4.2. Define
Pada tahap ini akan dilakukan identifikasi terhadap permasalahan yang terjadi pada proses produksi produk sepatu kets di PT.CHS Krian. Identifikasi
permasalahan dilakukan dengan penggambaran peta proses utama dari proses produksi yang terjadi. Peta yang digambarkan meliputi peta aliran informasi dan
peta aliran fisik dengan alat penggambaran proses yaitu Big Picture Mapping.
4.2.1. Penggambaran Big Picture Mapping
Big Picture Mapping merupakan suatu alat yang sangat berguna untuk menggambarkan peta proses utama dari proses produksi yang terjadi di PT.CHS
Krian. Dengan membuat Big Picture Mapping juga dapat memberikan kemudahan-kemudahan antara lain :
• Membantu untuk menggambarkan aliran yang ada
• Membantu menemukan lokasi waste
• Menyatukan penerapan dari kelima prinsip lean thinking
• Memperlihatkan hubungan antara sistem informasi dengan aliran fisik
Big Picture Mapping untuk proses produksi produk sepatu kets pada PT. CHS Krian diperlihatkan pada gambar 4.1.
Hak Cipta © milik UPN Veteran Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.
Gambar 4.1. Detail present state map PT. CHS krian Sidoarjo
Hak Cipta © milik UPN Veteran Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.
4.2.2. Aliran Fisik dan Informasi Proses Sistim Produksi
Berdasarkan pada Big Picture Mapping, maka proses produksi produk sepatu di PT. Citra Harapan Semesta Krian dapat dibagi menjadi 4 proses utama,
yaitu proses produksi outsol, proses produksi insol, proses produksi upper dan proses Assembly. Masing – masing proses tersebut terapat sub – sub proses yang
dapat di jelaskan sebaai berikut. A. Produksi Outsol
A1. Proses pemasakan mixing bahan baku material yang sebelumnya telah dicampur sesuai komposisi di masukkan dalam tabung mesin kneeder
untuk di proses, dikerjakan di area kerja outsol, dilaksanakan + 22 menit A2. Proses roll sulfur bahan material yang masih mentah raw material di
kenakan proses roll untuk memberi bentuk raw material menjadi kepingan yang lebih kecil. Sekaligus dilakukan penambahan bahan
sulfur sulfuring yang berfungsi untuk memberi kepadatan yang cukup pada bentuk raw material tersebut, dikerjakan di area kerja outsol,
dilaksanakan + 15 menit. A3. Proses Plong, raw material dikenakan proses plong dengan menggunakan
mesin plong ukuran disesuaikan dengan spesifikasi dari design model dikerjakan di area kerja outsol, dilaksanakan + 4,8 menit.
A4. Proses Press, raw material dikenakan proses press dengan menggunakan mesin press, dikerjakan di area kerja outsol, dilaksanakan + 4,8 menit
Hak Cipta © milik UPN Veteran Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.
B. Produksi Insol B1. Proses pemasakan mixing bahan baku material yang sebelumnya telah
dicampur sesuai komposisi di masukkan dalam tabung mesin kneeder untuk di proses, dikerjakan di area kerja outsol, dilaksanakan + 22 menit
B2. Proses roll sulfur bahan material yang masih mentah raw material di kenakan proses roll untuk memberi bentuk raw material menjadi
kepingan yang lebih kecil. Sekaligus dilakukan penambahan bahan sulfur sulfuring yang berfungsi untuk memberi kepadatan yang cukup
pada bentuk raw material tersebut , dikerjakan di area kerja outsol, dilaksanakan + 15 menit.
B3. Proses Plong , raw material dikenakan proses plong dengan menggunakan mesin plong ukuran disesuaikan dengan spesifikasi dari design model
dikerjakan di area kerja outsol, dilaksanakan + 4,8 menit. B4. Proses Press , raw material dikenakan proses press dengan menggunakan
mesin press, dikerjakan di area kerja outsol, dilaksanakan + 4,8 menit. C Produksi Upper Vamp
C1. Proses marking dan cutting dilakukan di area kerja upper, dilaksanakan + 15 menit.
C2. Proses Fit Up atau menyiapkan, penyortiran dan pemasangan toe cap, lem model sesuai spesifikasi produk ang telah di tetapkan dilakukan di
area kerja vamp, dilaksanakan + 30 menit. C3. Proses Stitching atau penjahitan komponen pembentuk vam sesuai model
dan spesifikasi, dilakukan di area kerja vamp, dilaksanakan + 120 menit.
Hak Cipta © milik UPN Veteran Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.
C4. Proses Inspection dilakukan inspeksi oleh orang bagian Quality Control QC dengan melakukan analisa kesesuaian model,dilakukan di area
kerja vamp, dilaksakan + 15 mnit D. Assembly
D1. Pross Fit Up II atau menyiapkan, penyortiran dan pemasangan toe cap, lem model sesuai spesifikasi produk ang telah di tetapkan dilakukan di
area kerja assembly, dilaksanakan + 30 menit. D2. Proses Pengeleman dilakukan di area kerja Assembly, dilaksanakan + 2
menit D3. Proses Lasting yaitu pengeleman insol dengan upper di steples ani
kenakan ke alat pemanas mesin hydraulic lasting Machines dilakukan di area kerja Assembly, dilaksanakan + 0,35 menit
D4. Proses Cemeting yaitu proses pemasangan atasan dengan bawahan dengan menggunakan lem scara manual, dilakukan di area kerja Assembly,
dilaksanakan + 15 menit D5. Proses Cemeting II yaitu proses pemasangan atasan dengan bawahan
dengan menggunakan lem scara manual dilakukan di area kerja Assembly, dilaksanakan + 12 menit
D6. Proses Press untuk memperkuat upper engan insol dilakukan di area kerja Assembly, dilaksanakan + 0,8 menit
D7. Proses Injeksi menambal bagian yang dianggap belum sempurna dilakukan di area kerja Assembly, dilaksanakan + 7 menit
Hak Cipta © milik UPN Veteran Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.
D8. Proses Pendinginan dilakukan di area kerja Assembly, dilaksanakan + 5 menit
D9. Proses Pasang Sockliner atau tatakan bawah sepatu, dilakukan di area kerja Assembly, dilaksanakan + 3 menit
D10.Proses Polishing tau pengkilapan engan menggunakan cairan kimia khusus dilakukan di area kerja Assembly, dilaksanakan + 3 menit
D11.Final Inspection dilakukan inspeksi oleh orang bagian Quality Control QC dengan melakukan analisa kesesuaian model, dilakukan di area
kerja Assembly, dilaksanakan + 15 menit D12.Proses Packing sekaligus penambahan bantalan untuk mempertahankan
bentuk produk dilakukan di area kerja Assembly, dilaksanakan + 5 menit B. Aliran Informasi
Aliran informasi berisi tentang informasi order planning production yang akan dilakukan sebelum proses pabrikasi, sebagai berikut :
1. Order masuk Entry Order -Order masuk dari pelanggan diterima oleh Departemen Marketing
kemudian menetapkan nomor order pembelian dan menyiapkan kartu order yang berisi perincian dan kriteria produk dari pelanggan.
Order pembelian dan dokumen-dokumen terkait akan teruskan ke departemen Engineering, Quality Assurance, administrasi dan produksi
2. Kalkulasi Desain, Proses Gambar dan Spesifisikasi Produk - Pendisain pada kode ASME dan kebutuhan dari pelanggan yang akan
direview dan disetujui oleh departemen Engineering, desain gambar
Hak Cipta © milik UPN Veteran Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.
terebut kemudian dibuatkan gambar yang benar-benar telah disesuaikan dengan spesifikasi dari pelanggan, kalkulasinya dan kode ASME.
- Orang Biil Of Quantity BQ menyiapkan datar-daftar material yang dibutuhkan.
- Orang Bill Of Quantity BQ dan penggambar desain menyiapkan spesifikasi pembelian material yang kemudian diberi kode, gambar
desain produk dan spesifikasi kebutuhan dari pelanggan dan akan diserahkan ke departemen Quality Assurance
- Spesifikasi pembelian material untuk proses produksi disetujui oleh manajer Quality Assurance ditujukan ke departemen Production
Planning Control PPC - Lembar permintaan material MRS dibuat berdasarkan pada Bill Of
Quantity dan ditujukan ke bagian gudang untuk mengecek persediaan material yang dibutuhkan, dan apabila persediaan material kosong maka
MRS akan ditujukan ke departemen pembelian sebagai persiapan order pembelian supplier.
- Departemen pembelian melakukan kontak dengan supplier untuk melakukan pembelian material.
- Setelah material datang akan diteruskan ke gudang persediaan yang akan dilaporkan ke departemen Production Planning Control PPC bahan
material yang dibutukan sudah datang. - Material yang sudah datang akan dilakukan proses inspeksi pemeriksaan
secara visual dan mengecek sertifikasi dari material terebut oleh orang
Hak Cipta © milik UPN Veteran Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.
Quality Contol QC, jika material tidak memenuhi syarat maka material tersebut akan dikembalikan.
3. Prosedur Pabrikasi - Orang produksi menangai metode dan proses pemeriksaan spesifikasi
persetujuan dan prosedur persiapan pabrikasi. - Jenis-jenis spesifikasi dan prosedur-prosedur akan disetujui oleh
pelanggan terlebih dahulu untuk memulai proses manufaktur jika dibutuhkan
- Departemen produksi PPC membuat jadwal kerja proses manufaktur untuk para pekerja dibagian pabrikasi dan membuat lembar alur proses
pengerjaan dari masing-masing komponen. 4. Lembar Intruksi dan Teknis TIS
Lembar TIS digunakan untuk para pekerja sesuai dengan order untuk melakukan pekerjaan atau aktivitas yang sesuai dimana TIS ini meliputi
aliran spesifikasi permintaan pada proses gambar dan spesifikasi material yang disiapkan oleh bagian gambar dan disetujui oleh manager departemen
Enginerring
4.2.3. Identifikasi Waste
Berdasarkan pengamatan terhadap aliran informasi dan aliran fisik pada tahap define atau pengumpulan data, maka dapat diidentifikasikan waste
Pemborosan yang terjadi pada proses sistim produksi, yaitu :
Hak Cipta © milik UPN Veteran Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.
1. Overproduction Produksi berlebih
Yaitu memproduksi secara berlebihan yang disebabkan buruknya aliran informasi dan fisik. misalkan:
• Stasiun kerja sebelumnya memproduksi terlalu cepat dan terlalu
banyak sehingga banyak sekali terjadi work in process 2.
Waiting Waktu tunggu Penggunaan waktu yang tidak efisien, dimana pemborosan ini terjadi
ketika goods tidak bergerak atau tidak sedang dikerjakan,.misalkan: •
Bila operator menunggu produk yang harus diproses atau sebaliknya sehingga produk harus menunggu untuk diproses
operator •
Operator menunggu jika materialnya tidak tersedia 3.
Excessive transportation Kegiatan transportasi berlebih Perpindahan manusia, bahan material yang berlebihan menyebabkan
pemborosan waktu, usaha dan biaya, misalkan : •
Pending karena bahan material masih menunggu dari operator yang harus berkoordinasi dengan supervisor, mandor dsb.
4. Inappropriate Process Proses yang tidak perlu
Penanganan pada proses kerja, material maupun mesin yang tidak sesuai dengan standar operasional yang telah ditetapkan perusahaan,
misalkan : •
Proses kerja menggunakan mesin tool yang tidak sesuai, baik kapasitas maupun kemampuannya
Hak Cipta © milik UPN Veteran Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.
• Ketidaksesuaian antara prosedur kerja standart dengan kenyataan
di lapangan 5.
Unnecessary Inventory Persediaan yang tidak perlu Pada waste pemborosan ini terjadi inventory berlebih, inventor bisa
berupa informasi, work order, penanganan yang masih memerlukan penyelesaian lebih lanjut, misalkan :
• System persediaan yang membingungkan
• Material yang terlalu lama disimpan, sehingga menyebabkan biaya
peyimpanan membengkak. 6.
Unnecessary Motion Gerakan yang tidak perlu Tempat kerja dan peralatan kerja yang tidak ergonomis akan
meyebabkan operator kesulitan yang pada akhirnya akan melelahkan pekerja. Misalkan:
• Operator dan staff pegawai bersendau gurau, mondar – mandir di
area kerja tanpa tujuan •
Operator dan staff pegawai meninggalkan pekerjaannya saat jam kerja
7. Defect Cacat
Cacat yang terjadi pada produk maupun material •
Material yang kualitasnya buruk •
Banyak terjadi cacat produk maupun sub produk
Hak Cipta © milik UPN Veteran Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.