Margin NIM akan mempengaruhi laba rugi bank dan pada akhirnya mempengaruhi kinerja bank tersebut.
Rasio ini menggambarkan tingkat jumlah pendapatan bunga bersih yang diperoleh dengan menggunakan aktiva produktif yang dimiliki oleh
bank. Semakin besar rasio ini maka semakin meningkatnya pendapatan bunga yang diperoleh dari aktiva produktif yang dikelola bank sehingga
kenungkinan bank tersebut dalam kondisi bermasalah semakin kecil. Standar yang ditetapkan Bank Indonesia untuk rasio NIM adalah 6
keatas. Rasio Net Interest Margin dapat dirumuskan sebagai berikut SE BI No.623DPNP tanggal 31 Mei 2004 :
NIM =
Pendapatan Bunga Bersih Rata−rata Aktiva Produktif
x
100 Sehingga unsur-unsur pembentuk NIM adalah pendapatan bunga
bersih yang merupakan selisih dari pendapatan dengan beban bunga dan aktiva produktif.
2.6 Pengaruh Antarvariabel
Berikut ini adalah penjelasan mengenai pengaruh antarvariabel, yaitu pengaruh Capital Adequecy Ratio CAR, Non Performing Loan NPL, dan Net
Interest Margin NIM terhadap Return on Assets ROA.
2.6.1 Pengaruh CAR terhadap ROA
Capital Adequacy Ratio CAR juga biasa disebut dengan rasio kecukupan modal, yang berarti jumlah modal sendiri yang diperlukan
untuk menutup risiko kerugian yang timbul dari penanaman aktiva-aktiva
Universitas Sumatera Utara
yang mengandung risiko serta membiayai seluruh benda tetap dan investaris bank. Seluruh bank yang ada di Indonesia diwajibkan untuk
menyediakan modal minimum sebesar 8 dari ATMR. Semakin besar Capital Adequacy Ratio CAR maka keuntungan bank juga semakin
besar. Dengan kata lain, semakin kecil risiko suatu bank maka semakin besar keuntungan yang diperoleh bank Kuncoro dan Suhardjono, 2002.
Menurut Gary C. Zimmerman 2000; “capital modal merupakan salah satu variabel yang dapat digunakan sebagai dasar pengukuran kinerja
bank, yang tercermin dalam komponen CAMEL rating Capital, Asset, Management, Earning, Liquidity”. “besarnya modal suatu bank akan
mempengaruhi jumlah aktiva produktif, sehingga semakin tinggi asset utilization” Timothy, 2000 maka modal harus bertambah besar.
Sehingga dapat disimpulkan bahwa semakin besar Capital Adequacy Ratio CAR, maka Return on Asset ROA juga akan semakin besar, dalam hal
ini kinerja perbankan menjadi semakin meningkat atau membaik. Hasil penelitian yang dilakukan oleh Werdaningtyas 2002;
Mawardi 2005; Suyono 2005 dan Merkusiwati 2007 menunjukkan hasil bahwa Capital Adequacy Ratio CAR berpengaruh positif dan
signifikan terhadap Return On Asset ROA. Berdasarkan uraian di atas maka dapat diperoleh hipotesis yaitu :
Hipotesis 1 : Capital Adequacy Ratio CAR berpengaruh positif terhadap Return On Asset ROA
Universitas Sumatera Utara
2.6.2 Pengaruh NPL terhadap ROA
Non Performing Loan NPL merefleksikan besarnya risiko kredit yang dihadapi bank, semakin kecil Non Performing Loan NPL, maka
semakin kecil pula resiko kredit yang ditanggung pihak bank. Bank dalam memberikan kredit harus melakukan analisis terhadap kemampuan debitur
untuk membayar kembali kewajibannya. Setelah kredit diberikan, bank wajib melakukan pemantauan terhadap penggunaan kredit serta
kemampuan dan kepatuhan debitur dalam memenuhi kewajiban. “Bank melakukan peninjauan, penilaian, dan pengikatan terhadap agunan untuk
memperkecil resiko kredit” Ali, 2004. Dengan demikian apabila suatu bank mempunyai Non Performing Loan NPL yang tinggi, maka akan
memperbesar biaya baik biaya pencadangan aktiva produktif maupun biaya lainnya, sehingga berpengaruh terhadap kinerja bank.
Risiko kredit yang diproksikan dengan non performing loan NPL berpengaruh negatif terhadap kinerja keuangan bank yang diproksikan
dengan return on asset ROA. Sehingga jika semakin besar Non Performing Loan NPL, akan mengakibatkan menurunnya return on
asset, yang juga berarti kinerja keuangan bank yang menurun. Begitu pula sebaliknya, jika non performing loan NPL turun, maka return on asset
ROA akan semakin meningkat, sehingga kinerja keuangan bank dapat dikatakan semakin baik. Hasil penelitian yang dilakukan oleh Mawardi
2005 dan Meydianawathi 2007 menunjukkan hasil bahwa Non
Universitas Sumatera Utara
Performing Loan NPL berpengaruh negatif terhadap Return On Asset ROA. Berdasarkan uraian di atas maka dapat diperoleh hipotesis yaitu :
Hipotesis 2 : Non Performing Loan NPL berpengaruh negatif terhadap Return On Asset ROA
2.6.3 Pengaruh NIM terhadap ROA
Menurut Peraturan BI No.58 tahun 2003 risiko pasar merupakan jenis risiko yang ada pada industri perbankan. Risiko pasar merupakan
risiko gabungan yang terbentuk akibat perubahan suku bunga, perubahan nilai tukar serta hal-hal lain yang menentukan harga pasar saham, maupun
ekuitas, dan komoditas. “Bank dapat terkena dampak faktor pembentuk harga di pasar modal, seperti suku bunga, karena adanya risiko suku bunga
dalam pembukuan bank yang merupakan dampak dari struktur bisnis bank seperti aktivitas pemberian kredit dan penerimaan tabungan” Ghozali,
2007. Net Interest Margin NIM merupakan rasio yang menunjukkan
kemampuan manajemen bank dalam mengelola aktiva produktifnya untuk menghasilkan pendapatan bunga bersih. Pendapatan bunga bersih
diperoleh dari pendapatan bunga dikurangi beban bunga. Semakin besar rasio ini maka meningkatnya pendapatan bunga atas aktiva produktif yang
dikelola bank sehingga kemungkinan suatu bank dalam kondisi bermasalah semakin kecil. Sehingga semakin besar perubahan Net Interest
Margin NIM suatu bank, maka semakin besar pula profitabilitas bank ROA yang diperoleh bank tersebut, yang berarti kinerja keuangan
Universitas Sumatera Utara
tersebut semakin membaik atau meningkat. Begitu juga dengan sebaliknya, jika perubahan Net Interest Margin NIM semakin kecil,
profitabilitas bank ROA juga akan semakin kecil, dengan kata lain kinerja perusahaan tersebut semakin menurun.
Penelitian yang dilakukan Mawardi 2005; Usman 2003 dan Sudarini 2005 menunjukkan hasil bahwa Net Interest Margin NIM
berpengaruh positif terhadap Return On Asset ROA. Berdasarkan uraian di atas maka dapat diperoleh hipotesis yaitu :
Hipotesis 3 : Net Interest Margin NIM berpengaruh positif terhadap Return On Asset ROA
2.7 Review Peneliti Terdahulu