86
5.2. Efektifitas Kebijakan Penyaluran Pupuk dan Pengadaan Beras
Untuk mengetahui efektif tidaknya penyaluran pupuk dan pengadaan beras sesuai kebijakan yang telah ada, dilakukan simulasi terhadap model yang telah
dibangun. Tujuan melakukan simulasi adalah untuk menganalisis dampak perubahan peubah-peubah endogen dan eksogen tertentu terhadap keseluruhan
peubah endogen di dalam model. Perubahan terhadap peubah-peubah dimaksud dilakukan dengan cara mengubah nilainya. Sedangkan peubah yang disimulasi
adalah peubah yang terkait dan menjelaskan tentang kebijakan distribusi pupuk dan pengadaan gabah dan beras yang ada, serta peubah-peubah kebijakan
lainnya.
5.2.1. Validasi Model
Sebelum dilakukan simulasi terlebih dahulu model divalidasi untuk mengetahui apakah model tersebut valid untuk dilakukan simulasi. Indikator yang
digunakan untuk menilai apakah model valid atau tidak adalah Mean Square Error MSE, Root Mean Square Error RMSE, Root Mean Square Percent Error
RMSPE, U-Theil nilai koefisien pendugaan Theil, dan Koefisien Determinasi R
2
. Nilai-nilai MSE, RMSE, RMSPE dan U-Theil yang diharapkan adalah kecil atau mendekati nol sedangkan nilai R
2
mendekati satu. Hasil validasi model semua propinsi dapat dilihat pada Tabel 2. Pada tabel
tersebut dapat dilihat bahwa indikator RMSE pada masing-masing model sesuai propinsi menunjukkan lebih kecil dari 50 peubah endogen bernilai mendekati
nol. Ini berarti indikator RMSE tidak dapat digunakan untuk menetapkan model valid. Indikator RMSPE menunjukkan model pada Propinsi Sumatera Utara, Jawa
Barat dan Jawa Timur valid untuk disimulasi karena 50 peubah endogennya bernilai mendekati nol, sedangkan model propinsi lainnya tidak valid. Indikator
Koefisien Determinasi R
2
dan nilai koefisien pendugaan Theil U-Theil menunjukkan semua model valid karena lebih dari 50 peubah endogen
memenuhi kriteria masing-masing indikator. Secara umum dengan menggunakan indikator R
2
dan U-Theil, seluruh model dinilai valid untuk dilakukan simulasi.
87
Tabel 2. Hasil Validasi Model
Persentase Peubah Sesuai Indikator Propinsi
RMSE RMSPE
R2 U-Theil
Evaluasi 1. Sumatera Utara
34.61 53.85
80.77 76.92
Valid 2. Sumatera Barat
34.61 34.61
76.92 76.92
Valid 3. Jawa Barat
30.77 57.69
57.69 61.54
Valid 4. Jawa Timur
30.77 50.00
70.08 84.61
Valid 5. Bali
30.77 42.31
96.15 96.15
Valid 6. Nusa Tenggara Barat
30.77 38.46
92.31 92.31
Valid 7. Jawa Tengah
30.77 46.15
76.92 80.77
Valid
5.2.2. Skenario Simulasi
Sebelum dilakukan simulasi terlebih dahulu ditetapkan skenario-skenario yang akan disimulasikan. Skenario di bawah ini disusun dengan tujuan untuk
menganalisis sejauh mana kebijakan distribusi pupuk dan pengadaan beras yang telah berjalan efektif : 1 mengatasi kelangkaan pupuk pada petani, 2
meningkatkan produksi gabah dan pendapatan petani, 3 meningkatkan produksi dan kapasitas produksi beras koperasi, dan 4 meningkatkan kinerja usaha-usaha
koperasi. Skenario yang ditetapkan antara lain :
1. Kenaikan pengadaan pupuk oleh pengecer swasta dan kenaikan kelangkaan
pupuk yang ditunjukkan oleh peubah SISA sebesar 25 , 2.
Penurunan pembelian gabah oleh koperasi sebesar 25 . Skenario pertama diambil berdasarkan fakta bahwa pemerintah telah
mengambil kebijakan distribusi pupuk yang baru yang memberikan kesempatan lebih besar kepada penyalur swasta. Data lapangan menunjukkan sekitar 70
penyaluran pupuk dilakukan oleh pihak swasta dan hanya 30 oleh pihak koperasi. Pada satu sisi, pihak swasta mendominasi penyaluran pupuk tetapi pada
sisi lain terjadi kelangkaan pupuk pada petani. Karena itu pada skenario ini, jika peran swasta ditingkatkan akan paralel dengan kenaikan kelangkaan pupuk.
Kenaikan 25 pada peran swasta dan kelangkaan pupuk dimaksudkan untuk menganalisis jika pemerintah masih terus mempercayakan pihak swasta
dalam penyaluran pupuk kepada petani. Besaran persentase 25 disini diambil berdasarkan fakta-fakta umum yang telah berlaku yakni sebelum perubahan
88 kebijakan distribusi pupuk dan pengadaan gabah dan beras dimana swasta ikut
berpartisipasi, koperasi diberikan tanggung jawab penuh 100 . Tetapi ketika terjadi perubahan kebijakan, partisipasi koperasi tersisa sekitar 30 – 40 .
Karena itu luas skenario yang diambil berkisar antara 25 – 100 . Skenario kedua diambil berdasarkan beberapa kebijakan pemerintah dalam
pengadaan panganberas. Sesuai Instruksi Presiden Nomor 2 Tahun 1997 tentang penetapan harga dasar gabah dan beras, koperasi diberikan tanggung jawab
terlibat dalam pembelian gabah dan beras petani. Tetapi dalam kebijakan perberasan selanjutnya antara lain Inpres Nomor 8 Tahun 2000, Inpres Nomor 9
Tahun 2001 dan 2002, dan Inpres Nomor 2 Tahun 2005, koperasi tidak lagi diberikan tanggung jawab membeli gabah dan beras petani, dan pengadaan
pangan seluruhnya diserahkan kepada mekanisme pasar. Karena itu disini diambil skenario pengurangan pembelian gabah oleh koperasi sebesar 25 .
5.2.3. Evaluasi Efektifitas Kebijakan Pupuk