1
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Pajak adalah salah satu kekuatan handal yang kita miliki untuk membangun kemandirian bangsa. Pajak telah menjadi organ penting
keuangan negara yang kini menyuplai lebih dari 70 APBN. DJP, 2006:3. Jadi pajak telah memberikan kontribusi yang cukup besar bagi negara
sehingga pajak berpengaruh besar dalam rangka terselenggaranya tugas pemerintah.
Untuk melaksanakan pengelolaan penerimaan pajak Direktorat Jenderal Pajak melakukan reformasi perpajakan tax reforms yang mencakup
reformasi kebijakan tax policy reforms dan administrasi administrative reforms
. Reformasi kebijakan dilakukan dengan menyempurnakan ketentuan perpajakan yang berlaku misalnya Ketentuan Umum dan Tata Cara
Perpajakan, Pajak Penghasilan sehingga ketentuan perpajakan tersebut menjadi lebih adil equality, pasti legal certainty, sederhana dalam
pemenuhan kewajiban simplicity, netral neutrality. Sedangkan reformasi administrasi perpajakan lebih diarahkan pada pembaruan intern di lingkungan
Direktorat Jenderal Pajak yang mencakup antara lain penyempurnaan struktur organisasi, penerapan sistem administrasi perpajakan terpadu misalnya
SAPT dan SI DJP. John Hutagaol, 2006:211.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
2
Berkaitan dengan hal tersebut pentingnya pelaksanaan pemungutan pajak suatu negara memerlukan suatu sistem yang telah disetujui masyarakat
melalui perwakilannya di dewan perwakilan, dengan menghasilkan suatu peraturan perundang-undangan yang menjadi dasar pelaksanaan perpajakan
bagi fiskus maupun bagi Wajib Pajak. Sistem pemungutan pajak yang berlaku di Indonesia berdasarkan peraturan perundang-undangan perpajakan
menuntut Wajib Pajak untuk turut aktif dalam pemenuhan kewajiban perpajakan. Sistem pemungutan yang berlaku adalah self assesment system.
Siti Kurnia, 2010: 137. Kondisi perpajakan yang menuntut keikutsertaan aktif Wajib Pajak
dalam menyelenggarakan perpajakannya membutuhkan kepatuhan Wajib Pajak yang tinggi. Yaitu kepatuhan dalam pemenuhan kewajiban perpajakan
yang sesuai dengan kebenarannya. Karena sebagian besar pekerjaan dalam pemenuhan kewajiban perpajakan itu dilakukan oleh Wajib Pajak dilakukan
sendiri atau dibantu tenaga ahli misalnya praktisi perpajakan profesional bukan fiskus selaku pemungut pajak. Sehingga kepatuhan diperlukan dalam
self assesment system , dengan tujuan pada penerimaan pajak yang optimal.
Siti Kurnia, 2010: 137. Pihak administrasi pajak hanya melakukan pengontrolan atau pengawasan dan pengecekan atas kebenaran jumlah pajak
yang dihitung sendiri oleh Wajib Pajak. Bila ternyata jumlah itu tidak benar berdasarkan bukti-bukti yang nyata, Wajib Pajak akan dikenakan Surat
Ketetapan Pajak ditambah dengan sanksinya. DJP, 2006: 190.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
3
Menurut Kamus Umum Bahasa Indonesia KBBI, 1995:1013, istilah kepatuhan berarti tunduk atau patuh pada ajaran atau aturan. Dalam
perpajakan kita dapat memberi pengertian bahwa kepatuhan perpajakan merupakan ketaatan, tunduk dan patuh serta melaksanakan ketentuan
perpajakan. Jadi Wajib Pajak yang patuh adalah Wajib Pajak yang taat dan memenuhi serta melaksanakan kewajiban perpajakan sesuai dengan ketentuan
peraturan perundang-undangan perpajakan. Kepatuhan Wajib Pajak dikemukakan oleh Norman Nowak Siti
Kurnia, 2010: 138 sebagai suatu iklim kepatuhan dan kesadaran pemenuhan kewajiban perpajakan, tercermin dalam situasi dimana:
1. Wajib Pajak paham atau berusaha untuk memahami semua ketentuan peraturan perundang-undangan perpajakan,
2. Mengisi formulir pajak dengan lengkap dan jelas, 3. Menghitung jumlah pajak yang terutang dengan benar,
4. Membayar pajak yang terutang tepat pada waktunya. Seperti halnya Wajib Pajak Orang Pribadi dan Badan dikatakan patuh
dalam memenuhi kewajiban perpajakan antara lain: 1. Setiap Wajib Pajak harus mengambil sendiri SPT ke Kantor Pelayanan
Pajak atau tempat lain yang ditentukan oleh Direktur Jenderal Pajak, 2. Setiap Wajib Pajak wajib mengisi SPT dengan benar, jelas, lengkap sesuai
dengan petunjuk yang diberikan berdasarkan ketentuan peraturan perundang-undangan perpajakan yang berlaku, kemudian menandatangani
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
4
dan menyampaikan ke Kantor Pelayanan Pajak atau tempat lain yang ditentukan oleh Direktur Jenderal Pajak,
3. Surat Pemberitahuan wajib dilengkapi dengan lampiran yang ditentukan menurut perundang-undangan perpajakan yang berlaku, termasuk neraca
dan perhitungan rugi laba bagi Wajib Pajak yang melakukan pembukuan, 4. Setelah Surat Pemberitahuan tersebut diisi lengkap beserta lampiran-
lampirannya, diserahkan kembali ke Kantor Pelayanan Pajak dalam batas waktu yang telah ditentukan dengan tanda bukti penerimaan. Jika SPT
disampaikan tidak lengkap, dianggap SPT tidak disampaikan, 5. Kalau dikirim melalui pos, harus tercatat dan bukti tercatat tersebut adalah
bukti penerimaan. Namun, pada umumnya masyarakat memiliki kecenderungan untuk
meloloskan diri dari pembayaran pajak. Usaha yang dilakukan oleh Wajib Pajak untuk meloloskan diri dari pajak merupakan usaha yang disebut
perlawanan terhadap pajak. Perlawanan terhadap pajak ini akan mempengaruhi jumlah penerimaan negara dari sektor pajak. Perlawanan
terhadap pajak seringkali diwujudkan dalam bentuk: 1. Perlawanan pasif
Perlawanan pasif merupakan kondisi yang mempersulit pemungutan pajak yang timbul dari kondisi struktur perekonomian, kondisi sosial
masyarakat, perkembangan
intelektual penduduk,
moral warga
masyarakat, dan tentunya sistem pemungutan pajak itu sendiri.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
5
2. Perlawanan aktif Meliputi usaha masyarakat untuk menghindari, menyeludupkan,
memanipulasi, melalaikan dan meloloskan pajak yang langsung ditujukan kepada fiskus. Siti Kurnia, 2010: 144-146.
Fakta riil bahwa Kantor Wilayah Direktorat Jenderal Pajak DJP Daerah Istimewa Yogyakarta memblokir 11 rekening milik Wajib Pajak yang
pada 2009 tidak taat pajak. “Rekening yang diblokir sebagian besar adalah pengusaha dari Jakarta tetapi tinggal di Yogyakarta yang dikemukakan oleh
kepala Kanwil DJP DIY, Djangkung Soedjarwadi. Kepada Wajib Pajak yang tidak taat, DJP DIY juga mengeluarkan 5.885 surat teguran kepada Wajib
Pajak. 1.409 surat paksa, dan 31 surat penyitaan. Dikatakan pula bahwa DJP DIY akan bertindak tegas jika ada Wajib Pajak yang belum atau tidak
mematuhi kewajibannya membayar pajak. Predikat sebagai yang terbaik dari 35 DJP di seluruh Indonesia yang diraih DJP DIY salah satunya karena sikap
tegasnya. Dalam dua tahun terakhir, tingkat kepatuhan pajak di DJP DIY terus membaik. Pada 2008 kepatuhan pajak DIY baru 73 persen, 2009 naik
menjadi 83 persen, dan pada 2010 ditargetkan naik 5 persen atau menjadi 88 persen,.http:www.ortax.orgortax?mod=beritapage=showid=8676q=
hlm=233. Fakta lain berkaitan dengan pencapaian kepatuhan penyampaian SPT
di DIY bahwa Masyarakat Daerah Istimewa Yogyakarta DIY memiliki kepatuhan membayar pajak tertinggi secara nasional. Hasil perhitungan
pajak tahun 2010, untuk ketiga kalinya Kanwil Pajak Yogyakarta
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
6
memperoleh predikat terbaik dalam tingkat kepatuhan membayar pajak. Prestasi ini diperoleh setelah adanya hasil akumulasi dari lima
KabupatenKota yang ada di DIY. Kepatuhan terbaik diperoleh Kabupaten Gunung Kidul, disusul Kulon Progo di peringkat enam, Sleman peringkat
sepuluh, dan Kota Yogyakarta peringkat 23. Pencapaian kepatuhan penyampaian SPT di DIY mencapai 98 persen atau sekitar 22.270 Wajib
Pajak WP dari total 22.725 WP. Pada tahun ini, ditargetkan peningkatan sebesar 11 persen dibanding 2010. Bila dinominalkan, angkanya sekitar Rp
2,153 triliun dari realisasi tahun 2010 sebesar Rp 1,86 triliun. Kantor Pelayanan Pajak KPP Pratama Wates menargetkan penerimaan pajak
sebesar Rp 82,328 miliar pada 2011. Target ini mengalami peningkatan 7,6 persen dari target penerimaan 2010 sebesar Rp 76,496 miliar. Sementara
realisasi penerimaan pajak mencapai Rp 75,786 miliar atau sekitar 99,07 persen dari target yang dicanangkan.
http:regional.kompas.comread2011030818140496Warga.DIY.Terpatuh .Bayar.Pajak.
Berdasarkan kondisi diatas untuk mengoptimalkan hasil penerimaan pajak, harus dilakukan pengawasan terhadap pelaporan SPT. Pengawasan
mengandung arti untuk mengetahui atau menguji kepatuhan Wajib Pajak dalam melaksanakan kewajiban perpajakan berdasarkan ketentuan-ketentuan
perpajakan yang berlaku. Berdasarkan uraian diatas, penulis tertarik untuk mengetahui tingkat
kepatuhan Wajib Pajak, dengan judul penelitian:
“Evaluasi Tingkat
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
7
Kepatuhan Pelaporan SPT Tahunan Wajib Pajak Orang Pribadi Dan Badan Dalam Memenuhi Kewajiban Perpajakan Studi Kasus di KPP
Pratama Sleman, KPP Pratama Wates, KPP Pratama Wonosari, KPP Pratama Yogyakarta”.
B. Batasan Masalah