1
BAB I PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang Masalah
Tuntutan pelaksanaan akuntabilitas sektor publik terhadap terwujudnya good governance di Indonesia semakin meningkat Mardiasmo, 2009. Hal ini
ditandai oleh adanya tuntutan dari masyarakat yang akan menunjang terciptanya aparatur pemerintahan yang bersih dan berwibawa, tertib dan teratur dalam
menjalankan tugas dan fungsi yang sesuai dengan ketentuan yang berlaku. Dalam rangka mewujudkan tata kelola yang baik good governance, Pemerintah Daerah
harus terus melakukan upaya untuk meningkatkan transparansi dan akuntabilitas pengelolaan keuangan daerah. Terwujudnya good governance mewajibkan setiap
satuan kerja untuk mempertanggungjawabkan keuangan daerah secara transparan kepada publik sebagaimana diatur dalam Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2003
tentang Keuangan Negara dan Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2004 tentang Perbendaharaan Negara.
Pertanggungjawaban keuangan Pemerintah Daerah dalam bentuk Laporan Keuangan Pemerintah Daerah LKPD yang disusun oleh Kepala Satuan
Kerja Pengelolaan Keuangan Daerah SKPKD selaku Pejabat Pengelola Keuangan Daerah PPKD berdasarkan laporan keuangan Satuan Kerja Perangkat
Daerah SKPD dan laporan pertanggungjawaban pengelolaan perbendaharaan daerah. LKPD yang disajikan pemerintah daerah harus mampu memberikan
informasi keuangan yang berkualitas. Tujuan umum laporan keuangan adalah
2
menyajikan informasi mengenai posisi keuangan, realisasi anggaran, arus kas dan kinerja keuangan suatu entitas pelaporan yang bermanfaat bagi para pengguna
dalam membuat dan mengevaluasi keputusan. Menurut Agyei 2013 tujuan laporan keuangan adalah untuk memberikan informasi tentang posisi keuangan, kinerja
dan kemampuan beradaptasi keuangan suatu entitas yang berguna untuk berbagai pengguna dalam membuat keputusan ekonomi. Standar kualitas laporan keuangan
terdiri dari prinsip-prinsip yang komprehensif yang netral, konsisten, sebanding, relevan dan dapat diandalkan Suryanto, 2015
. Menurut Peraturan Pemerintah
PP Nomor 71 Tahun 2010 Laporan keuangan yang berkualitas adalah laporan keuangan yang memiliki karakteristik relevan, andal, dapat dibandingkan serta
dapat dipahami. Relevan yaitu informasi yang termuat didalamnya dapat mempengaruhi
keputusan pengguna dengan membantu mereka mengevaluasi peristiwa masa lalu atau masa kini, dan memprediksi masa depan, serta menegaskan atau mengkoreksi
hasil evaluasi mereka di masa lalu. Andal yaitu informasi dalam laporan keuangan bebas dari pengertian yang menyesatkan dan kesalahan yang material, menyajikan
setiap fakta secara jujur, serta dapat diverifikasi. Dapat dibandingkan dengan laporan keuangan periode sebelumnya atau laporan keuangan entitas pelaporan
lain pada umumnya. Dapat dipahami dalam artian dapat dimengerti oleh pengguna dan dinyatakan dalam bentuk serta istilah yang disesuaikan dengan batas
pemahaman para pengguna untuk mempelajari informasi yang dimaksud.
3
Badan Pemeriksa Keuangan Republik Indonesia BPK RI selama ini melaksanakan audit keuangan pada Pemerintah Daerah setiap tahunnya dan
mengeluarkan opini atas audit tesebut. Opini yang diberikan oleh BPK atas suatu LKPD merupakan cermin bagi kualitas akuntabilitas keuangan atas pelaksanaan
Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah APBD. Penilaian atas kualitas laporan keuangan pemerintah daerah yang dilakukan oleh BPK RI dinyatakan
dalam 4 empat bentuk opini yaitu Wajar Tanpa Pengecualian WTP termasuk Wajar Tanpa Pengecualian Dengan Paragraf Penjelas WTP-DPP, Wajar Dengan
Pengecualian WDP, Tidak Wajar TW dan Tidak Memberikan Pendapat TMP. Representasi kewajaran dituangkan dalam bentuk opini dengan
mempertimbangkan kriteria kesesuaian laporan keuangan dengan standar akuntansi pemerintahan SAP, kecukupan pengungkapan, kepatuhan terhadap
peraturan perundang-undangan, dan efektivitas pengendalian internal BPK, 2014.
Berdasarkan Ikhtisar Hasil Pemeriksaan BPK-RI Semester II Tahun 2014 menunjukkan bahwa opini WTP sebanyak 158 LKPD atau 30 persen, WDP
sebanyak 310 LKPD atau 59 persen, TW sebanyak 11 LKPD atau 2 persen, TMP sebanyak 45 LKPD atau 9 persen. Masih sedikitnya LKPD yang memperoleh
opini WTP di Indonesia menjadi suatu fenomena yang menarik untuk dianalisis, mengingat pemerintah menargetkan LKPD yang memperoleh opini WTP tahun
2014 mencapai 60 persen seperti yang tertuang dalam Peraturan Menteri Negara Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi Nomor 11 Tahun 2011
tentang Kriteria dan Ukuran Keberhasilan Reformasi Birokrasi. Khusus untuk
4
opini BPK di Daerah Provinsi Bali dari tahun 2009 sampai dengan 2014 dapat dilihat dalam Tabel 1.1.
Tabel 1.1 Opini LKPD Kabupaten Kota di Provinsi Bali Tahun 2009 sampai dengan 2014
NO KABUPATENKOTA TAHUN
2009 2010
2011 2012
2013 2014
1 BADUNG
WDP WDP
WTP WTP
TW WTP
2 BANGLI
WDP WDP
WDP WDP
TMP WDP
3 BULELENG
WDP TMP
WDP WDP
WDP WTP
4 GIANYAR
WDP WDP
WDP WDP
WDP WTP
5 JEMBRANA
TW TW
WDP WDP
WDP WTP
6 KLUNGKUNG
WDP WDP
WDP WDP
WDP WDP
7 TABANAN
WDP WDP
WDP TMP
WDP WTP
8 DENPASAR
WDP WDP
WDP WTP
WTP WTP
9 KARANGASEM
WDP TMP
WDP WDP
WDP WDP
Sumber: BPK-RI 2015 Tabel 1.1 menunjukan bahwa dalam kurun waktu tahun 2009 sampai
dengan 2014 raihan opini Kualitas laporan keuangan pemerintah daerah di Provinsi Bali selama 6 enam tahun terakhir mengalami peningkatan. Hasil audit
BPK terhadap LKPD 9 sembilan KabupatenKota se-Bali tahun 2014 ada sebanyak 6 enam pemerintah daerah memperoleh opini WTP sedangkan 3 tiga
pemerintah daerah memperoleh opini WDP. Kenaikan opini WTP serta penurunan opini WDP, TMP dan TW, secara umum menggambarkan adanya perbaikan yang
dicapai oleh entitas pemerintahan daerah dalam menyajikan laporan keuangan yang wajar sesuai dengan prinsip yang berlaku BPK, 2014.
Penelitian dilaksanakan di Kabupaten Klungkung sebagai salah satu Kabupaten yang pada hasil pemeriksaan BPK tahun 2015 untuk LKPD tahun
2014 memperoleh opini WDP. Opini WDP ini bukan merupakan suatu hasil yang maksimal serta mengindikasikan bahwa masih banyak kelemahan dalam
5
pencatatan dan pelaporan keuangan daerah yang perlu diperbaiki Indriasih, 2014.
Permasalahan yang menghambat Kabupaten Klungkung untuk mencapai opini WTP berdasarkan laporan hasil pemeriksaan LHP BPK RI tahun
2015 atas LKPD Kabupaten Klungkung tahun 2014 antara lain seperti: 1
Temuan SPI -
Pengelolaan pajak hotel dan restoran tidak sesuai ketentuan; -
Penatausahaan persediaan Pemerintah Kabupaten Klungkung tidak tertib; -
Penatausahaan aset tetap Pemerintah Kabupaten Klungkung tidak tertib; -
Penatausahaan PBB tidak tertib; -
Belanja bedah rumah dianggarkan pada dua anggaran yang berbeda; 2
Temuan kepatuhan -
Pengelolaan penyertaan modal Pemerintah Kabupaten Klungkung kepada koperasi tidak sesuai naskah perjanjian;
- Penetapan surat ketetapan pajak air tanah oleh bidang pajak Dinas
Pendapatan Pengelolaan Keuangan dan Aset DPPKA Kabupaten Klungkung Tahun 2014 kurang memadai;
- Belanja barang dan jasa berupa pemberian uang tunai sebesar
Rp68.750.000,00 pada Dinas Pendidikan Pemuda dan Olahraga tidak sesuai ketentuan;
- Laporan realisasi penggunaan dana atas belanja bantuan sosial dan hibah
belum disampaikan kepada Bupati Klungkung;
6
- Kegiatan pengadaan pembangkit listrik tenaga surya plts dan biogas
pada Badan Pemberdayaan Masyarakat Desa, Perempuan, KB dan Pemerintahan Desa BPMPKBPD tidak efektif;
- Realisasi belanja pelayanan medik tidak sesuai ketentuan;
- Penerima bantuan keuangan TA 2014 belum seluruhnya menyampaikan
laporan penggunaan dana sebesar Rp896.572.186,00; -
Bantuan keuangan pemerintah desa untuk iuran BPJS ketenagakerjaan tidak memiliki dasar hukum sebesar Rp149.963.048,20 dan atas
realisasinya lebih catat sebesar Rp4.289.125,00; -
Hasil pelaksanaan belanja modal pada tiga SKPD tidak sesuai spesifikasi teknis;
- Penghapusan dan pemindahtanganan atas empat kendaraan dinas senilai
Rp236.970.000,00 dan aset pada rumah jabatan senilai Rp95.282.788,32 tidak sesuai dengan peraturan perundangan;
- Alokasi anggaran untuk belanja modal tidak memadai;
- Dana BOS dari Pemerintah Pusat Tidak Disajikan dalam Laporan
keuangan pemerintah Kabupaten Klungkung. Rendahnya kualitas LKPD dipengaruhi oleh beberapa faktor,
diantaranya kompetensi sumber daya manusia SDM dan penerapan sistem pengendalian intern pemerintah SPIP, hal ini sejalan dengan hasil penelitian
sebelumnya yang dilakukan oleh Widyaningsih dkk 2011, Karmila 2013, Nurillah 2014. Rendahnya kualitas laporan keuangan tidak serta merta hanya
dipengaruhi faktor diatas, namun juga tergantung dengan adanya faktor kontijensi
7
yaitu komitmen organisasi yang dapat memberikan dampak meningkatnya kualitas LKPD.
Untuk dapat menghasilkan laporan keuangan yang berkualitas, maka SDM
yang melaksanakan sistem akuntansi sangatlah penting. Begitu juga di instansi pemerintahan, untuk menghasilkan Laporan Keuangan Daerah yang
berkualitas dibutuhkan SDM yang memahami dan kompeten dalam akuntansi keuangan Pemerintahan Daerah Nurillah, 2014. SDM adalah salah satu elemen
yang paling penting dari organisasi, oleh karena itu harus dipastikan bahwa SDM dilakukan dalam rangka memberikan kontribusi optimal terhadap pencapaian
tujuan organisasi Suwanda 2015. Suatu sistem yang sebaik apapun akan sia-sia begitu saja, apabila tidak ditunjang oleh kualitas SDM yang memadai khususnya
kualitas pribadi SDM yang terdiri dari potensi pendidikan, pengalaman, dan pelatihan Indriasih, 2014.
Kompetensi pegawai yang menyusun laporan keuangan Satuan Kerja Perangkat Daerah SKPD di Kabupaten Klungkung belum memadai. Salah satu
indikatornya adalah latar belakang pendidikan pegawai yang bertanggung jawab menyusun laporan keuangan SKPD. Dari 37 Pejabat Penatausahaan Keuangan
PPK SKPD di lingkungan Pemerintah Kabupaten Klungkung, hanya 6 orang atau 16,22 persen dengan latar belakang pendidikan akuntansi dan 31 orang
dengan latar belakang pendidikan non akuntansi atau 83,78 persen.
8
Penelitian mengenai pentingnya kompetensi SDM dalam meningkatkan kualitas laporan keuangan telah dilakukan oleh banyak peneliti dengan hasil yang
bervariasi. Choirunisah 2008, Roviyanti 2011, Sukmanigrum 2011, Nurillah 2014, Mahaputra 2014, membuktikan secara empiris bahwa SDM berpengaruh
positip dan signifikan terhadap kualitas laporan keuangan pemerintah daerah. Hasil penelitian yang berbeda ditunjukkan oleh Indriasari 2008 menyatakan
bahwa kompetensi SDM tidak berpengaruh signifikan terhadap keterandalan pelaporan keuangan pemerintah daerah. Penelitian yang dilakukan oleh Ponamon
2014 bahwa kompetensi SDM tidak berpengaruh terhadap kualitas LKPD. Penelitian yang dilakukan oleh Winidyaningrum 2010 menunjukkan bahwa
SDM berpengaruh positip signifikan terhadap keterandalan pelaporan keuangan pemerintah daerah namun tidak berpengaruh terhadap ketepat waktuan pelaporan
keuangan pemerintah daerah. Faktor selanjutnya yang mempengaruhi kualitas laporan keuangan
adalah SPIP yang dibangun dari lima komponen berdasarkan Peraturan Pemerintah PP Nomor 60 Tahun 2008 yaitu 1 lingkungan pengendalian, 2
penilaian risiko, 3 aktivitas pengendalian, 4 informasi dan komunikasi serta 5 monitoring. Gubernur, Bupati dan Walikota selaku kepala daerah wajib
melakukan pengendalian atas penyelenggaraan kegiatan pemerintahan serta menyampaikan LKPD yang disusun dengan mengikuti SAP yang telah diterima
secara umum sehingga pengelolaan keuangan yang efektif, efisien, transparan, dan akuntabel dapat dicapai Indriasih, 2014. Penelitian sebelumnya tentang
sistem pengendalian intern dilakukan oleh Indriasari 2008 yang membuktikan
9
secara empiris bahwa pengendalian internal akuntansi pemerintah daerah berpengaruh terhadap nilai laporan keuangan pemerintah daerah yang dinyatakan
dengan ketepat waktuan dan keterandalan. Hal ini didukung oleh penelitian yang dilakukan oleh Choirunisah 2008, Irwan 2011, Yudianta 2012, Mahaputra
2014, dan Nurillah 2014 yang menyatakan bahwa sistem pengendalian intern berpengaruh positif dan signifikan terhadap kualitas laporan keuangan pemerintah
daerah. Hasil penelitian berbeda ditunjukkan oleh Setiyawati 2013 dan Yensi 2014 bahwa sistem pengendalian intern tidak berpengaruh terhadap kualitas
laporan keuangan pemerintah daerah, sedangkan Karmila 2014 menyatakan bahwa sistem pengendalian intern tidak berpengaruh signifikan terhadap
keterandalan pelaporan keuangan SKPD. Ketidakkonsistenan hasil penelitian sebelumnya tentang pengaruh
kompetensi SDM dan SPIP terhadap kualitas laporan keuangan pemerintah daerah disebabkan oleh adanya faktor kontinjensi. Salah satunya adalah komitmen
organisasi yang diduga dapat memperlemah atau memperkuat pengaruh antara kompetensi SDM dan SPIP terhadap kualitas laporan keuangan pemerintah
daerah. Hal ini didukung dari hasil penelitian Sugandi 2014 yang menyatakan bahwa komitmen organisasi mempengaruhi keterandalan pelaporan keuangan
pemerintah daerah. Penelitian yang dilakukan oleh Rashid et al., 2003 menyatakan bahwa komitmen organisasi berpengaruh terhadap kinerja keuangan
organisasi. Penelitian yang dilakukan Rahmawati 2015 menunjukkan bahwa komitmen organisasi memoderasi atau memperkuat pengaruh kapasitas sumber
daya manusia terhadap kualitas laporan keuangan pemerintah daerah, tetapi tidak
10
mempunyai pengaruh langsung terhadap kualitas laporan keuangan pemerintah daerah. Penelitian yang dilakukan Ratifah dan Ridwan 2012 menunjukkan
bahwa komitmen organisasi memperkuat pengaruh SIKD terhadap kualitas laporan keuangan. Secara konseptual komitmen organisasi adalah suatu tingkat
keyakinan sejauh mana seseorang memihak pada suatu organisasi tertentu yang tujuannya berniat memelihara keanggotaan dalam organisasi itu Ikhsan dkk,
2011. Penelitian ini bertujuan untuk mendapatkan bukti empiris mengenai komitmen organisasi sebagai pemoderasi pengaruh kompetensi SDM dan SPIP
pada kualitas laporan keuangan Pemerintah Daerah.
1.2. Rumusan Masalah