2.3 Six Sigma
Six Sigma merupakan suatu alat atau metode yang sistematis yang digunakan untuk perbaikan proses dan pengembangan produk baru yang
berdasarkan pada metode statistik dan metode ilmiah untuk mengurangi jumlah cacat yang telah didefinisikan oleh konsumen. Six Sigma lahir dalam Motorola
pada tahun 1979 diluar keputusasaan dengan masalah kualitas dan mengenai atau mengacu pada enam standar deviasi huruf Y
unani, sigma σ digunakan oleh ahli statistik sebagai simbol standar deviasi. Pada dasarnya pelanggan akan puas
apabila mereka menerima nilai sebagaimana yang mereka harapkan. Apabila produk barang danatau jasa diproses pada tingkat kualitas Six Sigma,
perusahaan boleh mengharapkan 3,4 kegagalan per sejuta kesempatan atau Defect Per Million Opportunity DPMO atau mengharapkan bahwa 99,99966 dari apa
yang diharapkan pelanggan akan ada dalam produk itu. Dengan demikian Six Sigma dapat dijadikan ukuran target kinerja sistem industri tentang bagaimana
baiknya suatu proses transaksi produk antara pemasok industri dan pelanggan pasar. Semakin tinggi target sigma yang dicapai, kinerja sistem industri akan
semakin baik. Konsep dasar dari Six Sigma adalah meningkatkan kualitas menuju tingkat
kegagalan Nol. Dengan kata lain, Six Sigma bertujuan untuk mengurangi terjadinya cacat dalam suatu proses produksi dengan tujuan akhir adalah
menciptakan kondisi cacat mendekati nol Zero Defect. Cacat Defect sendiri didefinisikan sebagai penyimpangan terhadap spesifikasi yang telah ditentukan
Hak Cipta © milik UPN Veteran Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.
sebelumnya. Menurut Gaspersz 2002, terdapat 6 aspek kunci dalam aplikasi konsep Six Sigma yaitu :
1. Identifikasi pelanggan 2. Identifikasi produk
3. ldentifikasi kebutuhan dalam memproduksi produk untuk pelanggan 4. Definisi proses
5. Menghindari kesalahan dalam proses dan menghilangkan pemborosan 6. Peningkatan proses secara terus menerus menuju target dari konsep ini.
Sedangkan apabila konsep Six Sigma diterapkan dalam bidang manufaktur, terdapat 6 aspek yang harus diperhatikan, yaitu
1. Identifikasi karakteristik produk yang akan memuaskan pelanggan 2. Mengklasifikasikan semua karakteristik kualitas tersehut sebagai Critical-to-
Qualify CTQ individual 3. Menentukan apakah setiap Critical-To-Qualiy CTQ tersebut dapat
dikendalikan melalui pengendalian material, mesin, proses-proses kerja dan lain-lain
4. Menentukan batas maksimum toleransi nilai Batas Spesifikasi Atas dan Batas Spesifikasi Bawah Upper-Specification-LimitUSL dan Lower-Specifcation-
LimitLSL untuk Critical-To-Ouality CTQ sesuai keinginan pelanggan 5. Menentukan maksimum variasi proses untuk setiap Critical-To-Quality CTQ
6. Mengubah desain produk dan atau proses sedemikian rupa agar mampu mencapai nilai target Six Sigma, yang berarti memiliki indeks kemampuan
proses Cpm minimum sama dengan 2 Cpm ≥ 2.
Hak Cipta © milik UPN Veteran Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.
Tingkat Six Sigma sering dihubungkan dengan kapabilitas proses, yang dihitung dalam jumlah cacat per satu juta kesempatan Defect Per Million
Opportunities DPMO. Berapa tingkat pencapaian Sigma sebagai berikut : Tabel 2.3. Pencapaian Tingkat Six Sigma George, 2002
Tingkat Pencapaian Sigma DPMO
Hasil Keterangan
1-Sigma 2-Sigma
3-Sigma 4-Sigma
5-Sigma 6-Sigma
691,462 308,538
66,807 6,210
233 3,4
31 69,2
93,32 99,379
99,977 99,9997
Sangat tidak kompetitif Tidak kompetitif
Standart indonesia Rata-rata USA
Industri kelas dunia
Proses perbaikan dalam Six Sigma dikenal dengan Define, Measure, Analyze,
Improve, Control D-M-A-1-C. Adapun penjelasan mengenai perbaikan Define, Measure, Analyze, Improve, Control D-M-A-1-C adalah sebagai berikut:
Gaspers , 2002 1. Define Tahap Pendefinisian
Tujuan dari Define adalah untuk menjelaskan kepada tim apa yang menjadi tujuan dan memperbaiki pemahaman mereka terhadap nilai potensial dari
proyek. Pada tahap ini kita perlu mendefinisikan beberapa hal yang terkait dengan :
a Kriteria pemilihan proyek Six Sigma, b Peran dan tanggung jawab dari stakeholder dalam proyek Six Sigma,
c Kebutuhan pelatihan untuk personal yang terlibat dalam proyek Six Sigma, d Proses-proses kunci dalam proyek Six Sigma beserta pelanggannya,
e Kebutuhan spesifik dari pelanggan, dan f Pernyataan tujuan proyek Six Sigma
Hak Cipta © milik UPN Veteran Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.
2. Measure Pengukuran Tujuan dari Measure adalah untuk mengumpulkan data yang menggambarkan
kondisi dan tingat masalah yang dihadapi. Dari data yang dikumpulkan tersebut, pertama akan digunakan pada fase ini, dengan sub data yang
dikumpulkan digunakan untuk menegaskan perbaikan pada fase selanjutnya. Terdapat tiga hal pokok yang harus di lakukan dalam tahap Measure M,
antara lain ; a Memilih atau menentukan karakteristik kualitas atau Critical-To-Quality
CTQ kunci yang berhubungan langsung dengan kebutuhan spesifik dari pelanggan
b Mengembangkan suatu rencana pengumpulan data melalui pengukuran yang dapat dilakukan pada tingkat proses, output hasil, danatau outcome
pendapatan c Mengukur kinerja sekarang Current Performance pada tingkat proses,
outtput basil, danatau outcome pendapatan untuk ditetapkan sebagai BaseLine kinerja Performance Baseline atau tingkat kinerja dasar pada
awal proyek Six Sigma. 3. Analyze Penganalisaan
Tujuan dari Analyze adalah untuk membuat suatu pengertian dari informasi yang didapat, untuk kemudian dapat dibuat suatu hubungan sebab akibat dari
informasi tersebut, sehingga dapat dihasilkan target dari cacat, penundaan proses dan lain-lain. Pada tahap ini kita perlu melakukan beberapa hal berikut:
Hak Cipta © milik UPN Veteran Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.
a Menentukan stabilitas Stability dan kabilitaskemampuan Capability dari proses,
b Menetapkan target-target kinerja dari karakteristik kualitas kunci karakteristik kualitas atau Critical-To-Ouality CTQ yang akan
ditingkatkan dalam proyek Six Sigma, c Mengidentifikasikan sumber-sumber dan akar penyebab kecacatan atau
kegagalan, dan d Mengkonversikan banyak kegagalan kedalam biaya kegagalan kualitas
Cost Of Poor Quality 4. Improve Tahap Perbaikan
Pada fase ini dibuat suatu rencana tindakan Action Plan untuk melaksanakan peningkatan kualitas. Six Sigma setelah sumber-sumber dan akar penyebab
masalah kualitas teridentifikasikan, untuk kemudian rencana tersebut di implementasikan.
5. Control Tahap Pengendalian Pada tahap Control ini basil-hasil peningkatan kualitas didokumentasikan dan
disebarluaskan, praktek-praktek terbaik yang sukses dalam meningkatkan proses distandarisasikan dan disebarluaskan,
prosedur-prosedur didokumentasikan dan dijadikan pedoman kerja standar, serta kepemilikan atau
tanggung jawab ditransfer dari Tim Six Sigma kepada pemilik atau penanggung jawab proses, yang berarti proyek Six Sigma berakhir pada tahap ini.
Hak Cipta © milik UPN Veteran Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.
Sembilan langkah pendekatan pada siklus metode DMAIC dalam Six Sigma menurut Honeywell Bussiness In Europe adalah sebagai berikut :
Dijelaskan pula bahwa faktor penentu dalam pelaksanaan Six Sigma ini antara lain
George, 2002 :
l . Pemusatan Pada Pelanggan Customer Centric Pelanggan adalah tujuan utama Six Sigma dimana kualitas dari produk diukur
melalui perspektif pelanggan dengan jalan sebagai berikut : a. Voice Of Customer VOC atau suara pelanggan, menyatakan keinginan
pelanggan. b. Requirement atau permintaan, masukkan dari suara pelanggan VOC
ditransfer secara spesifik dengan elemen yang dapat diukur.
DEFINE
1.Identity opportunities 2.Form Team and scopeproject
8. measure progress and hold gains
9.Acknowledge team and communicate result
6. Prioritize plan and test prosed solution
7. refine and implement solutions
IMPROVE ANALYZE
5. Identity Root Causes and Proposed Solution
MEASURE
3.Analyze the current process 4.Desired Outcome
Gambar Pendekatan siklus DMAIC
Hak Cipta © milik UPN Veteran Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.
c. Critical To Quality CTQ atau karakteristik kualitas, permintaan yang paling penting bagi pelanggan.
d. Defect atau cacat, bagian yang kurang memenuhi spesifikasi. 2. Hasil Dalam Segi Finansial Financial Result
Total Quality Management TQM atau manajemen kualitas total dikenal lebih dulu daripada Six Sigma. Pada manajemen kualitas total sendiri susah
menentukan hal mana yang dijadikan prioritas utama bahkan hampir semua proyek dikerjakan mengenakan biaya pada pelanggan dan penanam saham,
sehingga dapat menghabiskan banyak biaya. Manajemen kualitas total sering dipimpin oleh pihak yang paling kurang pemahamannya terhadap pengendalian
kualitas dan cenderung menemukan cara pengukurannya sendiri. Sedangkan Six Sigma mengakomodasikan penurunan biaya dan kenaikan pendapatan.
3. Kesepakatan Manajemen Management Engagement Pada penerapan Six Sigma ini selain pada proses juga memerlukan perhatian
dan kerja sama pada semua lini manajemen perusahaan. 4. Komitmen Sumber Daya Resources Commitment
Komitmen untuk maju lebih ditekankan daripada jumlah personal yang terlibat dalam implementasi ini.
5. Pelaksanaan Secara Infrastruktur Execution Infrastructure Six Sigma didukung oleh Infrastruktur yang berisi orang-orang dari manajemen
puncak Top Management sampai operasional dimana keseluruhannya memiliki fokus yang sama yaitu kepuasan pelanggan.
Hak Cipta © milik UPN Veteran Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.
2.3.1 Penentuan Kapabilitas Proses
Sebuah proyek Six Sigma dikatakan berhasil dalam peningkatan kualitas apabila terjadi peningkatan kapabilitas proses dalam mcnghasilkan produk menuju
tingkat kegagalan mencapai nol Zero Defect. Dengan demikian konsep perhit- ungan kapabilitas proses sangat penting dalam implementasi konsep perbaikan
dalam fase Improve. Data yang dapat digunakan untuk penentuan kapabilitas proses ada 2 Dua, yaitu :
1. Data Atribut Attributes Data Data atribut merupakan data kualitatif yang dihitung menggunakan daftar
pencacahan atau tally untuk keperluan pencatatan dan analisis. Contoh data atribut karakteristik kualitasitas adalah : ketiadaan label pada kemasan,
banyaknya jenis cacat pada produk, dan lain-lain. 2. Data Variabel Variable Data
Data variabel ini merupakan data kuantitatif yang diukur dengan alat pengukur tertentu untuk keperluan pencatatan dan analisis. Contoh dari data variabel
karakteristik kualitas adalah data diameter, ketebalan produk, ukuran-ukuran berat, panjang, lebar, tinggi, diameter, volume merupakan data variabel.
Hak Cipta © milik UPN Veteran Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.
2.3.2 Penentuan KapabiIitas Proses Untuk Data Variabel
Langkah-langkah untuk menentukan kapabilitas proses untuk data variabel menurut Gasperz 2002 adalah sebagai berikut :
1. Menentukan proses yang ingin diketahui kapabilitasnya. 2. Menentukan nilai batas spesifikasi atas Upper Spesification Limit USL.
3. Menentukan nilai batas spesifikasi bawah Lower Spesification LimitLSL. 4. Menentukan nilai spesifikasi target.
5. Merighitung nilai rata-rata mean dari proses. 6. Meruhitung nilai standar deviasi Standard Deviation dari proses.
7. Menghitung kemungkinan cacat yang berada di atas nilai batas spesifikasi atas atau Upper Spesificution Limit USL per satu juta kesempatan atau cacat per
satu juta kesempatan DPMO. 8. Menghitung kemungkinan cacat yang berada di bawah tidal batas spesifikasi
bawah atau Lower Spesification Limit LSL per satu juta kesempatan atau, cacat per sate juta kesempatan DPMO.
9. Menghitung kemungkinan cacat per satu juta kesempatan DPMO yang dihasilkan oleh proses dengan menambahkan langkah 7 dengan langkah 8.
10. Mengkonversikan Defect Per Million OppertunitDPMO langkah 9 ke dalam nilai sigma.
11. Menghitung kemampuan proses di atas dalam ukuran sigma. 12. Menghitung kapabilitas proses dalam indeks kapabilitas proses.
Misalkan kita akan menentukan kapabilitas proses industri perpipaan jenis tertentu. Berdasarkan kebutuhan pelanggan, diketahui bahwa diameter pipa yang
Hak Cipta © milik UPN Veteran Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.
diinginkan adalah : 40 mm dengan batas toleransi adalah ± 5mm. Pelanggan akan menolak setiap pipa yang diserahkan apabila diketahui berdiameter di atas 45 mm
danatau di bawah 35 mm. Dalam konteks program peningkatan kualitas Six Sigma kita menyatakan bahwa CTQ yang perlu dikendalikan adalah diameter pipa
dengan spesifikasi sebagai berikut : - CTQ Critical-to-Quality: Diameter Pipa
- Spesitikasi Target T = 40 mm - Batas Spesitikasi Atas Upper Specification Limit = USI = 45 mgr.
- Batas Spesitkasi Bawah Lower Specification Limit = LSL = 35 mm Selanjutnya dengan metode pengumpulan data tertentu dan analisis terhadap data
CTQ diameter pipa diketahui bahwa proses pembuatan pipa itu Menghasilkan :
- Nilai rata-rata contoh sample mean : X-bar = 37 mm - Standar deviasi contoh sample stundar deviation : S = 2 mm
Tabel.2.4 Cara Memperkirakan Kapabilitas Proses Untuk Data Variabel CTQ = Diameter pipa dalam satuan pengukuran mm
Langkah Tindakan
Persamaan Hasil
Perhitungan i
Proses apa yang anda ingin tahu? -
Pembuatan pipa 2
Tentukan nilai batas spesifikasi atas upper specification limit
USL 45
3 Tentukan nilai batas spesifikasi atas
lower specification limit LSL
35 4
Tentukan nilai spesifikasi target T
40 mm 5
Berapa nilai rata-rata mean proses X-bar
37 mm 6
Berapa nilai standar deviasi standard deviation dari proses
S 2 mm
7 Hitung kemungkinan cacat yang berada
di atas nilai USL per satu juta kesempatan DPMO
P { z USL-X-bar S } x 1.000.000
32
Hak Cipta © milik UPN Veteran Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.
Catatan :P{z USL-X-barS] x 1.000.000 = P [ z 45-372] x 1.000.000 = P z 4,00 x 1.000.000 = [ 1-P z 4,00} x
1.000.000 = 1-0,999968 x 1.000.000 = 0,000032x 1.000.000 = 32
P z_ LSL-X-barS] x 1.000.000 = P {z _ 35-372] x 1.000.000 P z _ 1,00 x 1.000.000 0,15 865 5 x 1.000.000 =-
158.655 Nilai-nilai peluang kegagalan untuk distribusi normal baku z, diperoleh dari tabel
distribusi normal kumulatif , yang dibangkitkan menggunakan formula normsdistnilai Z pada Microsoft Excel.
Dari Tabel Lampiran angka DPMO 158.687 adalah paling; dekat dengan DPMO = 158.655 pada Nilai Sigma 2,50,
sehingga kita memilih angka ini.
Cpm = USL-LSL{6 {6
} = 10 13 = 1021,63 = 0,46
Dari hasil perhitungan dalam Tabel, kita mengetahui bahwa proses pembuatan produk memiliki kapabilitas proses yang rendah tidak kompetitif Hal ini
ditunjukkan melalui kemampuan proses hanya berada pada tingkat pengendalian kualitas 2,5 Sigma dengan indeks kapabilitas proses yang rendah, yaitu:
= 0,46. Tampak bahwa DPMO masih sangat tinggi, yaitu : 158.687 DPMO. Pada
saat sekarang banyak perusahaan kelas dunia world class companies yang memiliki kapabilitas proses pada tingkat pengendalian kualitas 5-6 Sigma dengan
8 Hitung kemungkinan cacat yang berada
di atas nilai LSL per satu _juta kesempatan DPMO
P { z _ LSL-X-bar S } x 1.000.000
158.655 9
Hitung kemungkinan cacat per satu juta
kesempatan DPMO yang dihasilkan oleh proses di atas
= langkah 7 + langkah 8
158.687 10
Konversi DPMO langkah 9 ke dalam nilai sigma Lihat Tabel Lampiran 7
2,50 11
Hitung kemampuan proses di atas dalam ukuran nilai sigma
Kapabilitas proses adalah 2,50 Sigma
rendah, tidak kompetitif
Cpm = USL – LSL {64X-bar-T2+ S
2
} 12
Hitung kapabilitas proses di atas dalam indeks kapabilitas proses
0,46 rend tidak kompetitif
Hak Cipta © milik UPN Veteran Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.
indeks kapabilitas proses mendekati 2,0; sehingga hanya menghasilkan
kemungkinan kegagalan per satu juta kesempatan di bawah 100 DPMO Dalam program peningkatan kualitas Six Sigma, biasanya dipergunakan
kriteria rule of thumb sebagai berikut: •
2,00 ; maka proses dianggap mampu dan kompetitif perusahaan berkelas dunia.
• antara 1,00-1,99, maka proses dianggap cukup mampu, namun perlu
upaya-upaya giat untuk peningkatan kualitas menuju target perusahaan berkelas dunia yang memiliki tingkat kegagalan nila
yang berada di antara 1,00-1,09 memiliki kesempatan terbaik dalam melakukan program
peningkatan kualitas Six Sigma. •
= 1,00; maka proses dianggap tidak mampu dan tidak kompetitif untuk bersaing di pasar global.
Indeks kapabilitas proses digunakan untuk mengukur tingkat pada mana
suatu output proses berada pada nilai spesifikasi target kualitas T yang diinginkan oleh pelanggan. Semakin tinggi nilai Cpm menunjukkan bahwa output
proses itu semakin mendekati nilai spesifikasi target kualitas T yang diinginkan oleh pelanggan, yang berarti pula bahwa tingkat kcgagalan daro proses semakin
berkurang menuju target tingkat kegagalan nol Zero Defect Oriented. Dengan demikian indikator keberhasilan program peningkatan kualitas Six Sigma dapat
dilihat melalui indeks nilai kapabilitas proses yang semakin meningkat dari
waktu ke waktu.
Hak Cipta © milik UPN Veteran Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.
2.3.3 Penentuan Kapabilitas Proses Untuk Data Atribut
Langkah-langkah untuk menentukan kapabilitas proses untuk data atribut menurut Gaspers: 2002 adalah sebagai berikut :
1. Menentukan proses yang ingin diketahui kapabilitasnya. 2. Menghitung banyak unit transaksi yang dikerjakan melalui proses.
3. Menghitung banyak unit transaksi yang gagal. 4. Menghitung tingkat cacat kesalahan berdasarkan langkah 3 dengan membagi
langkah 3 dengan langkah 2. 5.Menentukan banyaknya karakteristik kualitas CTQ potensial yang dapat
mengakibatkan cacat kesalahan. 6. Mcnghitung pcluang tingkat cacat kesalahan per karakteristik kualitas CTQ
dengan membagi langkah 4 dengan langkah 5. 7. Menghitung kemungkinan carat per sate juta kesempatan DPMO dengan
mengalikan langkah 6 dengan 1 juta. 8. Mengkonversikan carat per satu juta kesempatan DPMO ke dalam nilai
sigma, kemudian membuat keslmpulan. Berikut ini akan dibahas tenting teknik memperkirakan kapabilitas proses
dalam ukuran pencapaian target sigma untuk data atribut data yang diperoleh melaui perhitungan –bukan pengukuran langsung, misalnya: persentase kesalahan,
banyaknya keluhan pelanggan, dan lain-lain. Pada umumnya data atribut hanya memiliki dua nilai yang berkaitan dengan YA atau TIDAK, seperti: sesuai atau
tidak sesuai, puas atau tidak puas, dan lain-lain. Data ini dapat dihitung untuk keperluan pencatatan pencatatan dan analisis.
Hak Cipta © milik UPN Veteran Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.
Misalkan kita akan menentukan kapabilitas proses Billing And Charging dari sebuah perusahaan jasa tertentu. Langkah-langkah penentuan kapabilitas proses
untuk data atribut ditunjukkan dalam Tabel 2.3.
Tabel 2.5 Cara memperkirakan Kapabilitas Proses untuk Data Atribut
Langkah Tindakan
Persamaan Hasil Perhitungan
1 Proses apa yang Anda ingin
mengetahui ? -
Billing and chat-ging 2
Berapa banyak unit transaksi yang dikerjakan melalui proses?
- 1.283 Unit
3 Berapa banyak unit transaksi yang
gagal ? -
145 Unit 4
Hitting tingkat carat kesalahan berdasarkan pada langkah
= langkah 3 langkah 2
0,113 =145 1.283
5 Tentukan banyaknya CTQ potensial
yang dapat mengakibatkan carat kesalahan
.
= banyaknya Karakterlstlk
CTQ 24
6 Hitung peluang tingkat cacat
kesalahan perkarakteristik CTQ - langkah 4
langkah 5 0,004708 = 0,1 13
24 7
Hitung kemungkinan cacat per satu juta kesempatan DPMO
langkah 6 x 1.000.000
4.708 0,004708 X
l .000.000 8
Konversi DPMO langkah 7 ke dalam nilai sigma
- Antara 4,09 - 4,1
9 Kapabilitas nilai sigma
Kapabilitas sigma adalalah 4,10 rata-rata kinerja
industri di amerika serikat
Catatan: CTQ critical-to-quality; DPMO - defects per million opporninines. Contoh : CTQ kesalahan pcngisian formulir, kegiatan, ketiadaan bukti-bukti
keuangan, kesalahan pemasukan input ke dalam komputer, keterlambatan, pemrosesan, dan lain-lain.
Jika pembaca memiliki kalkulator Six Sigma dan di-download secara gratis dari www.spcwizard.com
Hak Cipta © milik UPN Veteran Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.
2.4 Lean Six Sigma