19 peubah endogen, maka pada masing-masing persamaan digunakan uji statistik F.
Untuk menguji apakah masing-masing peubah penjelas secara individual berpengaruh nyata atau tidak terhadap peubah endogen pada masing-masing
persamaan digunakan uji statistik t.
3.3.3. Validasi Model
Untuk keperluan simulasi terlebih dahulu model divalidasi untuk mengetahui apakah model sudah cukup baik atau belum. Untuk itu digunakan
kriteria statistik Root Mean Squares Error RMSE, Root Mean Squares Percent Error RMSPE, U-Theil Theil’s Inequality Coefficient dan Koefisien Determinasi
R
2
. Penggunaan kriteria statistik bertujuan untuk membandingkan nilai aktual dengan nilai dugaan peubah endogen. Kriteria-kriteria statistik tersebut
dirumuskan sebagai berikut :
= −
= +
;
= −
= ,+
= +
= =
− =
-
dimana :
s t
Y = Nilai hasil simulasi dasar dari variabel observasi
a t
Y = Nilai aktual variabel observasi
n = Jumlah periode observasi.
Semakin kecil nilai RMSE, RMSPE dan U semakin baik modelnya. Nilai U berkisar antara 0 dan 1, sedangkan nilai R
2
yang baik adalah mendekati satu.
3.3.4. Simulasi Kebijakan dan Faktor Eksternal
Setelah melalui proses validasi dan model dinyatakan valid, maka dilakukan simulasi terhadap variabel-variabel kebijakan seperti perubahan
kebijakan distribusi pupuk dan pengadaan beras yang semula dominan ditangani koperasiKUD tetapi kini telah dilepas kepada mekanisme pasar. Juga simulasi
20 terhadap variabel-variabel kebijakan Harga Eceran Tertinggi HET pupuk dan
Harga Pembelian Gabah oleh pemerintah dimana keduanya merupakan variabel signal pasar dan umum digunakan para pelaku pasar dalam operasionalisasi
keputusan-keputusan mereka. Simulasi ketiga variabel kebijakan ini akan dilihat dampaknya terhadap
perubahan variabel-variabel keputusan di dalam model. Variabel-variabel utama yang dilihat adalah keputusan menyalurkan pupuk baik oleh koperasi dan non-
koperasi, jumlah pupuk yang tersedia dan digunakan petani, produksi gabah dan tingkat income petani, pembelian dan pengadaan gabahberas oleh masing-
masing lembaga, dan variabel-variabel keputusan lainnya. Perubahan variabel- variabel dimaksud akan selalu dibandingkan antara koperasi dan non-koperasi
untuk menguji efektifitas kebijakan dimaksud, dan semuanya akan menjelaskan peranan masing-masing lembaga di dalam ketahanan pangan khususnya
pengadaan beras. Selain terhadap variabel kebijakan di atas, simulasi juga dilakukan terhadap
faktor-faktor eksternal variabel-variabel non-kebijakan untuk mengetahui dampak yang ditimbulkan bagi variabel-variabel keputusan yang dianalisis. Hasil-hasil
simulasi ini selain menjelaskan peranan lembaga koperasi dan non-koperasi, juga sekaligus digunakan sebagai dasar membentuk model ketahanan pangan.
3.4. Definisi Variabel Operasional