4.
Masukan Kertas Penahan Kertas penahan ini mempunyai fungsi untuk menjaga agar waktu sepatu di
rak tidak berubah bentuk dan posisinya. Cara memasukkan keras penahan ini adalah kertas print paper diremas dengan tangan kemudian dimasukkan
kedalam sepatu bagian ujung, karena dengan lengan tidak bisa maksimal dalarn menekan keujung, maka menggunakan alat bantu untuk mendorong ke
ujung yaitu alat yang terbuat dari kayu yang tumpul.
5 .
Pembungkusan Sepatu Sepatu dibungkus dengan kertas tipis dan dimasukkan kedalam kardus,
didalam setiap kardus diberi pengawet sepatu.
6 .
Pengepakan Sepatu yang telah dimasukkan kedalam kardus dan lengkap dengan
informasinya mengenai warna, ukuran, model kemudian dimasukkan kedalam karton box, setiap box berisi 20 pasang sepatu dan siap untuk
dikirim.
2.2 Konsep Lean Konsep lean adalah sekumpulan peralatan dan metode yang dirancang
untuk mengeliminasi waste, mengurangi waktu tunggu, memperbaiki performance, dan mengurangi biaya William, 2006. Lean adalah suatu upaya
terus-menerus untuk menghilangkan pemborosan waste dan meningkatkan nilai tambah value added produk barang danatau jasa agar memberikan nilai
kepada pelanggan customer value Gaspersz, 2007. Tujuan dari lean adalah untuk mengeliminasi waste semua proses dan memaksimalkan efisiensi proses
Hak Cipta © milik UPN Veteran Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.
Yang, 2005. Lean berfokus pada peningkatan terus-menerus customer value melalui identifikasi dan eliminasi aktivitas-aktivitas tidak bernilai tambah yang
merupakan pemborosan waste. Dimana waste adalah segala aktivitas kerja yang tidak memberikan nilai tambah dalam proses transformasi input menjadi output
sepanjang value stream
2.2.1 Berfikir Lean Lean Thinking
Sistem produksi tradisional dikenal sebagai berkelompok dan mengantri batch and queue, yang berasal dari prinsip skala ekonorni. Pada sistem ini akan
ditemui sebuah kondisi dimana tingkat produksi yang tinggi, pengelompokkan dalam ukuran besar, dan waktu antri yang lama, tanpa adanya penambahan value.
Manajemen ramping Lean Management menekankan pada pengelompokan dalam ukuran kecil dan pada akhirnya menjadi aliran tunggal, seperti halnya pada
sebuah kontrol dalam sistem produksi pull production. Manajemen ramping Lean manageinent juga digunakan dalam kegiatan yang bersifat tambahan dan
tidak langsung pada proses produksi, sebagai contoh, seorang manajer pembelian mendapatkan penghargaan karena mampu mernotong biaya komponen yang
mampu memenui kualitas yang ditekankan pada pengendalian kualitas Nol atau Zero Quality Control ZQC. Sistem pengendalian kualitas Nol meliputi penyebab
kesalahan sumber pemeriksaan secara otomatis dan penghentian operasi secara tepat.
ketika terjadi sebuah kesalahan dan jaminan kualitas susunan Set-up quality Shingo, 1986. Lima tahap proses pemikiran secara ramping Lean
menurut
Hak Cipta © milik UPN Veteran Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.
Ramsey 2002 adalah sebagai berikut,
Identify Value and Value Stream
Eliminasi Waste Non Value Added Pursue Perfection Create Continuous Flow
Help Customer Pull Process Output
Gambar 2. l . Tahap Proses Pemikiran Secara Lean 1.
Pengidentifikasian Nilai dan Aliran proses Identify value and value stream Pada tahap ini diidentifikasi semua langkah yang dibutuhkan untuk
mendesain, memesan dan menghasilkan produk pada seluruh aliran proses untuk mengetahui pemborosan yang tidak memberi nilai tambah.
2. Menciptakan Aliran Yang Berkelanjutan Create Continuous Flow
Pada tahap ini semua tindakan yang memberi nilai tambah dibuat dalam satu aliran yang continuous terus-menerustak terputus.
3. Membantu Pelanggan Menarik Hasil Proses Help Customer full Process.
Output Pada tahap ini bertujuan untuk mengetahui aktifitas-aktifitas penting yang
digunakan untuk membuat atau memenuhi apa yang diinginkan oleh pelanggan.
4. Mengeliminasi Pemborosan Eliminasi Waste Pada tahap ini dilakukan eliminasi terhadap waste yang terjadi. Eliminasi dapat
dilakukan dengan menghilangkan pemborosan dari suatu proses atau dengan meminimasi terjadinya pemborosan seperti meminimasi waktu transportasi.
Hak Cipta © milik UPN Veteran Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.
5. Menuju Penyempurnaan Pursue Perfection Perbaikan yang telah dilakukan sebaiknya dilakukan secara terus-menerus
sehingga pemborosan yang terjadi dapat dihilangkan secara total dari proses yang ada.
Cara terbaik untuk mendeskripsikan Produksi Ramping Lean Production adalah dengan membandingkannya dengan Produksi Spesialis Craft Production
dan Produksi Massa Mass
.
Production. Dimana produksi spesialis menggunakan tenaga kerja yang memiliki keahlian tinggi, alat yang sederhana tapi fleksibel
untuk membuat apa yang diinginkan oleh pelanggan. Sedangkan produksi massa jarang menggunakan tenaga dengan keahlian yang profesional, produk didesain
oleh tenaga kerja yang tidak berpengalaman atau semi skill workers yang cenderung memakan banyak biaya. Produksi Massa cenderung membutuhkan
banyak persediaan tambahan ekstra, pekerja ekstra dan jarak ekstra untuk menjamin produksi berjalan dengan lancar.
Tabel 2.1. Pendeskripsian Produksi Lean Taylor and Brunt, 2001
PRODUKSI SPESIALIS
PRODUKSI MASSA
PRODUKSI LEAN
Tenaga Kerja
Memiliki skill tinggi dalam mendesain, operasi
mesin dan fitting, tenaga Ahli
Tenaga kerja dibagai dalam divisi-divisi,
peningkatan tanggung jawab
Tim kerja yang fleksibel terhadap proses,
peningkatan tanggung jawab pada sernua tenaga
kerja dalam organisasi
Organisasi Terdesentralisasi tetap,
terpusat, parts didesain dan dibuat oleh mesin
shop kecil, dikoordinasi oleh pemilik
Integrasi vertikal, organisasi terpusat,
teknik desain dan Jaringan kerja antara
suplier dengan teknik desain, perbaikan
sepanjang rangkaian penyediaan
produksi pada 1 tempat Alat-alat
Peralatan atau mesin dengan tujuan umum
Mesin Khusus Peralatan atau mesin
dengan tujuan umum Produk
Produksi dengan volume sangat rendah - 1000 atau
lebih rendah per tahunnya Produksi dengan volume tinggi
Siklus hidup produk panjang Siklus hidup produk
mengalami penurunan
Hak Cipta © milik UPN Veteran Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.
Produksi Lean merubah cara orang bekerja tetapi tidak selalu merubah cara berfikir kita. Kebanyakan orang akan mendapatkan pekerjaan mereka lebih
menantang sejalan dengan merebaknya produksi secara ramping. Hal ini akan membuat mereka lebih produktif dan pada saat yang sama mereka mungkin
menemukan bahwa pekerjaannya membuat tertekan karena tujuan dari produksi secara ramping adalah meningkatkan tanggung jawab pada seluruh jenjang
organisasi. Berfikir secara ramping dapat disimpulkan dalam 5 prinsip, yaitu
menetapkan nilai yang tepat pada produk yang spesifik, mengidentifikasikan aliran proses tiap produk, membuat aliran yang bernilai tanpa gangguan.
membiarkan pelanggan menekankan nilai pada produsen untuk mendapatkan kesempurnaan dan terus menerus melakukan perbaikan terhadap pemborosan
yang terjadi. Dengan memahami prinsip-prinsip tersebut dan mengikatnya menjadi satu, manajer dapat menggunakan teknik ramping secara penuh dan
mempertahankannya. Kelima prinsip tersebut dapat dijabarkan sebagai berikut :
1. Kelompokkan apa yang dapat dilakukan untuk menghasilkan nilai Value dari pihak konsumen bukan, dari sisi perusahaan sendiri.
2. Identifikasikan semua langkah yang dibutuhkan untuk mendesain dan menghasilkan produk mulai dari kegiatan yang memherikan nilai tambah
sampai kegiatan yang tidak memberikan nilai tambah.
Hak Cipta © milik UPN Veteran Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.
3. Buat suatu tindakan yang memberikan nilai tambah dalam aliran produksi seperti tanpa adanya kegiatan yang terhenti, jalan yang memutar, aliran
kembali, penggunaan bahan atau penggunaan sisa bahan. 4. Hanya membuat apa yang diinginkan oleh konsumen.
5. Berusaha sebaik mungkin untuk memperbaiki secara terus - menerus pemborosan yang terjadi.
Metode ramping Lean dirintis di Jepang oleh Taichi Onho dan sensei Shigeo Shingo dari Toyota dengan tujuan untuk meminimisasi tujuh aktifitas
pemborosan yaitu : kelebihan produksi, cacat produk, kelebihan persediaan, proses produksi yang tidak tepat, banyaknya kegiatan transportasi material, delay
atau penggunaan waktu yang tidak efisien dan gerakan yang kurang perlu guna mencapai target perusahaan yaitu dengan meningkatkan pelayanan terhadap
konsumen dan meminimasi biaya logistic. Pemikiran dasar yang mendasari kumpulan dan penggunaan dari tool-tool
yang sesuai adalah untuk membantu para peneliti atau para praktisi untuk mengidentifikasikan pemborosan Waste pada aliran proses Value Stream dan
penemuan rute penghilangan yang tepat, atau setidaknya pereduksian dari pemborosan tersebut. Fungsi dari penghilangan pemborosan ini untuk mendorong
persaingan yang bermanfaat didalam organisasi yang dipelopori oleh Chief Engineer Toyota, Taiichi Onho dan sensei Shigeo Shingo yang pada dasarnya
diorientasikan pada produktifitas kualitas. Alasannya adalah bahwa perbaikan produktifitas dari Lean ke perampingan Lean operasi yang dapat membantu
untuk mengetahui lebih jauh pemborosan Waste dan masalah dalam hal kualitas
Hak Cipta © milik UPN Veteran Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.
didalam sistem. Demikian halnya pemecahan secara sistematik pada pemborosan Waste juga merupakan pemecahan secara sistematik pada faktor-faktor yang
mendasari kualitas yang buruk Poor Quality dan sebagai dasar Management Problems atau masalah manajemen.
Menurut Ramsey 2002, proses manufaktur yang bersifat ramping Lean manufacturing merupakan suatu sistem produksi menggunakan energi dan
pemborosan yang sangat sedikit untuk memenuhi apa yang menjadi keinginan konsumen.
Konsep dari lean dapat ditemukan pada sistem produksi Toyota, yang menjadi sebuah model yang sempurna untuk mendukung manajemen secara Lean
Lean management. Tujuan dari manajemen Lean adalah mengeliminasi pemborosan waste atau aktifitas yang tidak bernilai tambah Non Value Adding
Activity dari suatu proses sehingga aktifitas-aktifitas sepanjang aliran proses Value Stream marnpu menghasilkan Value nilai.
2.2.2 Tipe Aktivitas Salah satu proses penting dalam pendekatan lean
adalah mengidentifikasikan aktivitas – aktivitas mana yang memberikan nilai tambah dan
mana yang tidak. Seyogyannya aktivitas – aktivitas yang tidak memberikan nilai tambah dikurangi atau bahkan dihilangkan. Namun sering kali dilapangan terdapat
akrivitas – aktivitas yang sebenarnya tidak memberikan nilai tambah namun tidak bisa dihilangkan. Dalam konteks ini tipe aktivitas dalam organisasi dapat
dibedakan menjadi tiga katagori yaitu Hines dan Taylor, 2000 :
Hak Cipta © milik UPN Veteran Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.
1. Aktifitas Yang Bernilai Tambah Value Adding Activity Aktifitas ini membuat sebuah produk atau jasa menjadi lebih bernilai dimata
pelanggan akhir final customer. Contoh dari aktifitas tipe ini adalah mengubah bijih besi menjadi mobil, mengubah plat baja menjadi tangki baja,
dan sebagainya. 2. Aktifitas Yang Tidak Bernilai Tambah Non Value Adding Activity Merupakan
aktifitas yang tidak membuat sebuah produk atau jasa menjadi lebih bernilai dimata pelanggan akhir dan tidak diperlukan meskipun pada saat itu berada
disekitar proses produksi. Contoh dari aktifitas ini adalah waktu menunggu, penumpukan part atau material, dan lain-lain.
3. Aktifitas Yang Tidak Bernilai Tambah Tetapi Dibutuhkan Necessary
,
Non Value Adding Activity
Aktifitas ini seperti halnya Non Value Adding Activity, akan tetapi merupakan aktifitas yang penting sarnpai proses penyediaan supply process diubah
secara radikal. Aktifitas ini lebih sulit untuk dihilangkan untuk jangka pendek tetapi dapat dihilangkan untuk jangka panjang. Contoh dari aktifitas ini adalah
inspeksi setiap produk pada akhir proses karena menggunakan mesin lama yang tidak reliabel.
2.2.3 Waste atau Pemborosan
Beberapa kategori dari pemborosan atau aktifitas yang tidak memberi nilai tambah beserta alat tool dan metode-metode yang dapat dilakukan untuk
mengeliminasinya, berdasarkan KCGs Master Jargon Chart 2000 dari Lean
Hak Cipta © milik UPN Veteran Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.
adalah sebagai berikut : Tabel 2.2. Kategori Pemborosan Waste atau Non Value Adding Activity
Kategori Pemborosan
Tipe pemborosan
Pendekatan Dengan
Pereduksian Pemborosan
Metode Poin Inti
Lembar Kerja Dasar
Hasil Sang Diharapkan
Orang Proses
Gerakan Waktu
Tunggu Manajemen
Tempat Kerja
Kerja Standar Manajemen
Tempat Kerja • Penyusunan
pemberian nama • Alat-alat
penyusunan • Pedoman kerja
• Efisiensi tenaga kerja
• Memperlihatkan secara nyata
• Pemeriksaan status dalam
hitungan jam • Tim wilayah
• Pertemuan perubahan
• Perencanaan perbaikan
• Cell Suggestion System
• Pelatihan keahlian
• Lembar kerja standar
• Waktu Pengamatan
• Formulir standar • Lembar
kerja kombinasi
• Keseimbangan muatan
kerja • Lembar
target Kaizen
• lembar tindakan
Kaizen • tingkat
efisiensi yang
tinggi, • Keja yang
aman, • Tempat
dengan tingkat
output yang tinggi
Kepemilikan Kerja Tim
Kaizen Pelatihan
Jangka Pendek
20 kunci KCG
Kuantitas Persediaan
Perpindahan Sesuatu
Pembuatan yang terlalu
banyak tepat Waktu
• Pengelompo kan berdasar
level • Kanban
• PengatIlran. segera
• Perawatan pencegahan
• Keseimbangan kerja • Iokasi proses
Kerjajumlah lokasi Kanban
• Analisa perubahan
junlah unit optimum dalam
1 kali produksi • Analisa peta
proses • Lembar kerja standar
• Kombinasi kerja standar
• Lembar keseimbangan
muatan kerja
• Lembar kerja tabel Kanban
• Kapasitas dari proses • Lembar jawab peta
proses • Apa yang
anda butuhkan,
• Kahan anda
butuhkan
Kualitas Perbaikan
cacat Perbaikan
cacat • Pendeteksian
• Peringatan • Peramalan
• Pencegahan • Bantuan
otomatis yang sesuai
• Lembar pemerikasaan
• Modifikasi peralatan
• Lembar kombinasi
kerja standar • Lembar
bukti kesalahan
tindakan • Daftar bukti
kesalahan yang harus
dilakukan Kualitas
bagus
Hak Cipta © milik UPN Veteran Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.
Melalui eliminasi pemborosan Waste ini, Lean menunjukkan kemampuannya yang dapat diaplikasikan dalam sebuah usaha baru tanpa menambah orang, dan
peralatan modal, tanpa mempengaruhi usaha yang ada dan yang tanpa mempekerjakan sumber daya yang ada melebihi kapasitas jumlahnya
2.2.4 Pemetaan Aliran Proses
Manajemen aliran proses merupakan suatu pendekatan strategi dan operasional untuk
mendapatkan, menganalisa,
merencanakan dan mengimlementasikan data dengan perubahan yang efektif di dalam perusahaan
untuk mencapai perusahaan yang ramping Lean. Aliran proses berfokus pada proses yang memberi nilai tambah dan yang tidak memberi nilai tambah. Alasan
yang mendasari pengumpulan dan penggunaan serangkaian alat ini adalah untuk membantu para peneliti atau para praktisi dalam mengidentifikasikan pemborosan
pada individual aliran proses dan mendapatkan jalan yang tepat untuk menghilangkannya. Untuk melakukan pemetaan terhadap aliran informasi dan
material atau produk secara fisik, langkah – langkah yang harus dilakukan adalah sebagai berikut :
a. Mengidentifikasi jenis produk dan jumlah produk yang diinginkan
konsumen, timing munculnya kebutuhan akan produk tersebut, kapasitas dan frekuensi pengirimannya, pengemasannya, serta jumlah persediaan yang
disimpan untuk keperluan konsumen. b.
Selanjutnya menggambarkan aliran informasi dari customer ke supplier yang berisi antara lain : peramalan dan informasi pembatalan supply oleh
Hak Cipta © milik UPN Veteran Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.
customer, orang atau departemen yang memberikan informasi ke perusahaan, berapa lama informasi muncul sampai diproses, informasi apa
yang disampaikan kepada supplier serta pesanan yang disyaratkan. c.
Menggambarkan aliran fisik yang berupa aliran produk dalam perushaan, waktu yang diperlukan, titik terjadinya inventory dan inspeksi, putaran
rework, waktu siklus tiap titik, berapa produk yang dibuat dan dipindah ditiap titik, waktu penyelesaian tiap proses operasi, berapa jam per hari tiap
stasiun kerja beroperasi, berapa banyak produk yang diperiksa di tiap titik, berapa banyak orang yang bekerja di tiap stasiun kerja, waktu berpindah di
tiap stasiun kerja, dimana nventory diadakan dan berpa banyak, serta titik bootleneck yang terjadi.
d. Menghubungkan aliran informasi dan fisik dengan anak panah yang dapat
berisi informasi jadwal yang digunakan, instruksi pengiriman, kapan dan dimana biasanya terjadi masalah dalam aliran fisik.
e. Melengkapi peta atau gambar aliran informasi dan fisik, dilakukan dengan
menambahkan leadtime dan value adding time dibawah gambar yang dibuat.
Hak Cipta © milik UPN Veteran Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.
2.2.5 Big Picture Mapping
Peta gambar besar merupakan sebuah alat yang diadopsi dari sistem roduksi Toyota. Alat ini sangat membantu dalam mengidentifikasikan terjadinya
pernborosan, memvisualisasikan aliran fisik dan aliran informasi maupun hubungan antara keduanya. Pemborosan dapat diketahui dengan mengetahui
aliran fisik dan aliran informasi dari perusahaan dan menggambarkannya dalam satu kesatuan. Untuk menggambarkan Peta Gambar Besar Big Picture Mapping,
terlebih dahulu kita tentukan lambang dari tiap komponen yang ada antara lain : pemasokkonsumen
suppliercustomer, kotak informasi, kotak waktu,
pengerjaan ulang rework, titik persediaan inventory, titik inspeksi, stasiun krja dengan waktu, aliran informasi, aliran fisik, kotak proses stasiun kerja, aliran fsik
antar perusahaan. Adapun simbol-simbol yang digunakan adalah sebagai brikut :
Gambar 2.2. Simbol-simbol Pada Big Picture Mapping Sumber : Value Stream
Management : Strategy and Excellence in the Suppply Chain ,Hines, 2000
Hak Cipta © milik UPN Veteran Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.
2.3 Six Sigma