88 kebijakan distribusi pupuk dan pengadaan gabah dan beras dimana swasta ikut
berpartisipasi, koperasi diberikan tanggung jawab penuh 100 . Tetapi ketika terjadi perubahan kebijakan, partisipasi koperasi tersisa sekitar 30 – 40 .
Karena itu luas skenario yang diambil berkisar antara 25 – 100 . Skenario kedua diambil berdasarkan beberapa kebijakan pemerintah dalam
pengadaan panganberas. Sesuai Instruksi Presiden Nomor 2 Tahun 1997 tentang penetapan harga dasar gabah dan beras, koperasi diberikan tanggung jawab
terlibat dalam pembelian gabah dan beras petani. Tetapi dalam kebijakan perberasan selanjutnya antara lain Inpres Nomor 8 Tahun 2000, Inpres Nomor 9
Tahun 2001 dan 2002, dan Inpres Nomor 2 Tahun 2005, koperasi tidak lagi diberikan tanggung jawab membeli gabah dan beras petani, dan pengadaan
pangan seluruhnya diserahkan kepada mekanisme pasar. Karena itu disini diambil skenario pengurangan pembelian gabah oleh koperasi sebesar 25 .
5.2.3. Evaluasi Efektifitas Kebijakan Pupuk
Evaluasi dampak skenario dapat dilihat terhadap kondisi kelangkaan pupuk dan penyediaan pupuk bagi petani, penggunaan pupuk oleh petani yang
berdampak pada produksi gabah dan pendapatan mereka, pengadaan beras oleh koperasi dan pencapaian volume usaha, SHU dan tingkat produktivitas koperasi.
Enam kelompok peubah di dalam model yang dapat dievaluasi masing-masing 1 pengadaan pupuk level propinsi dan kabupaten, 2 harga pupuk riil tingkat petani,
3 kelompok peubah petani anggota koperasi, 4 kelompok peubah petani non- anggota koperasi, 5 pengadaan gabah dan produksi beras koperasi, dan 6
kinerja usaha koperasi. Hasil simulasi pada masing-masing propinsi sampel dapat dilihat pada
Tabel 3. Jika peran swasta dalam kebijakan pupuk ditingkatkan 25 akan berdampak meningkatkan pengadaan pupuk level propinsi dan kabupaten pada
semua propinsi sampel. Akan tetapi kenaikan peran swasta tersebut memberikan dampak negatif terhadap pengadaan beras koperasi yakni menurunkan jumlah
pembelian gabah koperasi, juga menurunkan jumlah produksi beras dan kapasitas produksi beras koperasi pada semua propinsi sampel. Dampak negatif juga
ditimbulkan pada kinerja koperasi semua propinsi sampel yakni menurunkan volume usaha, SHU dan indikator-indikator produktivitas koperasi. Dampak yang
ditimbulkan pada petani adalah merugikan para petani anggota koperasi semua
89 propinsi sampel kecuali Jawa Tengah. Kerugian yang dialami petani disini adalah
dalam hal penurunan penggunaan pupuk, penurunan jumlah produksi gabah, penurunan jumlah penjualan gabah dan tingkat pendapatan petani. Dampak
kerugian yang sama juga terjadi bagi petani non-anggota koperasi khsusnya pada Propinsi Sumatera Barat dan Nusa Tenggara Barat.
Tabel 3. Hasil Simulasi Skenario Kebijakan Pupuk
P R O P I N S I SUMUT SUMBAR JABAR
JATIM BALI
NTB JATENG
PEUBAH LINI II III
S2… 27.24
32.17 11.86
32.85 21.53
3.94 4.47
S3KAB 27.66
24.13 12.11
33.59 25.66
4.17 4.78
HARGA PUPUK PPETKOP
-0.41 0.00
0.14 -0.69
3.02 3.25
1.47
PETANI KOPERASI DPPETKOP
-2.73 -0.86
-0.06 -0.33
-0.24 -0.19
0.02 GPETKOP
-0.36 -0.19
-0.01 -0.15
-0.01 -0.05
0.00 JGPETKOP
-0.33 -0.21
0.03 -0.21
0.56 -0.22
0.01 IPETKOP
-0.59 -0.15
0.06 -0.17
0.26 -0.28
0.07
PETANI NON-KOP DPPETNKO
7.56 -0.72
0.00 1.86
0.83 -1.41
2.03 GPETNKO
2.55 -0.34
0.00 1.00
0.30 -0.29
0.12 JGPETNKO
2.69 -0.24
0.04 0.12
0.32 -0.25
0.14 IPETNKO
2.64 -0.50
0.07 0.09
0.46 -0.36
0.18
BERAS KOPERASI PGKOP
0.86 -0.10
0.08 0.04
0.08 0.38
0.08 BGKOP
-0.80 -0.07
-0.05 0.04
-0.11 -0.13
-0.02 PROBRKOP
-0.63 -0.05
-0.03 -0.11
-0.14 -0.14
-0.05 CPPRODBR
-0.19 -0.03
-0.08 -0.11
-0.21 -0.16
-0.02
KINERJA KOPERASI
MOSE -0.05
-0.12 0.00
0.00 0.00
-0.01 0.00
MOLU 0.01
0.01 0.00
0.00 0.00
0.00 0.00
ASET 0.00
0.00 0.00
0.00 0.00
0.00 0.00
VOLUME -5.72
-11.57 -1.43
-0.50 -0.26
-8.20 -0.19
SHU -3.08
-3.82 -0.68
-0.68 -0.08
-10.71 -0.22
SHUA -5.13
-6.47 -0.55
-1.36 -0.04
-8.52 -0.25
PRAN -11.16
-37.82 -0.04
-0.47 -0.05
-12.20 -0.19
PRAS -2.02
-0.23 -0.09
-0.38 -0.28
-11.04 -0.03
PRUS -7.17
-7.17 -0.05
-0.41 0.00
-6.57 -0.02
90 Berdasarkan hasil simulasi tersebut dapat dilihat bahwa kebijakan distribusi
pupuk yang lebih memerankan pihak swasta secara parmanen merugikan para pelaku utama produsen beras yakni petani dan pihak koperasi di dalam
pengadaan panganberas. Karena itu dapat dikatakan bahwa kebijakan distribusi pupuk yang ada sekarang tidak efektif mencapai tujuannya yakni untuk
mendukung ketahanan pangan nasional.
Tabel 4. Daftar Peubah-peubah Simulasi dalam Model
PEUBAH Keterangan
LINI II III S2…
Pengadaan Pupuk Level Propinsi Masing-masing S3KAB
Pengadaan Pupuk Level Kabupaten Masing-masing Propinsi
HARGA PUPUK PPETKOP
Harga Pupuk Tingkat Petani Anggota Koperasi
PETANI KOP. DPPETKOP
Penggunaan Pupuk Petani Anggota Koperasi GPETKOP
Jumlah Produksi Gabah Petani Anggota Koperasi JGPETKOP
Jumlah Penjualan Gabah Petani Anggota Koperasi IPETKOP
Pendapatan Petani Anggota Koperasi
PETANI NKOP DPPETNKO
Penggunaan Pupuk Petani Non-Anggota Koperasi GPETNKO
Jumlah Produksi Gabah Petani Non-Anggota Koperasi JGPETNKO
Jumlah Penjualan Gabah Petani Non-Anggota Koperasi IPETNKO
Pendapatan Petani Non-Anggota Koperasi
BERAS KOP PGKOP
Harga Gabah yang Ditetapkan Koperasi BGKOP
Jumlah Pembelian Gabah Koperasi PROBRKOP
Jumlah Produksi Beras Koperasi CPPRODBR
Kapasitas Produksi Beras Koperasi
LEMBAGA KOP MOSE
Modal Sendiri Koperasi MOLU
Modal Luar Koperasi ASET
Nilai Aset Koperasi VOLUME
Volume Usaha Koperasi SHU
Sisa Hasil Usaha Koperasi SHUA
Bagian Sisa Hasil Usaha yang Diterima Anggota Koperasi PRAN
Indeks Produktivitas Anggota Koperasi PRAS
Indeks Produktivitas Aset Koperasi PRUS
Indeks Produktivitas Usaha Koperasi
91
5.2.4. Evaluasi Efektifitas Kebijakan Beras