Komitmen Organisasi sebagai Pemoderasi Pengaruh Kompetensi Sumber Daya Manusia dan Sistem Pengendalian Intern Pemerintah pada Kualitas Laporan Keuangan Pemerintah Daerah Kabupaten Klungkung.

(1)

TESIS

KOMITMEN ORGANISASI SEBAGAI PEMODERASI

PENGARUH KOMPETENSI SUMBER DAYA

MANUSIA DAN SISTEM PENGENDALIAN INTERN

PEMERINTAH PADA KUALITAS LAPORAN

KEUANGAN PEMERINTAH DAERAH KABUPATEN

KLUNGKUNG

I GUSTI NGURAH SIWAMBUDI

PROGRAM PASCASARJANA

UNIVERSITAS UDAYANA

DENPASAR

2016


(2)

i

KOMITMEN ORGANISASI SEBAGAI PEMODERASI

PENGARUH KOMPETENSI SUMBER DAYA

MANUSIA DAN SISTEM PENGENDALIAN INTERN

PADA KUALITAS LAPORAN KEUANGAN

PEMERINTAH DAERAH KABUPATEN

KLUNGKUNG

Tesis untuk Memperoleh Gelar Magister

Pada Program Magister, Program Studi Akuntansi, Program Pascasarjana Universitas Udayana

I GUSTI NGURAH SIWAMBUDI NIM : 1391662034

PROGRAM MAGISTER

PROGRAM STUDI EKONOMI AKUNTANSI

PROGRAM PASCASARJANA

UNIVERSITAS UDAYANA

DENPASAR


(3)

ii

Lembar Pengesahan

TESIS INI TELAH DISETUJUI PADA TANGGAL 25 Mei 2016

Pembimbing I,

Dr. Gerianta Wirawan Yasa, SE., M.Si. NIP. 19650123 199303 1 002

Pembimbing II,

Dr. I Dewa Nyoman Badera, SE., M.Si., Ak. NIP. 19641225 199303 1 003

Mengetahui

Ketua Program Studi Magister Akuntansi Program Pascasarjana

Universitas Udayana,

Dr. Dewa Gede Wirama, SE., MSBA, Ak. NIP. 19641224 199103 1 002

Direktur Program Pasca Sarjana Universitas Udayana,

Prof. Dr. dr. A.A. Raka Sudewi, Sp. S(K) NIP. 19590215 198510 2 001


(4)

iii

Tesis Ini Telah Diuji pada : Tanggal: 25 Mei 2016

Panitia Penguji Tesis Berdasarkan SK Rektor

Universitas Udayana, Nomor: 2236/UN 14.4/HK/2016, tanggal 19 Mei 2016

Ketua : Dr. Gerianta Wirawan Yasa, SE., M.Si.

Anggota :

1. Dr. I Dewa Nyoman Badera, SE., M.Si., Ak. 2. Dr. Ida Bagus Putra Astika, SE., M.Si., Ak.

3. Dr. I Nyoman Wijana Asmara Putra,SE., M.Si., Ak. 4. Dr. Ni Made Dwi Ratnadi, SE., M.Si., Ak.


(5)

iv

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA TULIS TESIS

Yang bertanda tangan di bawah ini:

Nama : I Gusti Ngurah Siwambudi

NIM : 1391662034

Program Studi : Akuntansi

Judul Tesis : Komitmen Organisasi Sebagai Pemoderasi Pengaruh

Kompetensi Sumber Daya Manusia dan Sistem Pengendalian Intern Pemerintah pada Kualitas Laporan Keuangan Pemerintah Kabupaten Klungkung

Dengan ini menyatakan bahwa karya tulis tesis saya merupakan hasil karya sendiri dan bebas dari plagiasi. Apabila kelak di kemudian hari terbukti terdapat plagiasi dalam karya tulis tesis ini, maka saya bersedia menerima sanksi sesuai peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia No 17 tahun 2010 dan peraturan undang-undang yang berlaku.

Denpasar,

Yang membuat pernyataan,

I Gusti Ngurah Siwambudi NIM. 1391662034


(6)

v

UCAPAN TERIMA KASIH

Puji syukur Penulis panjatkan kehadapan Ida Sang Hyang Widhi Wasa/ Tuhan Yang Maha Esa, karena atas asung kerta wara nugraha-Nya, tesis yang berjudul Komitmen Organisasi sebagai Pemoderasi Pengaruh Kompetensi Sumber Daya Manusia dan Sistem Pengendalian Intern Pemerintah pada Kualitas Laporan Keuangan Pemerintah Kabupaten Klungkung.Penulis menyadari bahwa tesis ini dapat terselesaikan pada waktunya berkat bantuan dan atas bimbingan dari berbagai pihak. Perkenankanlah Penulis mengucapkan terima kasih dan penghargaan kepada Bapak Dr. Gerianta Wirawan Yasa, SE., M.Si. selaku Pembimbing Akademik sekaligus Pembimbing Utama dan Bapak Dr. I Dewa Nyoman Badera, S.E., M.Si., Ak, selaku Sekretaris Jurusan Akuntansi sekaligus pembimbing pendamping yang dengan penuh perhatian telah memberikan motivasi, semangat, bimbingan dan saran selama penulis mengikuti program pascasarjana khususnya dalam penyelesaian tesis ini. Bapak Dr. Ida Bagus Putra Astika, SE., M.Si., Ak, Bapak Dr. I Nyoman Wijana Asmara Putra,SE., M.Si., Ak dan Ibu Dr. Ni Made Dwi Ratnadi, SE., M.Si., Ak selaku dosen pembahas dan penguji yang telah banyak memberikan koreksi, sanggahan dan saran demi kesempurnaan tesis ini.

Ucapan yang sama juga ditujukan kepada Bapak Prof. DR. Dr. Ketut Suastika, Sp.PD-KEMD, selaku Rektor Universitas Udayana atas kesempatan dan fasilitas yang disediakan selama mengikuti perkuliahan di Universitas Udayana. Bapak Dr. I Nyoman Mahaendra Yasa, S.E, M.Si., selaku Dekan Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Udayana atas kesempatan dan fasilitas yang


(7)

vi

disediakan selama mengikuti dan menyelesaikan pendidikan Program Magister di Universitas Udayana. Ibu Prof. Dr. Dr. A. A. Raka Sudewi, SP. S(K), selaku Direktur Program Pasca Sarjana Universitas Udayana atas kesempatan dan fasilitas yang disediakan selama mengikuti perkuliahan di Program Pascasarjana Universitas Udayana. Bapak Dr. A.A.G.P. Widanaputra, S.E., M.Si., Ak, selaku ketua jurusan Akuntansi Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Udayana yang telah banyak memberikan arahan demi kelancaran terselesaikannya tesis ini. Bapak Dr. Dewa Gede Wirama, SE., MSBA, Ak, Ketua Program Studi Magister Akuntansi Universitas Udayana dan Bapak Dr. Ida Bagus Putra Astika, S.E., M.Si., Ak selaku sekretaris Program Studi Magister Akuntansi Universitas Udayana yang telah banyak memfasilitasi proses perkuliahan dan penyelesaian tesis ini. Bapak dan Ibu Dosen pengajar pada Program Magister Akuntansi Konsentrasi Akuntansi Sektor Publik yang membimbing kami dalam berdiskusi dan membagi ilmu pada kami. Karyawan dan karyawati pada Sekretariat Magister Akuntansi Universitas Udayana yang telah banyak membantu dalam proses perkuliahan ini. Badan Pengawasan Keuangan dan Pembangunan Republik Indonesia c.q, Badan Pengawasan Keuangan dan Pembangunan Perwakilan Bali yang telah memberikan bantuan finansial dalam bentuk beasiswa penuh melalui program STAR-BPKP. Pemerintah Kabupaten Tabanan khususnya Inspektorat Kabupaten Tabanan atas pemberian tugas belajar dan fasilitasi dalam penelitian ini. Teman-teman mahasiswa dan mahasiswi Program Studi Magister Akuntansi Program STAR BPKP Universitas Udayana Angkatan II atas kekompakannya.


(8)

vii

Keluarga tercinta atas doa, dukungan materiil dan spirituilnya. Sahabat dan teman-teman tercinta atas doa dan dukungannya.

Akhir kata, penulis mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu, yang telah memberikan kontribusinya kepada penulis baik secara langsung maupun tidak langsung dalam penyelesaian tesis ini. Semoga tesis ini bermanfaat dan semoga Ida Sang Hyang Widhi Wasa selalu melimpahkan kebahagiaan kepada semua pihak yang telah membantu pelaksanaan penyelesaian tesis ini.

Denpasar,


(9)

viii

ABSTRAK

KOMITMEN ORGANISASI SEBAGAI PEMODERASI

PENGARUH KOMPETENSI SUMBER DAYA MANUSIA DAN

SISTEM PENGENDALIAN INTERN PEMERINTAH PADA

KUALITAS LAPORAN KEUANGAN PEMERINTAH

KABUPATEN KLUNGKUNG

Laporan keuangan berkualitas sebagai bentuk pertanggungjawaban keuangan satuan kerja perangkat daerah kepada publik mutlak dilaksanakan dalam rangka mewujudkan pemerintahan yang bersih dan berwibawa. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui dan memperoleh bukti empiris mengenai komitmen organisasi sebagai pemoderasi pengaruh kompetensi sumber daya manusia dan sistem pengendalian intern pada kualitas laporan keuangan pemerintah daerah Kabupaten Klungkung.

Penelitian ini dilakukan pada 37 Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD) di Pemerintah Kabupaten Klungkung. Jumlah responden adalah 36 Pejabat Penatausahaan Keuangan (PPK) yang dipilih dengan metode pengambilan sampel dengan teknik purposive sampling. Data yang dianalisis adalah data primer. Data tersebut diperoleh melalui survey dengan teknik kuisioner. Metode analisis yang digunakan adalah Moderated Regression Analysis.

Hasil pengujian hipotesis menunjukkan bahwa kompetensi sumber daya manusia tidak berpengaruh pada kualitas laporan keuangan pemerintah daerah, sistem pengendalian intern berpengaruh positif pada kualitas laporan keuangan pemerintah daerah, interaksi komitmen organisasi dengan kompetensi sumber daya manusia tidak berpengaruh pada kualitas laporan keuangan pemerintah daerah dan interaksi komitmen organisasi dengan sistem pengendalian intern tidak berpengaruh pada kualitas laporan keuangan pemerintah daerah.

Kata kunci: Sumber Daya Manusia, Sistem Pengendalian Intern Pemerintah, Komitmen Organisasi, Kualitas LKPD


(10)

ix

ABSTRACT

ORGANIZATION COMMITMENT AS MODERATED THE EFFECT OF HUMAN RESOURCE COMPETENCY AND GOVERNMENT INTERN

CONTROLLING SYSTEM AT THE QUALITY OF GOVERNMENT FINANCIAL REPORT IN THE KLUNGKUNG REGENCY.

Quality of financial statements as a form of public financial accountability absolute implemented to realize prestigious and good governance. The objectives of this study are to determine and obtain empirical evidence related organization commitment as moderated the effect of human resource competency and government intern controlling system at the quality of government financial report in the klungkung regency.

This study was conducted on 37 work unit departments of Klungkung regency. Total number of respondent is 36 functionaries of financial department which was selected through purposive sampling technique. The analyzed data was primary data gained through survey and questionary technique. Then, data was analyzed by applying Moderated Regression Analysis method.

The result of hipotesis testing shows that human resource competence have not effect on local government financial statement quality, however government intern controlling system do. Organization interaction commitment and both, human resource competence and government intern controlling system have not effect on local government financial statement quality.

Keywords: human resource competence, government intern controlling system, organization commitment, financial statement quality.


(11)

x

RINGKASAN

KOMITMEN ORGANISASI SEBAGAI PEMODERASI PENGARUH KOMPETENSI SUMBER DAYA MANUSIA DAN SISTEM PENGENDALIAN INTERN PEMERINTAH PADA KUALITAS

LAPORAN KEUANGAN PEMERINTAH KABUPATEN KLUNGKUNG

Terwujudnya good governance mewajibkan setiap satuan kerja untuk mempertanggungjawabkan keuangan daerah secara transparan kepada publik sebagaimana diatur dalam Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara dan Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2004 tentang Perbendaharaan Negara. Menurut Peraturan Pemerintah (PP) Nomor 71 Tahun 2010 Laporan keuangan yang berkualitas adalah laporan keuangan yang memiliki karakteristik relevan, andal, dapat dibandingkan serta dapat dipahami. Badan Pemeriksa Keuangan Republik Indonesia (BPK RI) selama ini melaksanakan audit keuangan pada Pemerintah Daerah setiap tahunnya dan mengeluarkan opini atas audit tesebut. Berdasarkan Ikhtisar Hasil Pemeriksaan BPK-RI Semester II Tahun 2014 menunjukkan bahwa opini WTP sebanyak 30 persen, mengingat pemerintah menargetkan LKPD yang memperoleh opini WTP tahun 2014 mencapai 60 persen. Kabupaten Klungkung sebagai salah satu Kabupaten yang pada hasil pemeriksaan BPK dari tahun 2009 sampai dengan 2014 memperoleh opini WDP. Opini WDP ini bukan merupakan suatu hasil yang maksimal serta mengindikasikan bahwa masih banyak kelemahan dalam pencatatan dan pelaporan keuangan daerah yang perlu diperbaiki (Indriasih, 2014). Tujuan penelitian ini adalah untuk mendapatkan bukti empiris mengenai komitmen organisasi memoderasi pengaruh SDM dan SPIP pada Kualitas LKPD.

Penelitian ini dilakukan di 37 (tigapuluh tujuh) SKPD pada Pemerintah Kabupaten Klungkung dengan 36 responden yaitu PPK SKPD menggunakan metode purposive Sampling. Adapun variabel penelitian terdiri dari Kompetensi SDM (X1), SPIP (X2), Komitmen organisasi (X3) dan Kualitas LKPD (Y). Analisis data menggunakan Moderated Regression Analysis (MRA) dengan uji interaksi. Model persamaan Y = α + β1X1 + β2X2 + β3X3 + β4X1X3 + β5X2 X3 + ε. Sebelum melakukan analisis regresi linear berganda, terlebih dahulu dilakukan pengujian asumsi klasik untuk mengetahui hasil estimasi regresi yang dilakukan terbebas dari gejala multikolinearitas, heteroskedastisitas, serta data terdistribusi normal. Selanjutnya dilakukan uji ketepatan model (goodness of fit) dengan melihat koefisien determinasi (Adjusted R2), hasil uji F.

Uji validitas dan reliabilitas instrumen penelitian menunjukkan instrumen penelitian valid dan reliabel. Uji asumsi klasik menunjukkan data terdistribusi normal, tidak terjadi multikolinearitas dan heteroskedastisitas sehingga persamaan


(12)

xi

regresi penelitian ini dapat dikatakan memenuhi syarat uji asumsi klasik. Uji F memperoleh p-value sebesar 22,871 dan koefisien determinasi dengan menggunakan indikator Adjusted R2 sebesar 0,758 (75,8 persen) yang berarti bahwa variabilitas variabel kualitas LKPD dapat dijelaskan oleh variabel kompetensi SDM, SPIP dan komitmen organisasi sebesar 75,8 persen sedangkan sisanya 24,2 persen dijelaskan oleh variabel lain di luar model. Hasil analisis ini menolak H1, kompetensi SDM tidak berpengaruh pada kualitas LKPD karena

hasil SPSS menunjukkan koefisien β = - 1,286 dengan p-value sebesar 0,077 yang

lebih besar dari α = 0,05. Demikian juga dengan hipotesis H2, SPIP berpengaruh

positif pada kualitas LKPD diterima dengan melihat hasil SPSS yang menunjukkan nilai koefisien β = 1,751 dengan p-value sebesar 0,006 yang lebih

kecil dari α = 0,05. Hipotesis H3 dengan uji regresi moderasi menunjukkan bahwa

interaksi komitmen organisasi dengan kompetensi SDM tidak berpengaruh pada kualitas LKPD hasil SPSS menunjukkan koefisien β = 0,406 dengan p-value sebesar 0,084 yang lebih besar dari α = 0,05. Sedangkan hipotesis H4 menunjukkan bahwa interaksi komitmen organisasi dengan SPIP tidak berpengaruh pada kualitas LKPD hasil SPSS menunjukkan koefisien β = - 0,360 dengan p-value sebesar 0,107 yang lebih besar dari α = 0,05.

Berdasarkan hasil penelitian ini dapat disimpulkan kompetensi SDM tidak berpengaruh pada kualitas LKPD. SPIP berpengaruh positif pada kualitas LKPD. Interaksi komitmen organisasi dengan kompetensi SDM tidak berpengaruh pada kualitas LKPD. Interaksi komitmen organisasi dengan sistem pengendaliaan intern tidak berpengaruh pada kualitas laporan keuangan pemerintah daerah Kabupaten Klungkung. Pemerintah Kabupaten Klungkung diharapkan untuk meningkatkan kompetensi SDM secara rutin dengan mengadakan kegiatan pendidikan, pelatihan dan diklat-diklat serta dalam perekrutan pegawai diharapkan sesuai dengan kebutuhan formasi yang ada dan penempatan pegawai diharapkan sesuai dengan tingkat pendidikan dan keahlian yang dimiliki pegawai..

Penelitian selanjutnya dapat mengambil variabel lain diduga berpengaruh pada kualitas LKPD diantaranya variabel standar akuntansi pemerintahan.


(13)

xii

DAFTAR ISI

Halaman

SAMPUL DALAM ... i

LEMBAR PENGESAHAN ... ii

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA TULIS TESIS ... iv

UCAPAN TERIMA KASIH ... v

ABSTRAK ... viii

ABSTRACT ... ix

RINGKASAN ... x

DAFTAR ISI ... xii

DAFTAR GAMBAR ... xv

DAFTAR TABEL ... xvi

DAFTAR LAMPIRAN ... xvii

BAB I PENDAHULUAN ... . 1

1.1 Latar Belakang ... 1

1.2 Rumusan Masalah ... 10

1.3 Tujuan Penelitian ... 11

1.4 Manfaat Penelitian ... 12

1.4.1 Manfaat Teoritis ... 12

1.4.2 Manfaat Praktis ... 12

BAB II KAJIAN PUSTAKA ... 13

2.1 Landasan Teori ... 13

2.1.1 Teori Steweardship ... 13

2.1.2 Teori Kontijensi ... 15

2.1.3 Teori Pembelajaran ... 16

2.1.4 Kualitas Laporan Keuangan ... 17

2.1.5 Kompetensi Sumber daya Manusia ... 20

2.1.5.1 Pengertian Kompetensi ... 20

2.1.5.2 Kompetensi Aparatur ... 21

2.1.6 Sistem Pengendalian Intern ... 22

2.1.7 Komitmen Organisasi ... 25

2.2 Kajian Empiris ... 26

BAB III KERANGKA BERPIKIR, KONSEP DAN HIPOTESIS ... 28

3.1 Kerangka Berpikir ... 28

3.2 Konsep Penelitian ... 30


(14)

xiii

BAB IV METODE PENELITIAN ... 41

4.1 Rancangan Penelitian ... 41

4.2 Lokasi dan Waktu Penelitian ... 43

4.3 Penentuan Sumber Data ... 43

4.4.2 Sumber data ... 43

4.4.3 Populasi dan sampel penelitian ... 43

4.4 Variabel Penelitian ... 45

4.5.1 Identifikasi variabel ... 45

4.5.2 Definisi operasional variabel ... 45

4.5 Instrumen Penelitian ... 48

4.5.1 Uji validitas dan reliabilitas ... 49

4.6 Prosedur Penelitian ... 50

4.7 Teknik Analisis Data ... 50

1.7.1 Transpormasi data ... 51

1.7.2 Uji asumsi klasik ... 51

1.7.3 Analisis regresi moderasi ... 53

Uji Kelayakan Model ... 54

Uji Koefisien Determinasi ... 54

Uji Hipotesis ... 54

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN ... 56

5.1 Deskripsi responden ... 56

5.2 Uji Validitas dan Reliabilitas ... 57

5.3 Analisis Data ... 59

5.3.1 Trampormasi data ... 59

5.3.2 Uji Asumsi Klasik ... 59

5.3.3 Deskriptif Variabel Penelitian ... 60

5.3.4 Analisis regresi moderasi ... 66

5.4 Pembahasan Hasil Penelitian ... 69

5.4.1 Pengaruh Kompetensi SDM pada Kualitas LKPD . 69 5.4.2 Pengaruh SPIP pada Kualitas LKPD ... 71

5.4.3 Komitmen Organisasi sebagai Pemoderasi Pengaruh Kompeten SDM pada Kualitas LKPD ...72

5.5.4. Komitmen Organisasi sebagai Pemoderasi Pengaruh SPIP pada Kualitas LKPD ... 73

BAB VI SIMPULAN DAN SARAN ... 75

6.1 Simpulan ... 75


(15)

xiv

DAFTAR PUSTAKA ... 77 LAMPIRAN-LAMPIRAN ... 86


(16)

xv

DAFTAR GAMBAR

Halaman 3.1 Kerangka Berpikir ... 29 3.2 Konsep Penelitian ... 32 4.1 Rancangan Penelitian ... 42


(17)

xvi

DAFTAR TABEL

Halaman

1.1 Opini LKPD Kab/Kota di Provinsi Bali Tahun 2009 s/d 2014 ... 4

5.1 Penyebaran dan Pengembalian Kuesioner ... 56

5.2 Deskriptif Statistik ... 61

5.3 Nilai rata-rata indikator kompetensi SDM ... 62

5.4 Nilai rata-rata indikator SPIP ... 63

5.5 Nilai rata-rata indikator Komitmen ... 64

5.6 Nilai rata-rata indikator kualitas LKPD ... 64


(18)

xvii

DAFTAR LAMPIRAN

Halaman

Lampiran 1 Surat Pengantar Kuesioner ... 86

Lampiran 2 Kuisioner ... 87

Lampiran 3 Ringkasan Penelitian Sebelumnya ... 95

Lampiran 4 SKPD pada Pemkab Klungkung ... 100

Lampiran 5 Tabulasi Data ... 101

Lampiran 6 Tabulasi Data Yang Sudah di MSI ... 105

Lampiran 7 Perhitungan Nilai Interval ... 109

Lampiran 8 Hasil Uji validitas SDM ... 118

Lampiran 9 Hasil Uji validitas SPIP ... 119

Lampiran10 Hasil Uji validitas Komitmen Organisasi ... 120

Lampiran 11 Hasil Uji validitas Kualitas LKPD ... 121

Lampiran 12 Hasil Uji Reliabilitas SDM ... 122

Lampiran 13 Hasil Uji Reliabilitas SPIP ... 123

Lampiran 14 Hasil Uji Reliabilitas Komitmen Organisasi ... 124

Lampiran 15 Hasil Uji Reliabilitas Kualitas LKPD ... 125

Lampiran 16 Hasil Uji Normalitas ... 126

Lampiran 17 Hasil Uji Multikolinierritas ... 127

Lampiran 18 Hasil Uji Heteroskedastissitas ... 129


(19)

1 BAB I PENDAHULUAN

1.1.Latar Belakang Masalah

Tuntutan pelaksanaan akuntabilitas sektor publik terhadap terwujudnya good governance di Indonesia semakin meningkat (Mardiasmo, 2009). Hal ini

ditandai oleh adanya tuntutan dari masyarakat yang akan menunjang terciptanya aparatur pemerintahan yang bersih dan berwibawa, tertib dan teratur dalam menjalankan tugas dan fungsi yang sesuai dengan ketentuan yang berlaku. Dalam rangka mewujudkan tata kelola yang baik (good governance), Pemerintah Daerah

harus terus melakukan upaya untuk meningkatkan transparansi dan akuntabilitas pengelolaan keuangan daerah. Terwujudnya good governance mewajibkan setiap

satuan kerja untuk mempertanggungjawabkan keuangan daerah secara transparan kepada publik sebagaimana diatur dalam Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara dan Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2004 tentang Perbendaharaan Negara.

Pertanggungjawaban keuangan Pemerintah Daerah dalam bentuk Laporan Keuangan Pemerintah Daerah (LKPD) yang disusun oleh Kepala Satuan Kerja Pengelolaan Keuangan Daerah (SKPKD) selaku Pejabat Pengelola Keuangan Daerah (PPKD) berdasarkan laporan keuangan Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD) dan laporan pertanggungjawaban pengelolaan perbendaharaan daerah. LKPD yang disajikan pemerintah daerah harus mampu memberikan informasi keuangan yang berkualitas. Tujuan umum laporan keuangan adalah


(20)

2

menyajikan informasi mengenai posisi keuangan, realisasi anggaran, arus kas dan kinerja keuangan suatu entitas pelaporan yang bermanfaat bagi para pengguna dalam membuat dan mengevaluasi keputusan. Menurut Agyei (2013) tujuan laporan keuangan adalah untuk memberikan informasi tentang posisi keuangan, kinerja dan kemampuan beradaptasi keuangan suatu entitas yang berguna untuk berbagai pengguna dalam membuat keputusan ekonomi. Standar kualitas laporan keuangan terdiri dari prinsip-prinsip yang komprehensif yang netral, konsisten, sebanding, relevan dan dapat diandalkan (Suryanto, 2015). Menurut Peraturan Pemerintah (PP) Nomor 71 Tahun 2010 Laporan keuangan yang berkualitas adalah laporan keuangan yang memiliki karakteristik relevan, andal, dapat dibandingkan serta dapat dipahami.

Relevan yaitu informasi yang termuat didalamnya dapat mempengaruhi keputusan pengguna dengan membantu mereka mengevaluasi peristiwa masa lalu atau masa kini, dan memprediksi masa depan, serta menegaskan atau mengkoreksi hasil evaluasi mereka di masa lalu. Andal yaitu informasi dalam laporan keuangan bebas dari pengertian yang menyesatkan dan kesalahan yang material, menyajikan setiap fakta secara jujur, serta dapat diverifikasi. Dapat dibandingkan dengan laporan keuangan periode sebelumnya atau laporan keuangan entitas pelaporan lain pada umumnya. Dapat dipahami dalam artian dapat dimengerti oleh pengguna dan dinyatakan dalam bentuk serta istilah yang disesuaikan dengan batas pemahaman para pengguna untuk mempelajari informasi yang dimaksud.


(21)

3

Badan Pemeriksa Keuangan Republik Indonesia (BPK RI) selama ini melaksanakan audit keuangan pada Pemerintah Daerah setiap tahunnya dan mengeluarkan opini atas audit tesebut. Opini yang diberikan oleh BPK atas suatu LKPD merupakan cermin bagi kualitas akuntabilitas keuangan atas pelaksanaan Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD). Penilaian atas kualitas laporan keuangan pemerintah daerah yang dilakukan oleh BPK RI dinyatakan dalam 4 (empat) bentuk opini yaitu Wajar Tanpa Pengecualian (WTP) termasuk Wajar Tanpa Pengecualian Dengan Paragraf Penjelas (WTP-DPP), Wajar Dengan Pengecualian (WDP), Tidak Wajar (TW) dan Tidak Memberikan Pendapat (TMP). Representasi kewajaran dituangkan dalam bentuk opini dengan mempertimbangkan kriteria kesesuaian laporan keuangan dengan standar akuntansi pemerintahan (SAP), kecukupan pengungkapan, kepatuhan terhadap peraturan perundang-undangan, dan efektivitas pengendalian internal (BPK, 2014).

Berdasarkan Ikhtisar Hasil Pemeriksaan BPK-RI Semester II Tahun 2014 menunjukkan bahwa opini WTP sebanyak 158 LKPD atau 30 persen, WDP sebanyak 310 LKPD atau 59 persen, TW sebanyak 11 LKPD atau 2 persen, TMP sebanyak 45 LKPD atau 9 persen. Masih sedikitnya LKPD yang memperoleh opini WTP di Indonesia menjadi suatu fenomena yang menarik untuk dianalisis, mengingat pemerintah menargetkan LKPD yang memperoleh opini WTP tahun 2014 mencapai 60 persen seperti yang tertuang dalam Peraturan Menteri Negara Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi Nomor 11 Tahun 2011 tentang Kriteria dan Ukuran Keberhasilan Reformasi Birokrasi. Khusus untuk


(22)

4

opini BPK di Daerah Provinsi Bali dari tahun 2009 sampai dengan 2014 dapat dilihat dalam Tabel 1.1.

Tabel 1.1

Opini LKPD Kabupaten / Kota di Provinsi Bali Tahun 2009 sampai dengan 2014

NO KABUPATEN/KOTA TAHUN

2009 2010 2011 2012 2013 2014

1 BADUNG WDP WDP WTP WTP TW WTP

2 BANGLI WDP WDP WDP WDP TMP WDP

3 BULELENG WDP TMP WDP WDP WDP WTP

4 GIANYAR WDP WDP WDP WDP WDP WTP

5 JEMBRANA TW TW WDP WDP WDP WTP

6 KLUNGKUNG WDP WDP WDP WDP WDP WDP

7 TABANAN WDP WDP WDP TMP WDP WTP

8 DENPASAR WDP WDP WDP WTP WTP WTP

9 KARANGASEM WDP TMP WDP WDP WDP WDP

Sumber: BPK-RI 2015

Tabel 1.1 menunjukan bahwa dalam kurun waktu tahun 2009 sampai dengan 2014 raihan opini Kualitas laporan keuangan pemerintah daerah di Provinsi Bali selama 6 (enam) tahun terakhir mengalami peningkatan. Hasil audit BPK terhadap LKPD 9 (sembilan) Kabupaten/Kota se-Bali tahun 2014 ada sebanyak 6 (enam) pemerintah daerah memperoleh opini WTP sedangkan 3 (tiga) pemerintah daerah memperoleh opini WDP. Kenaikan opini WTP serta penurunan opini WDP, TMP dan TW, secara umum menggambarkan adanya perbaikan yang dicapai oleh entitas pemerintahan daerah dalam menyajikan laporan keuangan yang wajar sesuai dengan prinsip yang berlaku (BPK, 2014).

Penelitian dilaksanakan di Kabupaten Klungkung sebagai salah satu Kabupaten yang pada hasil pemeriksaan BPK tahun 2015 untuk LKPD tahun 2014 memperoleh opini WDP. Opini WDP ini bukan merupakan suatu hasil yang maksimal serta mengindikasikan bahwa masih banyak kelemahan dalam


(23)

5

pencatatan dan pelaporan keuangan daerah yang perlu diperbaiki (Indriasih, 2014).

Permasalahan yang menghambat Kabupaten Klungkung untuk mencapai opini WTP berdasarkan laporan hasil pemeriksaan (LHP) BPK RI tahun 2015 atas LKPD Kabupaten Klungkung tahun 2014 antara lain seperti:

1) Temuan SPI

- Pengelolaan pajak hotel dan restoran tidak sesuai ketentuan;

- Penatausahaan persediaan Pemerintah Kabupaten Klungkung tidak tertib; - Penatausahaan aset tetap Pemerintah Kabupaten Klungkung tidak tertib; - Penatausahaan PBB tidak tertib;

- Belanja bedah rumah dianggarkan pada dua anggaran yang berbeda; 2) Temuan kepatuhan

- Pengelolaan penyertaan modal Pemerintah Kabupaten Klungkung kepada koperasi tidak sesuai naskah perjanjian;

- Penetapan surat ketetapan pajak air tanah oleh bidang pajak Dinas Pendapatan Pengelolaan Keuangan dan Aset (DPPKA) Kabupaten Klungkung Tahun 2014 kurang memadai;

- Belanja barang dan jasa berupa pemberian uang tunai sebesar Rp68.750.000,00 pada Dinas Pendidikan Pemuda dan Olahraga tidak sesuai ketentuan;

- Laporan realisasi penggunaan dana atas belanja bantuan sosial dan hibah belum disampaikan kepada Bupati Klungkung;


(24)

6

- Kegiatan pengadaan pembangkit listrik tenaga surya (plts) dan biogas pada Badan Pemberdayaan Masyarakat Desa, Perempuan, KB dan Pemerintahan Desa (BPMPKBPD) tidak efektif;

- Realisasi belanja pelayanan medik tidak sesuai ketentuan;

- Penerima bantuan keuangan TA 2014 belum seluruhnya menyampaikan laporan penggunaan dana sebesar Rp896.572.186,00;

- Bantuan keuangan pemerintah desa untuk iuran BPJS ketenagakerjaan tidak memiliki dasar hukum sebesar Rp149.963.048,20 dan atas realisasinya lebih catat sebesar Rp4.289.125,00;

- Hasil pelaksanaan belanja modal pada tiga SKPD tidak sesuai spesifikasi teknis;

- Penghapusan dan pemindahtanganan atas empat kendaraan dinas senilai Rp236.970.000,00 dan aset pada rumah jabatan senilai Rp95.282.788,32 tidak sesuai dengan peraturan perundangan;

- Alokasi anggaran untuk belanja modal tidak memadai;

- Dana BOS dari Pemerintah Pusat Tidak Disajikan dalam Laporan keuangan pemerintah Kabupaten Klungkung.

Rendahnya kualitas LKPD dipengaruhi oleh beberapa faktor, diantaranya kompetensi sumber daya manusia (SDM) dan penerapan sistem pengendalian intern pemerintah (SPIP), hal ini sejalan dengan hasil penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Widyaningsih dkk (2011), Karmila (2013), Nurillah (2014). Rendahnya kualitas laporan keuangan tidak serta merta hanya dipengaruhi faktor diatas, namun juga tergantung dengan adanya faktor kontijensi


(25)

7

yaitu komitmen organisasi yang dapat memberikan dampak meningkatnya kualitas LKPD.

Untuk dapat menghasilkan laporan keuangan yang berkualitas, maka SDM yang melaksanakan sistem akuntansi sangatlah penting. Begitu juga di instansi pemerintahan, untuk menghasilkan Laporan Keuangan Daerah yang berkualitas dibutuhkan SDM yang memahami dan kompeten dalam akuntansi keuangan Pemerintahan Daerah (Nurillah, 2014). SDM adalah salah satu elemen yang paling penting dari organisasi, oleh karena itu harus dipastikan bahwa SDM dilakukan dalam rangka memberikan kontribusi optimal terhadap pencapaian tujuan organisasi (Suwanda 2015). Suatu sistem yang sebaik apapun akan sia-sia begitu saja, apabila tidak ditunjang oleh kualitas SDM yang memadai khususnya kualitas pribadi SDM yang terdiri dari potensi pendidikan, pengalaman, dan pelatihan (Indriasih, 2014).

Kompetensi pegawai yang menyusun laporan keuangan Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD) di Kabupaten Klungkung belum memadai. Salah satu indikatornya adalah latar belakang pendidikan pegawai yang bertanggung jawab menyusun laporan keuangan SKPD. Dari 37 Pejabat Penatausahaan Keuangan (PPK) SKPD di lingkungan Pemerintah Kabupaten Klungkung, hanya 6 orang atau 16,22 persen dengan latar belakang pendidikan akuntansi dan 31 orang dengan latar belakang pendidikan non akuntansi atau 83,78 persen.


(26)

8

Penelitian mengenai pentingnya kompetensi SDM dalam meningkatkan kualitas laporan keuangan telah dilakukan oleh banyak peneliti dengan hasil yang bervariasi. Choirunisah (2008), Roviyanti (2011), Sukmanigrum (2011), Nurillah (2014), Mahaputra (2014), membuktikan secara empiris bahwa SDM berpengaruh positip dan signifikan terhadap kualitas laporan keuangan pemerintah daerah. Hasil penelitian yang berbeda ditunjukkan oleh Indriasari (2008) menyatakan bahwa kompetensi SDM tidak berpengaruh signifikan terhadap keterandalan pelaporan keuangan pemerintah daerah. Penelitian yang dilakukan oleh Ponamon (2014) bahwa kompetensi SDM tidak berpengaruh terhadap kualitas LKPD. Penelitian yang dilakukan oleh Winidyaningrum (2010) menunjukkan bahwa SDM berpengaruh positip signifikan terhadap keterandalan pelaporan keuangan pemerintah daerah namun tidak berpengaruh terhadap ketepat waktuan pelaporan keuangan pemerintah daerah.

Faktor selanjutnya yang mempengaruhi kualitas laporan keuangan adalah SPIP yang dibangun dari lima komponen berdasarkan Peraturan Pemerintah (PP) Nomor 60 Tahun 2008 yaitu (1) lingkungan pengendalian, (2) penilaian risiko, (3) aktivitas pengendalian, (4) informasi dan komunikasi serta (5) monitoring. Gubernur, Bupati dan Walikota selaku kepala daerah wajib melakukan pengendalian atas penyelenggaraan kegiatan pemerintahan serta menyampaikan LKPD yang disusun dengan mengikuti SAP yang telah diterima secara umum sehingga pengelolaan keuangan yang efektif, efisien, transparan, dan akuntabel dapat dicapai (Indriasih, 2014). Penelitian sebelumnya tentang sistem pengendalian intern dilakukan oleh Indriasari (2008) yang membuktikan


(27)

9

secara empiris bahwa pengendalian internal akuntansi pemerintah daerah berpengaruh terhadap nilai laporan keuangan pemerintah daerah yang dinyatakan dengan ketepat waktuan dan keterandalan. Hal ini didukung oleh penelitian yang dilakukan oleh Choirunisah (2008), Irwan (2011), Yudianta (2012), Mahaputra (2014), dan Nurillah (2014) yang menyatakan bahwa sistem pengendalian intern berpengaruh positif dan signifikan terhadap kualitas laporan keuangan pemerintah daerah. Hasil penelitian berbeda ditunjukkan oleh Setiyawati (2013) dan Yensi (2014) bahwa sistem pengendalian intern tidak berpengaruh terhadap kualitas laporan keuangan pemerintah daerah, sedangkan Karmila (2014) menyatakan bahwa sistem pengendalian intern tidak berpengaruh signifikan terhadap keterandalan pelaporan keuangan SKPD.

Ketidakkonsistenan hasil penelitian sebelumnya tentang pengaruh kompetensi SDM dan SPIP terhadap kualitas laporan keuangan pemerintah daerah disebabkan oleh adanya faktor kontinjensi. Salah satunya adalah komitmen organisasi yang diduga dapat memperlemah atau memperkuat pengaruh antara kompetensi SDM dan SPIP terhadap kualitas laporan keuangan pemerintah daerah. Hal ini didukung dari hasil penelitian Sugandi (2014) yang menyatakan bahwa komitmen organisasi mempengaruhi keterandalan pelaporan keuangan pemerintah daerah. Penelitian yang dilakukan oleh Rashid et al., (2003)

menyatakan bahwa komitmen organisasi berpengaruh terhadap kinerja keuangan organisasi. Penelitian yang dilakukan Rahmawati (2015) menunjukkan bahwa komitmen organisasi memoderasi atau memperkuat pengaruh kapasitas sumber daya manusia terhadap kualitas laporan keuangan pemerintah daerah, tetapi tidak


(28)

10

mempunyai pengaruh langsung terhadap kualitas laporan keuangan pemerintah daerah. Penelitian yang dilakukan Ratifah dan Ridwan (2012) menunjukkan bahwa komitmen organisasi memperkuat pengaruh SIKD terhadap kualitas laporan keuangan. Secara konseptual komitmen organisasi adalah suatu tingkat keyakinan sejauh mana seseorang memihak pada suatu organisasi tertentu yang tujuannya berniat memelihara keanggotaan dalam organisasi itu (Ikhsan dkk, 2011). Penelitian ini bertujuan untuk mendapatkan bukti empiris mengenai komitmen organisasi sebagai pemoderasi pengaruh kompetensi SDM dan SPIP pada kualitas laporan keuangan Pemerintah Daerah.

1.2. Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian latar belakang masalah yang telah diuraikan di atas, maka yang menjadi rumusan masalah adalah:

1) Apakah kompetensi sumber daya manusia berpengaruh positif pada kualitas Laporan Keuangan Pemerintah Daerah Kabupaten Klungkung?

2) Apakah sistem pengendalian intern pemerintah berpengaruh positif pada kualitas Laporan Keuangan Pemerintah Daerah Kabupaten Klungkung? 3) Apakah komitmen organisasi memperkuat pengaruh kompetensi sumber daya

manusia pada kualitas Laporan Keuangan Pemerintah Daerah Kabupaten Klungkung?

4) Apakah komitmen organisasi memperkuat pengaruh sistem pengendalian intern pemerintah pada kualitas Laporan Keuangan Pemerintah Daerah Kabupaten Klungkung?


(29)

11

1.3.Tujuan Penelitian

Berdasarkan latar belakang dan rumusan masalah yang telah diuraikan, maka tujuan yang ingin dicapai dari penelitian ini adalah:

1) Untuk mengetahui pengaruh dan mendapatkan bukti empiris kompetensi sumber daya manusia pada kualitas Laporan Keuangan Pemerintah Daerah Kabupaten Klungkung.

2) Untuk mengetahui pengaruh dan mendapatkan bukti empiris sistem pengendalian intern pemerintah pada kualitas Laporan Keuangan Pemerintah Daerah Kabupaten Klungkung.

3) Untuk mengetahui pengaruh dan mendapatkan bukti empiris komitmen organisasi memperkuat kompetensi sumber daya manusia pada kualitas Laporan Keuangan Pemerintah Daerah Kabupaten Klungkung.

4) Untuk mengetahui pengaruh dan mendapatkan bukti empiris komitmen organisasi memperkuat sistem pengendalian intern pemerintah pada kualitas Laporan Keuangan Pemerintah Daerah Kabupaten Klungkung.

1.4. Manfaat penelitian 1.4.1 Manfat Teoritis

Manfaat penelitian yang diharapkan adalah sebagai berikut:

1) Dapat memberikan kontribusi pada pengembangan teori khususnya untuk menguji teori hubungan antara kompetensi sumber daya manusia, sistem pengendalian intern dan komitmen organisasi pada kualitas laporan keuangan pemerintah daerah.


(30)

12

2) Dapat memberikan tambahan bukti empiris pada literatur akuntansi khususnya mengenai komitmen organisasi sebagai pemoderasi pengaruh kompetensi sumber daya manusia dan sistem pengendalian intern pemerintah pada kualitas laporan keuangan pemerintah daerah.

1.4.2 Manfaat Praktis

Manfaat penelitian bagi lembaga terkait adalah sebagai berikut:

1) Diharapkan dapat memberikan sumbangan pemikiran tentang faktor kompetensi sumber daya manusia dan sistem pengendalian intern pemerintah serta komitmen organisasi yang dibutuhkan dalam memperbaiki kualitas laporan keuangan pemerintah daerah untuk meningkatkan akuntabilitas pemerintah daerah di masa yang akan datang. 2) Bagi Pemerintah Kabupaten Klungkung, penelitian ini diharapkan dapat

berguna sebagai bahan masukan dalam meningkatkan kualitas laporan keuangan pemerintah daerah demi terwujudnya akuntabilitas dan transparansi pengelolaan keuangan pemerintah daerah.


(31)

13 BAB II

KAJIAN PUSTAKA

2.1 Landasan Teori

Landasan teori adalah dasar berpikir yang bersumber dari suatu teori yang relevan dan dapat digunakan sebagai tuntunan untuk memecahkan berbagai permasalahan dalam penelitian. Landasan teori ini berfungsi sebagai kerangka acuan dan sudut pandang dalam mengarahkan suatu penelitain untuk memberi jawaban sementara terhadap rumusan masalah yang diajukan, serta membantu dalam penyusunan instrumen penelitian.

2.1.1 Teori Stewardship

Donaldson dan Davis (1989) mendefinisikan stewardship theory

merupakan teori yang menggambarkan situasi dimana para manajer tidaklah termotivasi oleh tujuan-tujuan individu tetapi lebih ditujukan pada sasaran hasil utama mereka untuk kepentingan organisasi. Teori ini mempunyai dasar psikologi dan sosiologi yang telah dirancang dimana para eksekutif sebagai steward

termotivasi untuk bertindak sesuai keinginan prinsipal.

Stewardship theory memandang manajemen sebagai pihak yang dapat

dipercaya untuk bertindak dengan sebaik-baiknya bagi kepentingan publik pada umumnya maupun shareholders pada khususnya. Manajer akan berperilaku sesuai

kepentingan bersama dan ketika kepentingan steward dan pemilik tidak sama,

maka steward akan berusaha bekerja sama dari pada menentangnya. Hal ini


(32)

14

sesuai dengan perilaku pemilik merupakan pertimbangan yang rasional serta steward lebih melihat pada usaha untuk mencapai tujuan organisasi.

Manajer selaku steward akan lebih mementingkan kredibilitas atau

kepercayaan publik. Salah satu hal yang mendasari hal ini adalah manajer merasa memiliki tanggung jawab yang besar dalam hal pengelolaan dan pengalokasian sumberdaya yang ada dengan cara yang bijaksana dan hati-hati demi melaksanakan pelayanan kebutuhan masyarakat luas. Sehingga mereka tidak termotivasi untuk memenuhi keinginan pribadi mereka, tetapi dengan memenuhi kebutuhan masyarakat luas inilah maka manajer tersebut merasa bahwa aktualisasi dirinya sudah terpenuhi serta dengan kepercayaan publik yang didapat, maka mereka tidak lagi menginginkan hal-hal materiil karena sejatinya kebutuhan mereka telah terpenuhi.

Dalam konteks organisasi sektor publik, Mardiasmo (2009) menjelaskan bahwa akuntabilitas merupakan kewajiban pemegang amanah (steward) untuk memberikan pertanggungjawaban, menyajikan, melaporkan, dan

mengungkapkan segala aktivitas dan kegiatan yang menjadi tanggung jawabnya kepada pihak pemberi amanah (principal) yang memiliki hak dan kewenangan

untuk meminta pertanggungjawaban tersebut. Hubungan yang terjadi antara prinsipal dan steward dalam hal ini rakyat sebagai prinsipal dan pemerintah

sebagai steward adalah hubungan karena adanya sifat dasar manusia yang dapat

dipercaya, mampu bertindak dengan penuh tanggung jawab, memiliki integritas, dan kejujuran terhadap pihak lain. Pemerintah sebagai pihak yang memiliki banyak informasi dan bertanggungjawab atas kepercayaan yang telah diberikan


(33)

15

rakyat memiliki kesadaran untuk terus mewujudkan transaparansi dan akuntabilitas melalui pengungkapan laporan keuangan yang baik. Hal ini dilakukan sebagai upaya dalam mengaktualisasi diri sebagai pegawai pemerintah yang patuh maupun untuk tujuan politik seperti mencari simpati agar bisa terpilih dalam pemilu selanjutnya serta sebagai upaya untuk mendapatkan kepercayaan publik.

2.1.2 Pendekatan Kontijensi

Pendekatan kontinjensi merupakan pendekatan yang digunakan dalam rangka memberikan masukan faktor-faktor yang sebaiknya dipertimbangkan dalam perancangan penelitian. Pendekatan kontinjensi yang digunakan banyak menarik minat para peneliti karena mereka ingin mengetahui apakah tingkat keandalan variabel independen selalu berpengaruh sama pada setiap kondisi atau tidak terhadap variabel dependennya. Dengan didasarkan pada teori kontinjensi maka ada dugaan bahwa terdapat faktor situasional lainnya yang mungkin akan saling berinteraksi didalam mempengaruhi situasi tertentu. Beberapa penelitian dalam akuntansi menggunakan pendekatan kontinjensi adalah untuk melihat hubungan variabel-variabel konstekstual seperti ketidakpastian lingkungan (Otley, 1980).

Tujuan penggunaan pendekatan kontijensi dalam beberapa penelitian adalah untuk mengidentifikasi berbagai variabel kontijensi yang memengaruhi perancangan dan penggunaan sistem pengendalian. Hasil penelitian sebelumnya menunjukkan bahwa ada ketidakkonsistenan antara satu peneliti dengan peneliti lainnya, sehingga disimpulkan bahwa terdapat variabel lain yang


(34)

16

memengaruhinya. Perbedaan hasil temuan tersebut dapat dilakukan dengan melakukan pendekatan kontijensi (Govindarajan, 1988). Pendekatan kontijensi memungkinkan adanya variabel-variabel yang dapat bertindak sebagai moderating maupun intervening.

Keterkaitan interaksi hubungan antara komitmen organisasi dengan kompetensi SDM dan sistem pengendalian intern terhadap kualitas LKPD dijelaskan oleh pendekatan kontigensi. Dengan demikian teori kontinjensi dalam peneliatian ini mengargumenkan bahwa kompetensi SDM dan sistem pengendalian intern dalam mencapai kualitas laporan keuangan yang baik akan tergantung pada suatu kondisi tertentu, salah satunya adalah komitmen organisasi. 2.1.3 Teori Pembelajaran

Pembelajaran adalah setiap perubahan prilaku yang relatif permanen, terjadi sebagai hasil pengalaman (Robbins, 2008). Perubahan perilaku menunjukkan bahwa pembelajaran telah terjadi dalam cara tertentu. Pembelajaran terjadi ketika seorang individu berprilaku, bereaksi, dan merespon sebagai hasil dari pengalaman dengan satu cara yang berbeda dari caranya berprilaku sebelumnya. Pengalaman bisa didapat secara langsung melalui pengamatan, latihan, ataupun bisa didapatkan secara tidak langsung. Teori pembelajaran (learning theory) juga menguraiakan bahwa seseorang dapat belajar dengan

mengamati apa yang terjadi pada individu lain dan hanya dengan diberi tahu mengenai sesuatu, seperti belajar dari pengalaman langsung. Teori ini juga mengakui keberadaan pembelajaran melalui pengamatan atau pelatihan dan pentingnya persepsi dalam pembelajaran.


(35)

17

2.1.4 Kualitas Laporan Keuangan

Kualitas laporan keuangan merupakan persyaratan normatif yang harus dipenuhi dalam penyusunan laporan keuangan agar laporan keuangan yang dihasilkan dapat memberikan informasi yang bermanfaat bagi para pengguna laporan keuangan tersebut. Kualitas pelaporan keuangan adalah informasi yang lengkap dan transparan, dirancang tidak menyesatkan kepada pengguna (Jonas dan Blanchett, 2000). Laporan keuangan dalam penelitian ini dikatakan berkualitas jika memenuhi karakteristik kualitatif laporan keuangan yang terdapat dalam PP Nomor 71 tahun 2010.

PP Nomor 71 tahun 2010 menyatakan bahwa karakteristik kualitatif laporan keuangan adalah ukuran-ukuran normatif yang perlu diwujudkan dalam informasi akuntansi sehingga dapat memenuhi tujuannya. Keempat karakteristik berikut merupakan prasyarat normatif yang diperlukan agar laporan keuangan pemerintah dapat memenuhi kualitas yang dikehendaki yakni :

1) Relevan

Laporan keuangan bisa dikatakan relevan jika informasi yang termuat di dalamnya dapat memengaruhi keputusan pengguna dengan membantu mereka mengevaluasi peristiwa masa lalu atau masa kini, dan memprediksi masa depan, serta menegaskan atau mengoreksi hasil evaluasi mereka di masa lalu. Informasi keuangan yang relevan dapat dihubungkan dengan maksud penggunaannya. Informasi yang relevan antara lain memiliki karakteristik:


(36)

18

(a) memiliki manfaat umpan balik (feedback value), yaitu informasi

memungkinkan pengguna untuk menegaskan atau mengoreksi ekspektasi di masa lalu.

(b) memiliki manfaat prediktif (predictive value), yaitu informasi dapat

membantu pengguna untuk memprediksi masa yang akan datang berdasarkan hasil masa lalu dan kejadian masa kini.

(c) tepat waktu, yakni informasi disajikan tepat waktu sehingga dapat berpengaruh dan berguna dalam pengambilan keputusan.

(d) lengkap, yakni informasi akuntansi keuangan pemerintah disajikan selengkap mungkin, yaitu mencakup semua informasi akuntansi yang dapat memengaruhi pengambilan keputusan. Informasi yang melatar belakangi setiap butir informasi utama yang termuat dalam laporan keuangan diungkapkan dengan jelas agar kekeliruan dalam penggunaan informasi dapat dicegah.

2) Andal

Informasi dalam laporan keuangan bebas dari pengertian yang menyesatkan dan kesalahan yang material, menyajikan setiap fakta secara jujur, serta dapat diverifikasi. Informasi yang andal memenuhi karakteristik:

(a) penyajian jujur, yaitu informasi menggambarkan dengan jujur transaksi serta peristiwa lainnya yang seharusnya disajikan atau yang secara wajar dapat diharapkan untuk disajikan.

(b) dapat diverifikasi (veriability), yaitu informasi yang disajikan dalam


(37)

19

sekali oleh pihak yang berbeda, hasilnya tetap menunjukkan simpulan yang tidak berbeda jauh.

(c) netralitas, yaitu informasi diarahkan pada kebutuhan umum dan tidak berpihak pada kebutuhan pihak tertentu.

3) Dapat dibandingkan

Informasi yang termuat dalam laporan keuangan akan lebih berguna jika dapat dibandingkan dengan laporan keuangan periode sebelumnya atau laporan keuangan entitas pelaporan lain pada umumnya. Perbandingan dapat dilakukan secara internal dan eksternal. Perbandingan secara internal dapat dilakukan bila suatu entitas menerapkan kebijakan akuntansi yang sama dari tahun ke tahun. Perbandingan secara eksternal dapat dilakukan bila entitas yang diperbandingkan menerapkan kebijakan akuntansi yang sama. Apabila entitas pemerintah akan menerapkan kebijakan akuntansi yang lebih baik daripada kebijakan akuntansi yang sekarang diterapkan, perubahan tersebut diungkapkan pada periode terjadinya perubahan.

4) Dapat dipahami

Informasi yang disajikan dalam laporan keuangan dapat dipahami oleh pengguna dan dinyatakan dalam bentuk serta istilah yang disesuaikan dengan batas pemahaman para pengguna untuk mempelajari informasi yang dimaksud.


(38)

20

2.1.5 Kompetensi Sumber Daya Manusia 2.1.5.1 Pengertian Kompetensi

Menurut Undang-Undang No. 13 tahun 2003 pasal 1 ayat 10 tentang Ketenagakerjaan yang menyatakan bahwa kompetensi adalah kemampuan kerja setiap individu yang mencakup aspek pengetahuan, keterampilan dan sikap kerja yang sesuai standar yang ditetapkan. Efendy (2010) memberikan batasan bahwa kompetensi adalah segala bentuk perwujudan, ekspresi, dan representasi dari motif, pengetahuan, sikap, perilaku utama agar mampu melaksanakan pekerjaan dengan sangat baik atau yang membedakan antara kinerja rata-rata dengan kinerja superior. Boutler et al (1999) mengatakan kompetensi adalah karakteristik yang

mendasari seseorang dapat menunjukkan prestasi kerja yang baik di bidang pekerjaan, peran atau situasi tertentu. Selanjutnya Cheng et al (2002 ) mengatakan

bahwa kompetensi adalah orang yang memiliki pengetahuan (pendidikan , pengalaman dan keterampilan) dan perilaku etis dalam karya. Kompetensi menurut Sudarmanto (2009) disimpulkan sebagai sebuah pernyataan terhadap apa yang seseorang harus lakukan ditempat kerja untuk menunjukan pengetahuannya, keterampilannya dan sikap sesuai standar yang dipersyaratkan. Kompetensi didefinisikan sebagai kemampuan, pengetahuan, kemampuan, motivasi, dan persyaratan lainnya, yang diperlukan dalam rangka untuk melakukan pekerjaan dengan sukses (Jamshidi et al 2013). Definisi kompetensi dalam penelitian ini

dapat dirumuskan sebagai kemampuan seseorang yang mencakup pengetahuan, keterampilan dan sikap dalam pelaksanaan tugas jabatannya secara professional, efektif, dan efisien sesuai dengan standar yang ditetapkan.


(39)

21

2.1.5.2 Kompetensi Aparatur

Keputusan Kepala Badan Kepegawaian Negara Nomor 46A Tahun 2003 menyatakan bahwa kompetensi adalah kemampuan dan karakteristik yang dimiliki seorang PNS berupa pengetahuan, keterampilan, dan sikap perilaku yang diperlukan dalam pelaksanaan tugas jabatannya, sehingga PNS tersebut dapat melaksanakan tugasnya secara professional, efektif, dan efisien. Pengertian kompetensi menurut Surat Keputusan Mendiknas Nomor 045/U/2002 tentang Kurikulum Inti Perguruan Tinggi adalah seperangkat tindakan cerdas, penuh tanggungjawab yang dimiliki seseorang sebagai syarat untuk dianggap mampu oleh masyarakat dalam melaksanakan tugas-tugas di bidang pekerjaan tertentu.

Suprapto (2002) menjelaskan bahwa kualifikasi PNS dapat ditinjau dari tiga unsur utama, yaitu: keahlian, kemampuan teknis dan sifat-sifat personil yang baik. Keahlian PNS antara lain: (a) memiliki pengalaman yang sesuai dengan tugas dan fungsinya; (b) memiliki pengetahuan yang mendalam dibidangnya; (c) memiliki wawasan yang luas dan (d) beretika. Memahami tugas-tugas dibidangnya merupakan kemampuan teknis yang harus dimiliki PNS dan sifat-sifat pegawai yang baik antara lain harus memiliki disiplin yang tinggi, jujur, sabar, menaruh minat, terbuka, objektif, pandai berkomunikasi, selalu siap dan terlatih.

Pengembangan kompetensi aparatur dilakukan melalui program pendidikan dan pelatihan. Pelatihan menurut Smith (2000) adalah proses terencana untuk mengubah sikap/perilaku, pengetahuan dan keterampilan melalui pengalaman belajar untuk mencapai kinerja yang efektif dalam sebuah kegiatan.


(40)

22

Pendidikan dan pelatihan bagi pegawai harus diberikan secara berkala agar setiap pegawai terpelihara kompetensinya untuk peningkatan kinerja organisasi melalui peningkatan produktivitas, efektitas dan efisiensi organisasi (Donalson dan Scannel, 1993, Schuler dan Jackson, 1997, Simanjuntak 2007, Rivai 2009).

Undang-Undang Nomor 5 Tahun 2014 tentang Aparatur Sipil Negara (ASN) mengatur tentang pengembangan kompetensi pegawai melalui pendidikan dan pelatihan. Pasal 70 disebutkan bahwa setiap pegawai ASN memiliki hak dan kesempatan untuk mengembangkan kompetensi. Setiap instansi pemerintah wajib menyusun rencana pengembangan kompetensi ASN dalam rangka pengembangan karir PNS. Pengukuran kompetensi ASN dalam pengembangan karir PNS antara lain:

a) Kompetensi teknis yang diukur dari tingkat dan spesialisasi pendidikan, pelatihan teknis fungsional dan pengalaman bekerja secara teknis.

b) Kompetensi manajerial yang diukur dari tingkat pendidikan, pelatihan struktural atau manajemen, dan pengalaman kepemimpinan.

c) Kompetensi sosial kultural yang diukur dari pengalaman kerja berkaitan dengan masyarakat majemuk dalam hal agama, suku, dan budaya sehingga memiliki wawasan kebangsaan.

2.1.6 Sistem Pengendalian Intern Pemerintah

Rai (2011) menyatakan bahwa SPI merupakan kebijakan dan prosedur yang dirancang untuk memberikan keyakinan yang memadai bagi manajemen bahwa organisasi mencapai tujuan dan sasarannya. PP No 8 Tahun 2006 menyebutkan bahwa SPIP adalah suatu proses yang dipengaruhi oleh manajemen


(41)

23

yang diciptakan untuk memberikan keyakinan yang memadai dalam pencapaian efektivitas, efisiensi, ketaatan terhadap peraturan perundang-undangan yang berlaku, dan keandalan penyajian laporan keuangan pemerintah.

Unsur-unsur SPIP menurut PP No 60 Tahun 2008, mengacu pada unsur SPI yang telah dipraktikan pada lingkungan pemerintahan meliputi:

1) Lingkungan pengendalian

Pimpinan instansi pemerintah dan seluruh pegawai harus menciptakan dan memelihara lingkungan pengendalian dalam keseluruhan organisasi yang menimbulkan perilaku positif dan mendukung terhadap pengendalian intern dan manajemen yang sehat. Lingkungan pengendalian mencakup (a) penegakan integritas dan nilai etika; (b) komitmen terhadap kompetensi; (c) kepemimpinan yang kondusif; (d) pembentukan struktur organisasi yang sesuai dengan kebutuhan; (e) pendelagasian wewenang dan tanggung jawab yang tepat; (f) penyusunan dan penerapan kebijakan yang sehat tentang pembinaan SDM; (g) perwujudan peran aparat pengawasan intern pemerintah (APIP) yang efektif; serta (h) hubungan kerja yang baik dengan instansi pemerintah terkait.

2) Penilaian risiko

Pengendalian intern harus memberikan penilaian atas risiko yang dihadapi unit organisasi baik dari luar maupun dari dalam. Penilaian risiko terdiri atas (a) identifikasi risiko; dan (b) analisis risiko.

3) Kegiatan pengendalian

Kegiatan pengendalian membantu memastikan bahwa arah pimpinan Instansi Pemerintah dilaksanakan. Kegiatan pengendalian harus efisien dan efektif


(42)

24

dalam pencapaian tujuan organisasi. Kegiatan pengendalian terdiri atas: (a) reviu atas kinerja instansi pemerintah yang bersangkutan; (b) pembinaan SDM; (c) pengendalian atas pengelolaan sistem informasi; (d) pengendalian fisik atas aset; (e) pemisahan fungsi; (f) pencatatan yang akurat dan tepat waktu atas transaksi dan kejadian; (g) dokumentasi yang baik atas sistem pengendalian intern serta transaksi dan kejadian penting serta (h) pembatasan akses atas sumber daya dan pencatatannya.

4) Informasi dan komunikasi

Informasi harus dicatat dan dilaporkan kepada instansi pemerintah dan pihak lain yang ditentukan. Informasi disajikan dalam suatu bentuk dan sarana tertentu serta tepat waktu sehingga memungkinkan pimpinan instansi pemerintah melaksanakan pengendalian dan tanggung jawabnya. Penyelenggaraan sistem informasi yang efektif oleh pimpinan instansi pemerintah mesti: (a) menyediakan dan memanfaatkan berbagai bentuk dan sarana komunikasi; (b) mengelola, mengembangkan, dan memperbaharui sistem informasi secara terus menerus.

5) Pemantauan

Pemantauan harus dapat menilai kualitas kinerja dari waktu ke waktu dan memastikan bahwa rekomendasi hasil audit dan reviu lainnya dapat segara ditindak lanjuti. Pemantauan sistem pengendalian intern dilaksanakan melalui pemantauan berkelanjutan, evaluasi terpisah, tindak lanjut hasil rekomendasi audit dan reviu lainnya.


(43)

25

2.1.7 Komitmen Organisasi

Komitmen organisasi adalah sebuah sikap mental yang mewakili keinginan, kebutuhan dan kewajiban untuk melanjutkan pekerjaan dalam suatu organisasi (Seyyed et all 2013). Komitmen organisasi merupakan tingkat sampai

sejauh mana seorang karyawan memihak pada suatu organisasi tertentu dan tujuan-tujuannya, serta berniat untuk mempertahankan keanggotaannya dalam organisasi itu (Robbins dan Judge, 2008). Steers dan Porter (1987) mendefinisikan komitmen organisasi sebagai sikap seseorang dalam mengidentifikasikan dirinya terhadap organisasi beserta nilai-nilai dan tujuan serta keinginan untuk tetap menjadi anggota organisasi untuk mencapai tujuan organisasi. Sedangkan menurut Mowday et al (1979) mengemukakan bahwa

komitmen organisasi terbangun apabila masing-masing individu mengembangkan tiga sikap yang saling berhubungan terhadap organisasi dan atau profesi, yaitu: 1) identifikasi, yaitu pemahaman atau penghayatan terhadap tujuan organisasi; 2) keterlibatan, yaitu perasaan terlibat dalam suatu pekerjaan atau perasaaan

bahwa pekerjaan tersebut adalah menyenangkan; dan

3) loyalitas, yaitu perasaan bahwa organisasi adalah tempatnya bekerja dan tinggal.

Meyer dan Allen (1991) mengemukakan tiga komponen mengenai komitmen organisasi, yaitu:

1) Komitmen afektif (affective commitment) terjadi apabila karyawan ingin

menjadi bagian dari organisasi karena adanya ikatan emosional atau psikologis terhadap organisasi.


(44)

26

2) Komitmen kontinu (continuance commitment) muncul apabila karyawan tetap

bertahan pada suatu organisasi karena membutuhkan gaji dan keuntungan-keuntungan lain, atau karena karyawan tersebut tidak menemukan pekerjaan lain. Dengan kata lain, karyawan tersebut tinggal di organisasi itu karena dia membutuhkan organisasi tersebut.

3) Komitmen normatif (normative commitment) timbul dari nilai-nilai diri

karyawan. Karyawan bertahan menjadi anggota suatu organisasi karena memiliki kesadaran bahwa komitmen terhadap organisasi merupakan hal yang memang seharusnya dilakukan. Jadi, karyawan tersebut tinggal di organisasi itu karena dia merasa berkewajiban untuk itu.

Dari ketiga jenis komitmen tersebut, komitmen afektif adalah jenis yang paling diinginkan oleh perusahaan. Karyawan yang memiliki loyalitas, yaitu karyawan yang mempunyai komitmen afektif akan cenderung tetap tinggal (bekerja dalam perusahaan). Mereka akan merekomendasikan kepada orang lain bahwa tempat kerjanya merupakan tempat yang bagus. Mereka akan dengan sukarela melakukan pekerjaan tambahan untuk perusahaan dan memberikan saran-saran bagi perbaikan serta kemajuan organisasi.

2.2 Kajian Empiris

Kajian empiris penelitian ini merupakan hasil penelitian sebelumnya yang telah dilakukan dari pengujian data valid yang diolah dan dikembangkan menjadi suatu teori yang dapat menjelaskan data serta dalam taraf tertentu mampu meramalkan suatu pengetahuan. Kajian empiris yang digunakan dalam penelitian ini yaitu Kajian empiris yang digunakan dalam penelitian ini yaitu : Choirunisah


(45)

27

(2008), Indriasari (2008), Nugraheni (2008), Winidyaningrum (2010), Irwan (2011), Zeyn (2011), Sari (2012), Yudianta (2012), Panomon (2013), Setiawati (2014), Indriasih (2014), Nurillah (2014), Karmila (2014), Mahaputra (2014), Yensi (2014), Roviyanti (2011), Widyaningsih (2011), Sukmaningrum (2011), Susilawati (2014), Afiah (2014). Ringkasan dari hasil kajian empiris tersebut sebagai referensi penelitian ini disajikan pada Lampiran 3.


(1)

Pendidikan dan pelatihan bagi pegawai harus diberikan secara berkala agar setiap pegawai terpelihara kompetensinya untuk peningkatan kinerja organisasi melalui peningkatan produktivitas, efektitas dan efisiensi organisasi (Donalson dan Scannel, 1993, Schuler dan Jackson, 1997, Simanjuntak 2007, Rivai 2009).

Undang-Undang Nomor 5 Tahun 2014 tentang Aparatur Sipil Negara (ASN) mengatur tentang pengembangan kompetensi pegawai melalui pendidikan dan pelatihan. Pasal 70 disebutkan bahwa setiap pegawai ASN memiliki hak dan kesempatan untuk mengembangkan kompetensi. Setiap instansi pemerintah wajib menyusun rencana pengembangan kompetensi ASN dalam rangka pengembangan karir PNS. Pengukuran kompetensi ASN dalam pengembangan karir PNS antara lain:

a) Kompetensi teknis yang diukur dari tingkat dan spesialisasi pendidikan, pelatihan teknis fungsional dan pengalaman bekerja secara teknis.

b) Kompetensi manajerial yang diukur dari tingkat pendidikan, pelatihan struktural atau manajemen, dan pengalaman kepemimpinan.

c) Kompetensi sosial kultural yang diukur dari pengalaman kerja berkaitan dengan masyarakat majemuk dalam hal agama, suku, dan budaya sehingga memiliki wawasan kebangsaan.

2.1.6 Sistem Pengendalian Intern Pemerintah

Rai (2011) menyatakan bahwa SPI merupakan kebijakan dan prosedur yang dirancang untuk memberikan keyakinan yang memadai bagi manajemen bahwa organisasi mencapai tujuan dan sasarannya. PP No 8 Tahun 2006 menyebutkan bahwa SPIP adalah suatu proses yang dipengaruhi oleh manajemen


(2)

yang diciptakan untuk memberikan keyakinan yang memadai dalam pencapaian efektivitas, efisiensi, ketaatan terhadap peraturan perundang-undangan yang berlaku, dan keandalan penyajian laporan keuangan pemerintah.

Unsur-unsur SPIP menurut PP No 60 Tahun 2008, mengacu pada unsur SPI yang telah dipraktikan pada lingkungan pemerintahan meliputi:

1) Lingkungan pengendalian

Pimpinan instansi pemerintah dan seluruh pegawai harus menciptakan dan memelihara lingkungan pengendalian dalam keseluruhan organisasi yang menimbulkan perilaku positif dan mendukung terhadap pengendalian intern dan manajemen yang sehat. Lingkungan pengendalian mencakup (a) penegakan integritas dan nilai etika; (b) komitmen terhadap kompetensi; (c) kepemimpinan yang kondusif; (d) pembentukan struktur organisasi yang sesuai dengan kebutuhan; (e) pendelagasian wewenang dan tanggung jawab yang tepat; (f) penyusunan dan penerapan kebijakan yang sehat tentang pembinaan SDM; (g) perwujudan peran aparat pengawasan intern pemerintah (APIP) yang efektif; serta (h) hubungan kerja yang baik dengan instansi pemerintah terkait.

2) Penilaian risiko

Pengendalian intern harus memberikan penilaian atas risiko yang dihadapi unit organisasi baik dari luar maupun dari dalam. Penilaian risiko terdiri atas (a) identifikasi risiko; dan (b) analisis risiko.

3) Kegiatan pengendalian

Kegiatan pengendalian membantu memastikan bahwa arah pimpinan Instansi Pemerintah dilaksanakan. Kegiatan pengendalian harus efisien dan efektif


(3)

dalam pencapaian tujuan organisasi. Kegiatan pengendalian terdiri atas: (a) reviu atas kinerja instansi pemerintah yang bersangkutan; (b) pembinaan SDM; (c) pengendalian atas pengelolaan sistem informasi; (d) pengendalian fisik atas aset; (e) pemisahan fungsi; (f) pencatatan yang akurat dan tepat waktu atas transaksi dan kejadian; (g) dokumentasi yang baik atas sistem pengendalian intern serta transaksi dan kejadian penting serta (h) pembatasan akses atas sumber daya dan pencatatannya.

4) Informasi dan komunikasi

Informasi harus dicatat dan dilaporkan kepada instansi pemerintah dan pihak lain yang ditentukan. Informasi disajikan dalam suatu bentuk dan sarana tertentu serta tepat waktu sehingga memungkinkan pimpinan instansi pemerintah melaksanakan pengendalian dan tanggung jawabnya. Penyelenggaraan sistem informasi yang efektif oleh pimpinan instansi pemerintah mesti: (a) menyediakan dan memanfaatkan berbagai bentuk dan sarana komunikasi; (b) mengelola, mengembangkan, dan memperbaharui sistem informasi secara terus menerus.

5) Pemantauan

Pemantauan harus dapat menilai kualitas kinerja dari waktu ke waktu dan memastikan bahwa rekomendasi hasil audit dan reviu lainnya dapat segara ditindak lanjuti. Pemantauan sistem pengendalian intern dilaksanakan melalui pemantauan berkelanjutan, evaluasi terpisah, tindak lanjut hasil rekomendasi audit dan reviu lainnya.


(4)

2.1.7 Komitmen Organisasi

Komitmen organisasi adalah sebuah sikap mental yang mewakili keinginan, kebutuhan dan kewajiban untuk melanjutkan pekerjaan dalam suatu organisasi (Seyyed et all 2013). Komitmen organisasi merupakan tingkat sampai sejauh mana seorang karyawan memihak pada suatu organisasi tertentu dan tujuan-tujuannya, serta berniat untuk mempertahankan keanggotaannya dalam organisasi itu (Robbins dan Judge, 2008). Steers dan Porter (1987) mendefinisikan komitmen organisasi sebagai sikap seseorang dalam mengidentifikasikan dirinya terhadap organisasi beserta nilai-nilai dan tujuan serta keinginan untuk tetap menjadi anggota organisasi untuk mencapai tujuan organisasi. Sedangkan menurut Mowday et al (1979) mengemukakan bahwa komitmen organisasi terbangun apabila masing-masing individu mengembangkan tiga sikap yang saling berhubungan terhadap organisasi dan atau profesi, yaitu: 1) identifikasi, yaitu pemahaman atau penghayatan terhadap tujuan organisasi; 2) keterlibatan, yaitu perasaan terlibat dalam suatu pekerjaan atau perasaaan

bahwa pekerjaan tersebut adalah menyenangkan; dan

3) loyalitas, yaitu perasaan bahwa organisasi adalah tempatnya bekerja dan tinggal.

Meyer dan Allen (1991) mengemukakan tiga komponen mengenai komitmen organisasi, yaitu:

1) Komitmen afektif (affective commitment) terjadi apabila karyawan ingin menjadi bagian dari organisasi karena adanya ikatan emosional atau psikologis terhadap organisasi.


(5)

2) Komitmen kontinu (continuance commitment) muncul apabila karyawan tetap bertahan pada suatu organisasi karena membutuhkan gaji dan keuntungan-keuntungan lain, atau karena karyawan tersebut tidak menemukan pekerjaan lain. Dengan kata lain, karyawan tersebut tinggal di organisasi itu karena dia membutuhkan organisasi tersebut.

3) Komitmen normatif (normative commitment) timbul dari nilai-nilai diri karyawan. Karyawan bertahan menjadi anggota suatu organisasi karena memiliki kesadaran bahwa komitmen terhadap organisasi merupakan hal yang memang seharusnya dilakukan. Jadi, karyawan tersebut tinggal di organisasi itu karena dia merasa berkewajiban untuk itu.

Dari ketiga jenis komitmen tersebut, komitmen afektif adalah jenis yang paling diinginkan oleh perusahaan. Karyawan yang memiliki loyalitas, yaitu karyawan yang mempunyai komitmen afektif akan cenderung tetap tinggal (bekerja dalam perusahaan). Mereka akan merekomendasikan kepada orang lain bahwa tempat kerjanya merupakan tempat yang bagus. Mereka akan dengan sukarela melakukan pekerjaan tambahan untuk perusahaan dan memberikan saran-saran bagi perbaikan serta kemajuan organisasi.

2.2 Kajian Empiris

Kajian empiris penelitian ini merupakan hasil penelitian sebelumnya yang telah dilakukan dari pengujian data valid yang diolah dan dikembangkan menjadi suatu teori yang dapat menjelaskan data serta dalam taraf tertentu mampu meramalkan suatu pengetahuan. Kajian empiris yang digunakan dalam penelitian ini yaitu Kajian empiris yang digunakan dalam penelitian ini yaitu : Choirunisah


(6)

(2008), Indriasari (2008), Nugraheni (2008), Winidyaningrum (2010), Irwan (2011), Zeyn (2011), Sari (2012), Yudianta (2012), Panomon (2013), Setiawati (2014), Indriasih (2014), Nurillah (2014), Karmila (2014), Mahaputra (2014), Yensi (2014), Roviyanti (2011), Widyaningsih (2011), Sukmaningrum (2011), Susilawati (2014), Afiah (2014). Ringkasan dari hasil kajian empiris tersebut sebagai referensi penelitian ini disajikan pada Lampiran 3.


Dokumen yang terkait

Pengaruh Penerapan Sistem Akuntansi Keuangan Keuangan Daerah, Kapasitas Sumber Daya Manusia, Pemanfaatan Teknologi Informasi dan Komitmen Organisasi Sebagai Variabel Pemoderasi Terhadap Kualitas Laporan Keuangan Pemerintah Daerah Pada Pemerintah Daerah Ka

6 24 113

PENGARUH KOMPETENSI SUMBER DAYA MANUSIA, SISTEM PENGENDALIAN INTERN, DAN PENERAPAN Pengaruh Kompetensi Sumber Daya Manusia, Sistem Pengendalian Intern, dan Penerapan Standar Akuntansi Pemerintahan Terhadap Kualitas Laporan Keuangan Pemerintah Daerah(Stud

0 3 16

PENGARUH KOMPETENSI SUMBER DAYA MANUSIA, SISTEM PENGENDALIAN INTERN, DAN PENERAPAN Pengaruh Kompetensi Sumber Daya Manusia, Sistem Pengendalian Intern, dan Penerapan Standar Akuntansi Pemerintahan Terhadap Kualitas Laporan Keuangan Pemerintah Daerah(Stud

0 3 18

PENGARUH SISTEM PENGENDALIAN INTERN, KOMPETENSI SUMBER DAYA MANUSIA DAN PEMANFAATAN TEKNOLOGI Pengaruh Sistem Pengendalian Intern, Kompetensi Sumber Daya Manusia Dan Pemanfaatan Teknologi Informasi Terhadap Kualitas Laporan Keuangan Pemerintah Daerah (St

1 3 16

PENGARUH SISTEM PENGENDALIAN INTERN, KOMPETENSI SUMBER DAYA MANUSIA DAN PEMANFAATAN TEKNOLOGI Pengaruh Sistem Pengendalian Intern, Kompetensi Sumber Daya Manusia Dan Pemanfaatan Teknologi Informasi Terhadap Kualitas Laporan Keuangan Pemerintah Daerah (St

0 3 19

PENGARUH KOMPETENSI SUMBER DAYA MANUSIA, SISTEM PENGENDALIAN INTERN, DAN TEKNOLOGI Pengaruh Kompetensi Sumber Daya Manusia, Sistem Pengendalian Intern, dan Teknologi Informasi Terhadap Kualitas Laporan Keuangan Pemerintah Daerah (Studi Empiris pada Dinas

0 5 13

PENGARUH KOMPETENSI SUMBER DAYA MANUSIA, SISTEM PENGENDALIAN INTERN, DAN TEKNOLOGI Pengaruh Kompetensi Sumber Daya Manusia, Sistem Pengendalian Intern, dan Teknologi Informasi Terhadap Kualitas Laporan Keuangan Pemerintah Daerah (Studi Empiris pada Dinas

0 2 18

PENGARUH KOMPETENSI SUMBER DAYA MANUSIA DAN SISTEM PENGENDALIAN INTERN TERHADAP KUALITAS INFORMASI LAPORAN KEUANGAN PEMERINTAH DAERAH (STUDI EMPIRIS PADA PEMERINTAH KOTA TEBING TINGGI).

1 8 31

Kemampuan Komitmen Organisasi dan Sistem Pengendalian Intern Memoderasi Pengaruh Kapasitas Sumber Daya Manusia dan Penerapan Sistem Informasi Keuangan Daerah pada Kualitas Laporan Keuangan Pemerintah Daerah Kabupaten Karangasem.

1 2 49

Pengaruh Kompetensi Sumber Daya manusia Pada Penerapan Sistem Pengendalian Intern Pemerintah dan Standar Akuntansi Pemerintah serta Implikasinya pada Kualitas Laporan keuangan Pemerintah Daerah.

1 2 25