BAB II JENIS-JENIS BENDA YANG DAPAT DIJADIKAN JAMINAN KUASA
MENJUAL DALAM PERJANJIAN KREDIT
Dalam perjanjian kredit, pihak Kreditur sebagai penyalur dana biasanya Kreditur adalah Bank memerlukan suatu kepastian dari nasabahnya yaitu pihak
Debitur yang hendak memerlukan dana, bahwa dana yang disalurkannya tersebut dapat dikembalikan kepada Kreditur seutuhnya berikut bunganya serta biaya-biaya
lain yang kemudian timbul setelah perjanjian tersebut dilakukan. Kepastian tersebut memerlukan suatu jaminan yang harus diberikan oleh
Debitur kepada Kreditur bahwa ia dapat melunasi pinjaman dana atau hutangnya selanjutnya disebut kredit tersebut terhadap Kreditur sebagai pihak penyalur kredit.
Oleh karena lembaga jaminan mempunyai tugas untuk melancarkan dan mengamankan pemberian kredit, maka jaminan yang baik ideal adalah :
1. Yang dapat secara mudah membantu perolehan kredit itu oleh pihak yang
memerlukannya. 2.
Yang tidak melemahkan potensi kekuatan pencari kredit untuk melakukan meneruskan kegiatan usahanya.
3. Yang memberikan kepastian kepada pemberi kredit, dalam arti bahwa barang
jaminan setiap waktu tersedia untuk dieksekusi, yaitu bila perlu dengan mudah dapat diuangkan untuk melunasi hutangnya penerima pengambil kredit.
37
Hal tersebut di atas, sesuai dengan persyaratan kredit yang dikemukakan oleh Hasanuddin Rahman di dalam bukunya, yang menyatakan bahwa prototype suatu
37
Mantayborbir, Hukum Perbankan Dan Sistem Hukum Piutang Dan Lelang Negara, Pustaka Bangsa Press, Medan, 2006, hal. 38.
Universitas Sumatera Utara
perjanjian kredit atau pengakuan hutang-piutang pada dasarnya harus memenuhi minimal 6 enam syarat, yaitu:
1. Jumlah hutang 2. Besarnya bunga
3. Waktu pelunasan 4. Cara-cara pembayaran
5. Klausula opeisbaarheid dan 6. Barang jaminan.
38
Isi perjanjian kredit atau pengakuan utang yang termuat dalam pasal-pasal klausula perjanjian, dari pengembangan hal tersebut di atas, adalah sebagai berikut:
39
1. Jumlah maksimum kredit plafond yang diberikan oleh Bank kepada Debiturnya.
Dalam praktek, Bank dapat juga memberikan kesempatan kepada Debiturnya untuk menarik dana melebihi plafond kreditnya overdraft;
2. Cara media penarikan kredit plafond yang diberikan tersebut, yang mana
penarikan dana tersebut dilakukan di kantor Bank yang bersangkutan dan pembayaran yang dilakukan pada hari dan jam kantor buka.
3. Jangka waktu dan cara pembayaran sampai jatuh tempo, ada 2 dua cara
pembayaran yang lazim digunakan, yaitu : diangsur; dan
secara sekaligus. 4.
Mutasi keuangan Debitur dan pembukuan Bank. Dari mutasi dan pembukuan Bank ini dapatlah diketahui berapa besar jumlah yang terutang oleh pihak
Debitur, untuk itu mutasi keuangan dan pembukuan bank tersebut yang dalam bentuk rekening koran diberikan salinannya setiap bulan oleh pihak bank kepada
pihak Debitur;
5. Pembayaran bunga, administrasi, provisi dan denda bila ada, kecuali
pembayaran bunga, maka pembayaran biaya administrasi dan provisi harus dibayar di muka oleh pihak Debitur. Sedangkan denda harus dibayar oleh pihak
Debitur bila terdapat tunggakan angsuran ataupun bunga;
6. Klausula opeersbaarheid, yaitu klausula yang memuat hal-hal mengenai
hilangnya kewenangan bertindak atau kehilangan hak-haknya pihak Debitur untuk mengurus harta kekayaannya, barang jaminan serta kelalaian Debitur untuk
memenuhi ketentuan-ketentuan dalam perjanjian kredit atau pengakuan utang,
38
Hasanuddin Rahman, Aspek-Aspek Hukum Pemberian Kredit Perbankan Di Indonesia, Citra Aditya Bakti, Bandung, 1995, hal. 159.
39
Ibid, hal. 160-161.
Universitas Sumatera Utara
sehingga pihak Debitur harus membayar secara seketika dan sekaligus lunas. Klausula tersebut antara lain :
6.1. Debitur tidak membayar kewajibannya sebagaimana mestinya;
6.2. Debitur atau pemilik jaminan pailit; 6.3. Debitur atau pemilik jaminan meninggal dunia;
6.4. Harta kekayaan Debitur atau pemilik jaminan dilakukan sitaan; atau 6.5. Surcance Van Betaling; dan
6.6. Debitur atau pemiik jaminan ditaruh dibawah pengampuan Onder Cuaratele
Gesteld; 7. Jaminan yang diserahkan oleh pihak Debitur beserta kuasa yang menyertainya dan
persyaratan penilaian jaminan, pembayaran pajak dan asuransi atas barang jaminan tersebut;
8. Syarat-syarat lain yang harus dipenuhi oleh Debitur dan termasuk hak untuk pengawasan atau pembinaan kredit oleh bank;
10. Biaya akta dan biaya penagihan utang yang juga harus dibayar oleh pihak
Debitur.
Secara lengkapnya, suatu perjanjian kredit bank yang baik harusnya sekurang-kurangnya berisi klausula - klausula, sebagai berikuit :
1. Klausula-klausula tentang maksimum kredit, jangka waktu kredit, tujuan kredit,
bentuk kredit dan batas izin tarik; 2.
Kalusula-klausula tentang bunga, commitment fee dan denda kelebihan tarik; 3.
Klausula-klausula tentang kuasa bank untuk melakukan pembebanan atas rekening giro dan rekening pinjaman nasabah Debitur;
4. Klausula-klausula representation and warranties, yaitu klausula yang berisi
pernyataan-pernyataan nasabah Debitur mengenai fakta-fakta yang menyangkut status hukum, keadaan keuangan dan harta kekayaan nasabah Debitur pada waktu
kredit diberikan, yaitu yang menjadi asumsi-asumsi bagi bank dalam mengambil keputusan untuk memberikan kredit itu;
5. Klausula tentang conditions precedent, yaitu klausula tentang syarat-syarat
tangguh yang harus dipenuhi terlebih dahulu oleh nasabah Debitur sebelum bank berkewajiban untuk menyediakan dana bagi kredit tersebut dan nasabah Debitur
berhak untuk pertama kalinya menggunakan kredit tersebut;
6. Klausula tentang agunan kredit dan asuransi barang-barang agunan;
7. Klausula tentang berlakunya syarat-syarat dan ketentuan-ketentuan hubungan
Rekening Koran bagi perjanjian kredit yang bersangkutan; 8.
Klausula tentang affirmative covenants, yaitu klausula yang berisi janji-janji nasabah Debitur untuk melakukan hal-hal tertentu selama perjanjian kredit masih
berlaku;
Universitas Sumatera Utara
9. Klausula tentang negative covenants, yaitu klausula yang berisi janji-janji
nasabah Debitur untuk tidak melakukan hal-hal tertentu selama perjanjian kredit berlaku;
10. Klausula tentang financial covenants, yaitu klausula yang berisi nasabah Debitur
untuk menyampaikan laporan keuangannya kepada bank dan memelihara posisi keuangannya pada minimal taraf tertentu;
11. Klausula tentang tindakan yang dapat diambil oleh bank dalam rangka
pengawasan, pengamanan, penyelamatan, dan penyelesaian kredit; 12.
Klausula tentang events of default, yaitu klausula yang menentukan suatu peristiwa atau peristiwa-peristiwa yang apabila terjadi memberikan hak kepada
bank untuk secara sepihak mengakhiri perjanjian kredit dan seketika dan sekaligus menangih seluruh out-standing kredit;
13. Klausula tentang arbitrase, yaitu klausula yang mengatur mengenai penyelesaian
perbedaan pendapat atau perselisihan di antara para pihak melaui badan arbitrase, baik badan arbitrase ad hoc atau badan arbitrase institusional;
14. Klausula-klausula bunga rampai atau miscellaneous provisions atau boilerplate
provisions , yaitu klausula-klausula yang berisi syarat-syarat dan ketentuan-
ketentuan yang belum tertampung secara khusus di dalam klausula-kalusula lain; termasuk di dalam klausula-klausula ini adalah klausula yang disebut Pasal
tambahan, yaitu klausula yang berisi syarat-syarat dan ketentuan-ketentuan tambahan yang belum diatur di dalam pasal-pasal lain atau berisi syarat-syarat
dan ketentuan-ketentuan khusus yang dimaksudkan sebagai syarat-syarat dan ketentuan-ketentuan yang menyimpang syarat-syarat dan ketentuan-ketentuan
lain yang telah tercetak di dalam perjanjian kredit yang merupakan perjanjian baku.
40
Dari ketiga teks tentang syarat klausula perjanjian kredit yang diuraikan diatas, khususnya perihal barang jaminan, diungkapkan bahwa barang jaminan atas
kredit Debitur kepada Kreditur wajib diberikan, serta penjaminan barang tersebut harus diikuti dengan kuasa atas barang yang dijadikan objek jaminan tersebut yang
harus diberikan oleh Debitur maupun pihak ketiga yang turut serta demi kepentingan Debitur, kepada Kreditur selaku pihak yang memberikan dan mempercayakan
uangnya sebagai dana kredit kepada Debitur yang bersangkutan.
40
Sutan Remy Sjahdeini, Op.Cit,hal. 178-179.
Universitas Sumatera Utara
Kuasa yang diberikan oleh Debitur kepada Kreditur di dalam perjanjian kredit yang terjadi di antara mereka adalah Kuasa Menjual objek jaminan yang diagunkan
tersebut apabila suatu saat Debitur mengalami wanprestasi. Jadi, disini perwujudan dari kuasa menjual tersebut dikondisikan atau
disyaratkan pada suatu kondisi yaitu kondisi bila Debitur mengalami wanprestasi sehingga ia tidak dapat memenuhi kewajibannya untuk membayar kreditnya tersebut
kepada Kreditur. Dalam hal ini, yang seharusnya bersikap aktif untuk memberi inisiatif atas
pemberian aset atau benda sebagai jaminan atas hutang tersebut adalah Debitur yang harus berupaya untuk dapat meyakinkan Kreditur bahwa ia beritikad baik di dalam
meminjam dana tersebut akan mengembalikannya sebagaimana akan diperjanjikan di antara mereka sesuai dasar hukum yaitu Pasal 1338 ayat 3 KUH Perdata yang
menyatakan bahwa suatu perjanjian harus dilaksanakan dengan itikad baik. Sebelum transaksi kredit dilaksanakan, Kreditur biasanya meminta terlebih
dahulu kepada Debitur suatu benda yang merupakan hak milik Debitur maupun hak milik dari pihak ketiga yang mau turut serta ke dalam perjanjian mereka, untuk
dijadikan jaminan atas hutangnya, dan kemudian menjadikannya sebagai salah satu persyaratan dalam perjanjian mereka, bahwa Debitur harus memberikan salah satu
aset harta miliknya sebagai jaminan terhadap hutangnya kepada Kreditur. Hal tersebut di atas adalah berguna untuk meyakinkan Kreditur bahwa
Debitur benar-benar beritikad baik dalam meminjam dana Kreditur dan Debitur akan mengembalikan dana, berikut bunga serta biaya-biaya lain yang dapat timbul di
Universitas Sumatera Utara
kemudian hari oleh karena perjanjian tersebut, sebagaimana kesepakatan yang terjadi di antara mereka.
A. Perjanjian Kredit Bank Sebagai Dasar Timbulnya Kuasa Menjual