2.1.5.1. Dimensi seksualitas
Banyaknya variasi seksualitas dan perilaku seksual membutuhkan perspektif yang holistik menyeluruh. Bagaimanapun seksualitas dan kesehatan seksual
memiliki banyak dimensi antara lain: dimensi sosiokultural, agama etika, psikologis, dan biologis.
a. Dimensi Sosiokultural
Merupakan dimensi yang melihat bagaimana seksualitas muncul dalam relasi antar manusia, bagaimana seseorang menyesuaikan diri dengan
tuntutan peran dari lingkungan sosial, serta bagaimana sosialisasi peran dan fungsi seksualitas dalam kehidupan manusia.
Dengan kata laian seksualitas dipengaruhi oleh norma dan peraturan kultural yang menentukan apakah perilaku tersebut diterima atau tidak
berdasarkan kultur yang ada. Sehingga keragaman kultural secara global menyebabkan variabilitas yang sangat luas dalam norma seksual dan
menghadirkan spektrum tentang keyakinan dan nilai yang luas. Misalnya: perilaku yang diperbolehkan selama pacaran, hal-hal yang dianggap
merangsang, tipe aktivitas seksual, sanksi dan larangan dalam perilaku seksual, atau menentukan orang yang boleh dan tidak boleh untuk dinikahi.
Contoh lain tradisi seksual kultural adalah sirkumsisi. Meskipun di AS masih merupakan masalah kontroversial, akan tetapi hampir 80
neonatus laki-laki disana disirkumsisi dengan alasan higienis atau simbol keagamaan dan identitas etnik tertentu. Demikian pula pada wanita, dalam
budaya beberapa negara sirkumsisi pada wanita merupakan tanda fisik kedewasaan seorang wanita, simbol kontrol sosial terhadap kesenangan
seksual dan reproduksi mereka. Survei definitif dan komprehensif mengenai keyakinan dan praktek
seksual di Amerika yang dilakukan oleh para peneliti Universitas Chicago menunjukan bahwa seorang individu dipengaruhi oleh jaringan sosial
mereka dan cenderung untuk melakukan apa yang digariskan oleh lingkungan sosial mereka Michael et al, 1994. Hal ini diperkuat dengan
hasil penelitian kualitatif mengenai perilaku seksual anak jalanan di stasiun kereta api Lempuyangan Jogjakarta. Lingkungan sosial yang bersifat
permisif membuat mereka dengan usia yang sangat muda telah akrab dengan berbagai aktivitas seksual, mulai dari meilhat sampai dengan
melakukan hubungan intim. Purnawan, 2004. Singkatnya, setiap masyarakat memainkan peran yang sangat kuat
dalam membentuk nilai dan sikap seksual, juga dalam membentuk atau menghambat perkembangan dan ekspresi seksual anggotanya. Misalnya
bagi bangsa timur, khususnya Indonesia, melakukan hubungan intim senggama di luar nikah merupakan sebuah aib walaupun sekarang mulai
memudar, akan tetapi bagi masyarakat Barat hal tersebut merupakan hal yang wajar dan biasa terjadi.
b. Dimensi Agama dan Etik
Seksualitas berkaitan dengan standar pelaksanaan agama dan etik Jika keputusan seksual yang ia buat melawati batas kode etik individu maka
akan menimbulkan konflik internal, seperti perasaan bersalah, berdosa dan lain-lain. Spektrum sikap mengenai seksualitas memiliki rentang mulai dari
pandangan tradisional hubungan seks hanya boleh dalam perkawinan sampai dengan sikap yang memperbolehkan sesuai dengan keyakinan
individu tentang perbuatannya. Akan tetapi meskipun agama memegang peranaan penting, akan
tetapi keputusan seksual pada akhirnya diserahkan pada individu, sehingga sering timbul pelanggaran etik atau agama. Seperti yang dikemukakan
Denney Quadagno 1992 bahwa seseorang dapat menyatakan pada publik bahwa ia meyakini sistem sosial tertentu tetapi berperilaku cukup
berbeda secara pribadi. Misalnya: Seseorang meyakini kalau hubungan sex diluar nikah itu tidak diperbolehkan menurut agama atau etika, tapi karena
kurang bisa mengendalikan diri, ia tetap melakukan juga. Michael et al 1994 membagi sikap dan keyakinan individu tentang
seksualitas menjadi 3 kategori: 1
Tradisional : keyakinan keagamaan selalu dijadikan
pedoman bagi perilaku seksual mereka. Dengan demikian homoseksual, aborsi, dan hubungan seks pranikah dan diluar
nikah selalu dianggap sebagai sesuatu yang salah.
2
Relasional : berkeyakinan bahwa sex harus menjadi bagian
dari hubungan saling mencintai, tetapi tidak harus dalam ikatan pernikahan.
3
Rekreasional : menyatakan bahwa kebutuhan seks tidak ada
kaitannya dengan cinta. c.
Dimensi biologis Merupakan dimensi yang berkaitan dengan anatomi dan fungsional
organ reproduksi termasuk didalamnya bagaimana menjag kesehatan dan memfungsikan secara optimal.
d. Dimensi psikologis
Seksualitas mengandung perilaku yang dipelajari sejak dini dalam kehidupannya melalui pengamatan terhadap perilaku orang tuanya. Untuk
itulah orang tua memiliki pengaruh secara signifikan terhadap seksualitas anak-anaknya. Seringkali bagimana seseorang memandang diri mereka
sebagai mahluk seksual berhubungan dengan apa yang telah orang tua tunjukan tentang tubuh dan tindakan mereka.
Menurut Deney Quadagno hasil penelitian menunjukan kecenderungan orang tua memperlakukan anak perempuan dan laki-laki
secara berbeda, mendekorasi kamar secara berbeda, dan demikian pula respon terhadap tindakan mereka.
Orang tua juga akan memberikan penghargaan terhadap anak lak- laki yang melakukan eksplorasi dan mandiri, sedangjan anak perempuan
sering didorong untuk menjadi penolong dan meminta bantuan. Lebih lanjut orang tua cenderung mempertegas permaian sesuai dengan jenis kelamin
pada anak-anak
prasekolah mereka.
Kesimpulannya orang
tua memperlakukan anaknya sesuai dengan jender.
2.1.5.2. Identitas seksual