sering didorong untuk menjadi penolong dan meminta bantuan. Lebih lanjut orang tua cenderung mempertegas permaian sesuai dengan jenis kelamin
pada anak-anak
prasekolah mereka.
Kesimpulannya orang
tua memperlakukan anaknya sesuai dengan jender.
2.1.5.2. Identitas seksual
a. Identitas biologis Perbedaan biologis antara pria dan wanita ditentukan pada masa
konsepsi. Janin perempuan menerima kromosom X satu dari setiap orang tuanya, sedangkan janin laki laki menerima satu kromosom X dari ibunya dan
satu kromosom Y dari ayahnya. Walaupun awalnya genitalia janin belum bisa dibedakan, tetapi pada
saat hormon seks mulai mempengaruhi janin, genitalia membentuk karakteristik pria atau wanita. Pada saat pubertas wanita mengalami putaran siklus
menstruasi dan karakteristik seks skunder. Sedangkan pada anak laki-laki mengalami pembentukan sperma dan karakteristik seks skunder pria.
b. Identitas Jender Jender adalah suatu ciri yang melekat pada kaum lelaki maupun
perempuan yang dikonstruksikan secara sosial maupun kultural Faqih, 1996. Sedangkan Identitas Jender merupakan rasa menjadi feminin atau maskulin.
Dimana segera setelah bayi lahir orang tua dan komunitasnya akan memberikan label sebagai perempuan atau laki-laki. Kemudian orang dewasa
akan memperlakukan secara berbeda antara bayi laki-laki dengan perempuan. Pola interaksi yang berbeda inilah yang kemudian mempengaruhi bayi
mengembangkan rasa identitas jendernya. Pada usia tiga tahun, anak-anak sudah menyadari bahwa mereka akan
menjadi anak perempuan atau anak-laki-laki. Pengenalan ini merupakan bagian dari perkembangan konsep diri.
c. Peran Jender Peran jender merupakan cara dimana seseorang bertindak sebagai wanita
atau pria. Ternyata faktor lingkungan orang tua, teman sebaya, media massa dll bukan satu-stunnya faktor yang membentuk perbedaan perilaku seksual
individu, beberapa peneliti berkeyakinan hormon seks yang mempengaruhi perkembangan otak janin, ikut membentuk terbentuknya peran jender tersebut.
Sehngga perilaku seksual merupakan hasil kombinasi fakor lingkungan dan biologis.
Selanjutnya faktor kultural juga merupakan elemen penting dalam menentukan peran seks atau jender. Ada kultur yang secara ketat
menggambarkan peranaan sebagai feminin atau maskulin misal: pencari nafkah dan koordinator finansial rumah tangga sebagai peran maskulin; sedangkan
pemberi perawatan anak dan memasak adalah peran feminin. Kelompok kultur lain mungkin lebih fleksibel dalam mendefinisikan peran jender mendorong
wanita maupun pria untuk menggali berbagai peran atau perilaku tanpa memberikan label tertentu yang berkaitan dengan seks.
2.1.5.3. Orientasi Seksual