99 Untuk pengembangan sistem bank padi ke depan maka gabungan
beberapa skenario alternatif di atas merupakan kesatuan kebijakan yang penting. Gabungan skenario kebijakan peningkatan penggunaan pupuk petani secara
langsung, kebijakan menaikan harga gabah, pemberian kredit atau modal kepada koperasi untuk pembelian gabah dan kenaikan kapasitas prasarana dan sarana
produksi beras koperasi serta kebijakan mendorong kenaikan aset dan volume usaha koperasi adalah kesatuan kebijakan yang menunjang pengembangan
system bank padi. Lebih dari itu, kebijakan alternatif tersebut secara bersama- sama akan menjamin produksi dan pendapatan para petani maupun produksi
beras yang dihasilkan koperasi.
5.4. Model Alternatif Penyaluran Pupuk dan Pengadaan GabahBeras Koperasi
Berdasarkan analisis faktor-faktor yang mempengaruhi dan beberapa kelompok analisis simulasi di atas, berikut ini dibangun model alternatif penyaluran
pupuk dan pengadaan gabahberas bagi koperasi. Model yang dibangun didasarkan pada upaya umum menunjang koperasi dalam pengadaan pangan.
Secara spesifik model alternatif ditujukan untuk mengatasi masalah kelangkaan pupuk dan lonjakan harga pupuk, membantu petani menyediakan pupuk sesuai
dengan kebutuhannya, mendorong kenaikan produksi gabah dan pendapatan petani sesuai harga yang layak, mengatasi masalah surplus produksi saat panen
raya dan menyediakan beras dengan harga yang layak bagi petani dan konsumen serta menunjang program pemerintah menyediakan beras bagi masyarakat
miskin. Pada model alternatif penyaluran pupuk, beberapa hal yang perlu
mendapat perhatian sesuai hasil analisis faktor-faktor yang berpengaruh dan analisis simulasi adalah kelangkaan pupuk yang memicu kenaikan harga pupuk di
atas Harga Eceran Tertinggi HET dan harga gabah yang sering berfluktuasi dan tidak menjadi signal yang baik bagi para petani untuk meningkatkan produksi dan
penadapatannya. Juga faktor pengolahan gabah oleh koperasi yang menjadi unit utama menjamin ketersediaan beras baik bagi petani maupun masyarakat luas
dan harga beras dengan berbagai kualitas yang layak bagi konsumen. Karena itu model alternatif penyaluran pupuk bagi koperasi adalah sesuai Gambar 6 berikut.
100
K O
P E
R A
S I
D IS
T R
IB U
T O
R
GUDANG PUPUK
KAB. A
KOPERASI SAPROTAN
KEC. C KOPERASI
SAPROTAN KEC. A
KOPERASI SAPROTAN
KEC. B TPK. A
TPK. B TPK. C
TPK. A TPK. B
TPK. C TPK. A
TPK. B TPK. C
KELOMPOK TANI
PETANI
KELOMPOK TANI
PETANI
KELOMPOK TANI
PETANI
GUDANG PUPUK
KAB. B
KOPERASI SAPROTAN
KEC. C KOPERASI
SAPROTAN KEC. A
KOPERASI SAPROTAN
KEC. B TPK. A
TPK. B TPK. C
TPK. A TPK. B
TPK. C TPK. A
TPK. B TPK. C
KELOMPOK TANI
PETANI
KELOMPOK TANI
PETANI
KELOMPOK TANI
PETANI
GUDANG PUPUK
KAB. C
KOPERASI SAPROTAN
KEC. C KOPERASI
SAPROTAN KEC. A
KOPERASI SAPROTAN
KEC. B TPK. A
TPK. B TPK. C
TPK. A TPK. B
TPK. C TPK. A
TPK. B TPK. C
KELOMPOK TANI
PETANI
KELOMPOK TANI
PETANI
KELOMPOK TANI
PETANI
Gambar 6. Model Alternatif Penyaluran Pupuk Koperasi
101 Pada model alternatif pengadaan gabahberas, keterkaitan antara
penyaluran pupuk dan pengadaan gabahberas koperasi tetap diutamakan. Faktor harga pupuk sesuai HET atau berada dalam kisaran HET sangat diutamakan
untuk menunjang para petani dalam proses produksi. Sementara harga gabah dan pasar gabah merupakan dua faktor yang tidak boleh diabaikan mengingat pada
satu sisi kompetisi pasar gabah dapat merugikan petani dan pada sisi lain harga gabah merupakan indikator seberapa besar kenaikan pendapatan petani dapat
dicapai. Pengabaian terhadap kedua faktor tersebut dapat menjadikan kebijakan ketahanan pangan tidak bermakna.
Faktor lain yang penting diperhatikan adalah unit pengolahan gabah yang merupakan unit utama produksi beras. Dalam hal ini, langkah yang tepat telah
dilakukan oleh beberapa koperasi yakni pengolahan gabahberas dengan sistem bank padi. Tetapi yang perlu diperhatikan adalah produksi beras dalam berbagai
kualitas yang dapat memasuki berbagai golongan pasar termasuk para petani dan masyarakat miskin. Sehubungan dengan hal ini, faktor harga beras juga mendapat
perhatian dan perlu dijamin baik oleh pihak koperasi maupun pemerintah sebagai pengambil kebijakan. Untuk penyaluran beras kepada golongan masyarakat
miskin diperlukan kerjasama dengan Pemerintah Daerah setempat. Gambar 7 dan 8 menyajikan model alternatif pengadaan gabahberas koperasi.
Unit TPK
Petani HET
Produksi Gabah
Satuan Pem- belian Gabah
Koperasi
Unit Pengo- lahan Gabah
• RMU • Gudang
lantai jemur • Peralatan
penunjang. Harga
Gabah
Produksi Beras Kualitas :
A, B, C, D, dst Harga
Beras
Pasar Umum
Gambar 7. Model Alternatif Pengadaan PanganBeras
102
raskin
Produksi Beras
Produksi Beras
Produksi Beras
Produksi Beras
Produksi Beras
Produksi Beras
Petani Pasar
Umum PEMDA
Masyarakat Miskin
Gambar 8. Produksi Beras secara Spesifik pada Level Kabupaten
VI. KESIMPULAN DAN MODEL ALTERNATIF
Berdasarkan hasil kaji ulang peran koperasi dalam menunjang ketahanan pangan dengan fokus pada masalah distribusi pupuk dan pengadaan paganberas
pada tujuh daerah survei masing-masing Propinsi Sumatera Utara, Sumatera Barat, Jawa Barat, Jawa Timur, Bali, Nusa Tenggara Barat dan Jawa Tengah,
diambil kesimpulan sesuai tujuan penelitian sebagai berikut :
6.1. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Peran Koperasi dalam Menunjang Ketahanan Pangan
Peran koperasi dalam menunjang ketahanan pangan dapat dilihat dari dua sisi yaitu kemampuan menyediakan pupuk bagi petani dan kemampuan
pengadaan panganberas. Sesuai hasil-hasil estimasi, faktor-faktor yang mempengaruhi kemampuan penyediaan pupuk koperasi adalah :
1. Jumlah penyaluran pupuk koperasi. Jumlah pupuk yang disalurkan koperasi relatif kecil yakni hanya sekitar 30 . Jumlah ini sesuai dengan kebijakan
pupuk yang sedang berlaku dimana koperasi hanya diberikan kesempatan kecil sementara swasta lebih dominan. Dengan demikian kemampuan
koperasi dalam penyaluran pupuk sudah dibatasi oleh kebijakan pupuk yang ada sekarang.
2. Jumlah penyaluran pupuk swasta. Swasta sangat dominan dalam penyaluran pupuk sehingga jumlah yang disalurkan juga besar. Sesuai fakta lapangan,
dominasi swasta makin menekan kesempatan koperasi untuk menyalurkan pupuk. Hal ini terkait dengan posisi tawar swasta yang lebih besar dan
monopoli swasta di pasar pupuk. 3. Kelangkaan pupuk. Kelangkaan pupuk disebabkan oleh berbagai faktor
diantaranya pupuk diekspor ke luar negeri, dijual ke perusahaan perkebunan besar atau dihilangkan untuk tujuan tertentu. Kuota pupuk yang kecil bagi
koperasi disertai kelangkaan pupuk menyulitkan koperasi menyediakan pupuk dalam jumlah yang memadai bagi petani.
4. Jumlah permintaan pupuk petani. Permintaan pupuk petani khususnya di Pulau Jawa terus meningkat. Penyebabnya adalah terjadi pergeseran musim
tanam, adanya perluasan tanam gadu, dan perluasan areal tanaman pangan. Sementara koperasi mewadahi sejumlah besar petani yang sejak lama terbina