dari :
a. Bagian Atasan 1.
Bagian depan Vamp 2.
Bagian belakang Quarter 3.
Bagian lidah Tongue 4.
Bagian bias Back Stay 5.
Pengeras ujung Toe Puff 6.
Pengeras belakang Stiffener 7.
Pelapis Living 8.
Mata ayam Eyelets 9.
Tali sepatu Lace 10.
Benang jahit Thread 11.
Binding
Hak Cipta © milik UPN Veteran Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.
b.Bagian Bawah 1.
Sol dalam In Sol 2.
Sol 1uar Out Sol 3.
Foxing 4.
Tatakan Sock Lining
2.1.6 Bahan Sepatu
Menurut Basuki, DA dan Indrati, N 1984. Bahan yang digunaka dalam membuat sepatu terdiri dari :
1. Kulit Leather Berasal dari binantang yang diambil dari :
a.
Binatang menyusui binatang peliharaan misalnya sapi, domba, kambing, babi, kerbau, kuda, biri-biri.
b .
Binatang liar, seperti : kangguru, kijang, anjing laut, tupai, musang.
c .
Reptil, seperti : ular, buaya, katak.
d.
Burung dan Ikan, seperti : burung unta, ikan hiu, ikan pari. 2. Tekstil fabrik
Adalah kain hasil tenunan yang berasal dari sumber alam, yang terdiri dari dua macam :
a.Berasal dari tumbuh-tumbuhan, seperti : kapas cotton, Boni jute, rams flon, serat nanas hemp.
b.Berasal dari binatang, seperti : sutera, wol bulu domba c.Sintetis syntetic adalah basil buatan manusia, bahan-bahannya terbuat
dari:
Hak Cipta © milik UPN Veteran Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.
•
Esyen, kain yang dibuat dari bahan celulosc filement.
•
Nylon, dari mesin pabrik kain rajut.
•
PVC, bahan dari Poly Vinyl Cloride. Bahan pembantu menurut Miller 1978
1.
Lem Adhesive Seperti ; lem latex, reupr nce descunwl cement, lem karet dan sago.
2.
Benang jahit Dibedakan menjadi jahit ata an dan benang jahit bawahan. Bahan-
bahannya dapat dari cotton, nylon ,mupun rami.
3.
Paku tack Dibedakan menjadi : paku open, paku hak, paku kayu, dan paku
kuningan. 5. Malam wax
Terdiri dari : malam putih dan malam hitam
2.1.7 Proses Produksi Sepatu
Secara garis besar, proses produksi pembuatan sepatu terbagi atas 3 tahap, dimana 3 tahapan tersebut harus dilakukan Secara berurutan. Dengan
adanya proses produksi tersebut, berarti proses produksi pembuatan sepatu bersifat flowshop. Tahapan proses pembuatan sepatu adalah sebagai berikut:
1. Proses pemotongan Cutting Proses pemotongan bahan adalah proses yang mengawali dalam
pembuatan sepatu. Dalam proses ini diperlukan ketepatan. kecepatan serta
Hak Cipta © milik UPN Veteran Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.
penghernatan bahan. Didalam proses pembuatan sepatu terdiri dari 2 dua bahan yaitu bahan kulit dan non kulit. Pada saat pemotongan bahan dari kulit harus
memperhatikan garis ketegangan kulitnya. Ini berfungsinya untuk dapat mempertahankan bentuk selama proses pembuatan dan pemakaian line of
fightness, sedang untuk bahan non kulit memakai sistem searah dengan benang lungsi wrap, selain itu tetak dari pada pisau potong harus saling mengisi dan
menutup interlocking 2. Proses penjahitan stitching
Proses ini merupakan proses lanjutan dari tahap pemotongan bahan. Bagian ini adalah bagian yang merakit serta menjahit komponen-komponen
atasan sepatu sehingga menjadi satu kesatuan yang disebut atasan Upper. Dalam merakit dan menjahit diperlukan kecermatan dan ketelitian. Dalam hal
penyambungan dan penggabungan antara dua komponen yang akan Jarak jahitan dengan tepi bahan harus sesuai, jarak benang jahit harus dan tidak ada
jahitan yang meloncat, sehingga jahitan rapat. Sebelum proses penjahitan, pemasangan pengeras untuk toe cap
dilakukan terlebih dahulu, pengeras ini terbuat dari soft rubber sheet. Setelah itu komponen dijahit, sebelum komponen dijahit perlu dirakit dahulu yaitu
ditempel dengan menggunakan lem dengan tujuan untuk menempakan posisi sambungan dan sekaligus memudahkan dalam penjahitan. Untuk Komponen
yang letaknya dibawah atau ditumpangi dengan komponen lain maka perlu dlberi tanda yaitu untuk menentukan letak jahitan agar kedua komponen dapat
terjahit menjadi satu. Setelah semua komponen dijahit dan sudah menjadi
Hak Cipta © milik UPN Veteran Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.
atasan maka selanjutnya diberi pengeras belakang dengan mengunakan bahan dari chemichal sheet.
3. Proses perakitan atasan Upper dan Bawahan Bottom Merupakan proses terakhir dalam pembuatan sepatu, dimana proses
tersebut dilakukan pada bagian Assembly. Departemen Assembly ini dibagi menjadi 3 tiga tahapan yaitu
a. Proses lasting Adalah proses memasukkan acuan pada atasan sepatu. Proses lasting ini
dibagi menjadi 3 tiga tahapan, yaitu 1. Persiapan
• Mempersiapkan acuan yang telah dipasangi in sole dengan cara di steples. Pemasangan in sole ke acuan harus sesuai dengan ukuran acuan
dan uppernya, • Mempersiapkan upper
2. Pengeleman in sole dengan upper In sole yang sudah di steples dengan acuan kemudian diberi lem
sidebar 2 cm keliling. Lem yang digunakan adalah campurn dari lem MC dan latek.
Setelah keduanya diberi Lem, dimasukkan kedalam alat pemanas dengan suhu 60° C — 70° C alat ini berfungsi untuk mengaktifkan lem
tersebut.
Hak Cipta © milik UPN Veteran Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.
3. Pengopenan dan Pelastingan Setelah proses pengeleman selesai dan lem sudah aktif, proses
berikutnya yaitu pengopenan atasan sepatu dengan acuan Upper dinaikkan keatas dengan bantuan lengan. Dalam proses pengopenen ini
terbagi menjadi 3 tahapan , yaitu
•
Yang pertama kali di open adalah bagian depan atau toe dengan menggunakan mesin Hydraulic toe lasting machine dengan lama
pengopenan 7 detik.
•
Kemudian pengopenan kedua yaitu pengopenan bagian samping dengan menggunakan mesin Hydraulic lasting machine lama
pengopenanya adalah 7 detik
•
Pengopenan yang terakhir yaitu pengopenan bagian tumit dengan menggunakan mesin Hydraulic heel lasting machine selama 7 detik.
b. Proses Cemeting Yaitu proses perakitan antara atasan dan bawahan dengan menggunakan
lem. Proses ini dibagi menjadi 8 delapan tahapan, yaitu: 1. Penandaan atau marking pada Upper
Penandaan dilakukan dengan cara hasil pengopenan dimasukkan kedalam out sole, kemudian penandaan pada upper dibuat dengan tinta perak
Penandaan ini dimaksudkan agar dalam pengulasan lem tidak melewati batas out sole. Selain itu dalam penandaan yang harus diperhatikan juga
adalah apakah antara bagian depan dan bagian belakang sudah bagus, benar dan sesuai.
Hak Cipta © milik UPN Veteran Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.
2. Pengulasan primer Pada bagian outsole yang terbuat dari rubber diulasi lem primer. Demikian
juga pada bagian upper. Pada upper yang diulasi lem adalah bagian samping dan depan, kemudian dimasukkan kemesin pemanas dengan suhu
60°C untuk membantu mengeringkan lem primer.
3.
Pengeleman I Pada pengeleman pertama lem yang digunakan adalah lem fox 39 A
dicampur dengan dusmodur 7071. Lem ini diulaskan pada bagian upper. Cara pengulasannya dengan bantuan sikat pengulas. Didalam pengeleman
pertama ini lem jangan sampai melewati marking. Pada sol luar juga diulasi lem secara tipis dan merata. Kemudian diletakkan diatas conveyor
dan masuk kemesin pemanas dengan suhu 75° C selama 12-15 menit.
4.
Pengeleman II Lem yang digunakan pada pengeleman II juga sama dengan pengeleman I.
Pengeleman ini adalah pengeleman yang menentukan rekat tidaknya lem pada saat direkatkan antara upper dan bottom. Setelah keduanya diulasi
lem diletakkan diatas conveyor dan masuk kemesin pemanas dengan suhu 75°C selama 12 -15 menit. Setelah lem benar-benar kering, baru kemudian
out sol direkatkan dengan upper yang telah teropen tadi. 5.
Pengepresan I Setelah out sole dan Upper direkatkan
;
proses selanjutnya yaitu pengepresan dengan mesin press yang disebut Sok Laving Press dengan
masing-masing tekanan sebagai berikut
Hak Cipta © milik UPN Veteran Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.
Tekanan Ujung : 40-45 Kgcm
2
dalam waktu 12 detik Tekanan belakang
:40-45 Kgcm
2
dalam waktu 12 detik Tekanan samping
:45 Kgcm
2
dalam waktu 12 detik Tekanan atas
: 45 Kgcm
2
dalam waktu 12 detik Hasil press diletakkan diatas conveyor
6. Injeksi Pada pengepresan pertama ada bagian-bagian yang belum rnerekat atau
masih terbuka. Hal ini disebabkan kurang ratanya lem sehingga diperlukan pengeleman tambahan atau injeksi. Injeksi dilakukan dengan cara Untuk
bagian-bagian yang masih membuka diberi Iem yaitu dengan disuntikkan pada bagian yang masih membuka tersebut. Kemudian diletakkan diatas
conveyor dan masuk kemesin pemanas dengan suhu 60°C selama 7 menit. Pemanasan ini berfungsi untuk mengaktifkan lem tersebut.
7. Pengepresan II Karena masih ada lem tambahan maka diperlukan juga pengepresan lI.
tujuan dari pengepresan ini adalah untuk memperkuat pengeleman tambahan sehingga tidak ada lagi yang membuka.
8. Pendinginan Setelah proses pengepresan dilanjutkan proses pendinginan menggunakan
mesin shiner. Fungsi dari pendinginan ini adalah untuk membekukan semen setelah proses pemanasan supaya bentuk sepatu tidak berubah, suhu
ruangan pendingin 13°C selama 5 menit.
Hak Cipta © milik UPN Veteran Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.
c Proses Finishing Proses finishing adalah proses terakhir dalam pembuatan sepatu atau bisa
disebut penyempurnaan hasil sepatu jadi yang. termasuk dalam proses finishing adalah
1. Cabut Acuan Pada waktu akan mencabut acuan yang perlu diperhatikan adalah pengkait
atau Velcro yang masih merekat dibuka terlebih dahulu, agar acuan mudah dicabut, kemudian acuan dicabut dengan cara lubang yang ada pada bagian
belakang acuan dimasuki besi yang sudah siap untuk mencabut acuan, kemudian sepatu ditarik, didalam menarik sepatu harus hati-hati jangan
sampai merubah bentuk sepatu.
2 .
Pemasangan tatakan atau sockliner Setelah
acuan
dicabut proses berikutnya adalah pemasangan sockliner. pada sol bagian dalam diulasi lem latek, begitu juga sockliner diulasi lem MC,
kemudian didiamkan selama 2 - 3 menit sampai kering, kemudian sockliner ditempelkan pada sol dalam belakang, kemudian tengah dan terakhir pada
bagian depan, untuk memperkuat pemgeleman dilakukan pengepresan terhadap sol dalam, dengan menggunakan mesh press sol
3.
Pengkilapan sepatu Karena salah satu dari komponen sepatu adalah emboss maka perlu
dikilapkan , hingga tampak bersinar dan bercahaya yaitu dengan cairan SBP. Dan sebelum masuk ke pengepakan sepatu perlu disikat supaya bersih dan
juga diberi label harga.
Hak Cipta © milik UPN Veteran Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.
4.
Masukan Kertas Penahan Kertas penahan ini mempunyai fungsi untuk menjaga agar waktu sepatu di
rak tidak berubah bentuk dan posisinya. Cara memasukkan keras penahan ini adalah kertas print paper diremas dengan tangan kemudian dimasukkan
kedalam sepatu bagian ujung, karena dengan lengan tidak bisa maksimal dalarn menekan keujung, maka menggunakan alat bantu untuk mendorong ke
ujung yaitu alat yang terbuat dari kayu yang tumpul.
5 .
Pembungkusan Sepatu Sepatu dibungkus dengan kertas tipis dan dimasukkan kedalam kardus,
didalam setiap kardus diberi pengawet sepatu.
6 .
Pengepakan Sepatu yang telah dimasukkan kedalam kardus dan lengkap dengan
informasinya mengenai warna, ukuran, model kemudian dimasukkan kedalam karton box, setiap box berisi 20 pasang sepatu dan siap untuk
dikirim.
2.2 Konsep Lean Konsep lean adalah sekumpulan peralatan dan metode yang dirancang