17
2. Tinjauan Umum Tentang Reformasi Perpajakan Tax reforms
Dalam rangka melaksanakan pengelolaan penerimaan pajak, Direktorat Jenderal Pajak melakukan reformasi perpajakan tax reforms
yang mencakup reformasi kebijakan tax policy reforms dan administrasi administrative reform. Reformasi kebijakan dilakukan dengan
menyempurnakan ketentuan perpajakan yang berlaku misalnya Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan, Pajak Penghasilan, Pajak pertambahan
Nilai dan Pajak Penjualan Barang Mewah sehingga ketentuan perpajakan tersebut menjadi lebih adil equality, pasti legal certainty, sederhana
dalam pemenuhan kewajiban simplicity, netral neutrality sehingga menciptakan the level of playing field yang sama bagi para Wajib Pajak.
Reformasi administrasi
perpajakan lebih
diarahkan pada
pembaruan intern di lingkungan Direktorat Jenderal Pajak yang mencakup antara lain penyempurnaan struktur organisasi, penerapan sistem
administrasi perpajakan terpadu misalnya SAPT dan SI DJP yang mampu mengawasi proses suatu pekerjaan dari awal hingga selesai
sehingga dapat menjadi instrument pengawasan bagi pimpinan di suatu Kantor Pelayanan Pajak, meningkatkan integritas dan profesionalitas para
pegawai di lingkungan DJP, penerapan sistem pengawasan pembayaran pajak secara on-line, membangun suatu basis data nasional yang
bermanfaat sebagai sarana pengawasan terhadap kepatuhan Wajib Pajak. Hasil reformasi administrasi perpajakan memberikan kemudahan,
kepastian, dan rasa aman bagi Wajib Pajak dalam pemenuhan kewajiban
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
18
dan haknya di bidang perpajakan sehingga dapat meningkatkan kepatuhan sukarelanya dalam membayar pajak yang pada akhirnya meningkatkan tax
coverage ratio dan sekaligus meningkatkan penerimaan pajak. John
Hutagaol dkk, 2006: 211.
3. Tinjauan Umum Tentang Pengertian Kepatuhan Perpajakan Tax
Compliance.
Kepatuhan memenuhi kewajiban perpajakan secara sukarela voluntary of compliance merupakan tulang punggung system self
assessment . Menurut Prof. DR. H. Rochmat Soemitro, S.H system self
assessment adalah penentuan atau besarnya pajak yang terutang
diserahkan sepenuhnya kepada Wajib Pajak yang bersangkutan, dan Wajib Pajak sendirilah yang harus menyusun dan menggunakan data-data yang
ada padanya untuk menentukan sendiri besarnya pajak yang terutang. Pihak administrasi pajak hanya melakukan pengontrolan atau pengawasan
dan pengecekan atas kebenaran jumlah pajak yang dihitung sendiri oleh Wajib Pajak. Bila ternyata jumlah itu tidak benar berdasarkan bukti-bukti
yang nyata, Wajib Pajak akan dikenakan Surat Ketetapan Pajak ditambah dengan sanksinya.
Prinsip self assessment system dalam membayar pajak adalah bahwa Wajib Pajak diwajibkan untuk menghitung, membayar dan
melaporkan pajak sendiri yang terutang sesuai ketentuan peraturan perundang-undangan perpajakan, jadi dalam penentuan besarnya pajak
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
19
yang terutang dipercayakan kepada Wajib Pajak sendiri melalui Surat Pemberitahuan SPT. DJP, 2006:190.
Menurut Kamus Umum Bahasa Indonesia KBBI, 1995: 1030, istilah kepatuhan berarti tunduk atau patuh pada ajaran atau aturan. Dalam
perpajakan kita dapat memberi pengertian bahwa kepatuhan perpajakan merupakan ketaatan, tunduk, patuh serta melaksanakan ketentuan
perpajakan. Jadi Wajib Pajak yang patuh adalah Wajib Pajak yang taat dan memenuhi peraturan perundang-undangan perpajakan.
Kepatuhan Wajib Pajak dikemukan oleh D. Nowak Siti, 2010:138 sebagai “Suatu iklim kepatuhan dan kesadaran pemenuhan kewajiban
perpajakan tercermin dalam situasi dimana: a.
Wajib Pajak paham atau berusaha untuk memahami semua ketentuan peraturan perundang-undangan perpajakan.
b. Mengisi formulir pajak dengan lengkap dan jelas. c.
Menghitung jumlah pajak yang terutang dengan benar. d. Membayar pajak yang terutang tepat pada waktunya.
Safri Nurmatu Siti, 2010:138 mengatakan bahwa kepatuhan perpajakan dapat didefinisikan sebagai suatu keadaan dimana Wajib Pajak
memenuhi semua kewajiban perpajakan dan melaksanakan hak perpajakannya.
Ada dua macam, yaitu kepatuhan formal dan kepatuhan material
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
20
a. Kepatuhan formal adalah suatu keadaan dimana Wajib Pajak memenuhi kewajiban secara formal sesuai dengan kepatuhan dalam
undang-undang perpajakan. b.
Kepatuhan material adalah suatu keadaan di mana Wajib Pajak secara substantive atau hakekatnya memenuhi semua ketentuan
material perpajakan, yakni sesuai isi dan jiwa undang-undang perpajakan. Wajib Pajak yang memenuhi kepatuhan material adalah
Wajib Pajak yang mengisi dengan jujur, lengkap, dan benar Surat Pemberitahuan SPT sesuai ketentuan dan menyampaikan ke KPP
sebelum batas waktu berakhir. Menurut Chaizi Nasucha Siti, 2010: 139 kepatuhan Wajib Pajak
dapat diidentifikasi dari : a. Kepatuhan Wajib Pajak dalam mendaftarkan diri;
b. Kepatuhan untuk menyetorkan kembali Surat Pemberitahuan SPT; c. Kepatuhan dalam penghitungan dan pembayaran pajak terutang; dan
d. Kepatuhan dalam pembayaran tunggakan. Erard dan Feinstin Siti, 2010:139 menggunakan teori psikologi
dalam kepatuhan Wajib Pajak, yaitu rasa bersalah dan rasa malu, persepsi Wajib Pajak atas kewajaran dan keadilan beban pajak yang mereka
tanggung, dan pengaruh kepuasan terhadap pelayanan pemerintah. Kemudian merujuk pada kriteria Wajib Pajak patuh menurut
Keputusan Menteri Keuangan NOMOR 192PMK.032007, bahwa kriteria kepatuhan Wajib Pajak adalah:
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
21
a. Tepat waktu dalam menyampaikan Surat Pemberitahuan, b. Tidak mempunyai tunggakan pajak untuk semua jenis pajak, kecuali
tunggakan pajak yang telah memperoleh izin mengangsur atau menunda pembayaran pajak,
c. Laporan Keuangan diaudit oleh Akuntan Publik atau lembaga pengawasan keuangan pemerintah dengan pendapat Wajar Tanpa
Pengecualian selama 3 tiga tahun berturut-turut; dan d. Tidak pernah dipidana karena melakukan tindak pidana di bidang
perpajakan berdasarkan putusan pengadilan yang telah mempunyai kekuatan hukum tetap dalam jangka waktu 5 lima tahun terakhir.
Maka pada prinsipnya kepatuhan perpajakan adalah tindakan Wajib Pajak dalam pemenuhan kewajiban perpajakannya sesuai dengan
ketentuan peraturan perundang-undangan dan peraturan pelaksanaan yang berlaku dalam suatu negara.
Predikat Wajib Pajak patuh dalam arti disiplin dan taat, tidak sama dengan Wajib Pajak yang berpredikat pembayar pajak dalam jumlah
besar, tidak ada hubungan antara kepatuhan dengan jumlah nominal setoran pajak yang dibayarkan pada kas negara. Karena pembayar pajak
terbesar sekalipun belum tentu memenuhi kriteria sebagai Wajib Pajak patuh, meskipun memberikan kontribusi besar pada negara, jika masih
memiliki tunggakan maupun keterlambatan penyetoran pajak maka tidak dapat diberi predikat Wajib Pajak patuh. Siti, 2010: 139.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
22
4. Tinjauan Umum Tentang Manfaat Predikat Wajib Pajak Patuh