B. Jenis-Jenis Benda Sebagai Jaminan Dalam Perjanjian Kredit
Dalam perjanjian kredit, masing-masing jenis kebendaan diikat oleh lembaga jaminan dengan cara yang berbeda-beda antara satu dan lainnya. Hal tersebut terjadi,
karena demikian diatur menurut peraturan perundang-undangan yang berlaku. Sehingga sebelum kita mengetahui lembaga jaminan yang dapat mengikat
objek jaminan dalam perjanjian kredit, maka sebelumnya kita harus mengetahui terlebih dahulu jenis-jenis kebendaan yang dapat dijadikan sebagai objek jaminan
dalam perjanjian kredit. Oleh sebab itu, dalam bab ini penulis akan mencari tahu lalu menjelaskannya
secara rinci benda-benda apa sajakah yang dapat dijadikan sebagai objek jaminan dari Kuasa Menjual atas perjanjian kredit yang terjadi antara Kreditur terhadap pinjaman
dana yang diberikannya kepada Debitur. Pengaturan benda dalam KUH Perdata pada prinsipnya memuat pengertian
benda, jenis-jenis benda, dan jenis-jenis hak kebendaan. Secara yuridis, yang diartikan sebagai benda zaak adalah segala sesuatu yang dapat menjadi objek hak
milik.
57
Pengertian benda yang dimaksudkan oleh pembentuk undang-undang adalah meliputi barang berwujud dan tidak berwujud hak, barang bergerak dan barang
tidak bergerak. Barang tidak berwujud juga ditentukan sebagai barang bergerak dan barang tidak bergerak. Hal ini menunjukkan bahwa istilah benda bukan saja berada
dalam lingkup hukum benda, tetapi juga berada dalam lapangan hukum harta kekayaan. Pengertian ini memberikan makna yang luas dari benda, sehingga ada yang
berpendapat bahwa sebaiknya benda diartikan sebagai barang yang berwujud saja.
58
Dalam perkembangannya, timbul pula istilah ‘barang’ yang memiliki arti yang lebih luas dari benda, dimana dikatakan dalam KUH Perdata bahwa barang
adalah bagian dari benda, sehingga barang meliputi selain benda, juga adalah objek
57
Tan Kamelo, Op.Cit hal. 139.
58
Ibid.
Universitas Sumatera Utara
dari suatu hak yaitu hak-hak kekayaan, sedangkan benda merupakan sesuatu yang berobjek fisik materi.
59
Selain pengertian benda, suatu hal yang penting dalam kaitannya dengan jaminan adalah cara membedakan benda. Menurut KUH Perdata, benda dapat
dibedakan dalam beberapa jenis, yaitu benda bergerak dan tidak bergerak, benda berwujud dan benda tidak berwujud, benda yang diperdagangkan dan tidak
diperdagangkan, benda yang dapat dibagi dan tidak dapat dibagi, benda yang sudah ada dan benda yang masih akan ada. Dari pembagian benda tersebut, yang paling
penting adalah pembagian benda bergerak dan tidak bergerak.
60
Bahkan, pembagian itu tidak dapat dihindarkan karena sesuai dengan kodrat alam dan akhirnya mempunyai akibat hukum rechtsgevolg terhadap kedudukan
berkuasa bezit, penyerahan levering, kadaluarsa verjaring, pembebanan bezwaring dan penyitaan beslag.
Dalam perkembangan selanjutnya dari pembagian benda, pembagian yang tidak kalah pentingnya dan mempunyai akibat hukum dalam bidang hukum jaminan
khususnya hak tanggungan dan jaminan fidusia adalah benda terdaftar dan tidak terdaftar. Pendaftaran benda dilakukan di tempat pendaftaran umum, untuk
memenuhi aspek publisitas dan sebagai bukti kemilikan atas benda tersebut.
61
Dalam KUH Perdata, diberikan pengertian benda yaitu sesuatu yang berobjek fisik materi, yang memiliki hubungan yang erat dengan hak milik yang kemudian
menjadikan pula hak milik adalah titik sentral dari hukum benda, hal tersebut diungkapkan dalam Pasal 570, Pasal 584 dan Pasal 588 KUH Perdata, sedangkan
barang meliputi selain benda juga adalah objek dari suatu hak yaitu hak-hak kekayaan.
Dimana dalam Pasal 570 KUH Perdata diungkapkan bahwa hak milik adalah hak untuk menikmati kegunaan sesuatu kebendaan dengan leluasa, dan untuk berbuat
bebas terhadap kebendaan itu dengan kedaulatan sepenuhnya, asal tidak bersalahan dengan undang-undang atau peraturan umum yang ditetapkan oleh suatu kekuasaan
59
Ibid, hal. 140.
60
Ibid.
61
Ibid, hal. 141.
Universitas Sumatera Utara
yang berhak menetapkannya, dan tidak mengganggu hak-hak orang lain; kesemuanya itu dengan tidak mengurangi kemungkinan akan pencabutan hak itu demi
kepentingan umum berdasar atas ketentuan undang-undang dan dengan pembayaran ganti rugi.
62
Dalam Pasal 584 KUH Perdata diungkapkan cara-cara memperoleh hak milik, yaitu bahwa Hak milik atas sesuatu kebendaan tak dapat diperoleh dengan cara lain,
melainkan dengan pemilikan karena perlekatan, karena daluwarsa, karena pewarisan, baik menurut undang-undang maupun menurut surat wasiat, dan karena penunjukan
atau penyerahan berdasar atas suatu peristiwa perdata untuk memindahkan hak milik, dilakukan oleh seorang yang berhak berbuat bebas terhadap kebendaan itu.
63
Dalam Pasal 588 KUH Perdata diungkapkan azas perlekatan dari suatu benda, bahwa segala apa yang melekat pada sesuatu kebendaan, atau yang merupakan
sebuah tubuh dengan kebendaan itu, adalah milik dari orang yang menurut ketentuan-ketentuan tercantum dalam pasal-pasal berikut, dianggap sebagai
pemiliknya.
64
Dari keterangan di atas maka dapat kita ketahui bahwa benda-benda yang dapat dijadikan sebagai objek jaminan di dalam perjanjian kredit, yaitu :
1. Benda Bergerak, yaitu benda yang karena sifatnya dapat dipindahkan atau karena
ditentukan undang-undang.
65
Dalam hal ini benda tersebut dibagi lagi ke dalam beberapa kategori, yaitu benda bergerak terdaftar dan benda bergerak tidak
terdaftar. Perlunya pembagian tersebut dilakukan, karena pembagian tersebut mempengaruhi jenis lembaga jaminan apakah yang akan dipakai dalam mengikat
benda tersebut dalam perjanjian kredit. Dalam hal ini diuraikan sebagai berikut: Untuk benda bergerak yang terdaftar, lembaga jaminan yang dipakai adalah lembaga
jaminan fidusia, dan pendaftarannya dilakukan di tempat pendaftaran umum fidusia,
62
Subekti, Kitab Undang-Undang Hukum Perdata, Edisi Revisi, Pradnya Paramita, Jakarta, 1987, Hal. 171.
63
Ibid, hal. 174.
64
Ibid, hal. 175.
65
Op.Cit, hal. 32.
Universitas Sumatera Utara
untuk memenuhi aspek publisitas dan sebagai bukti kepemilikan atas benda tersebut. Benda-benda yang tergolong pada benda bergerak yang terdaftar antara lain
kendaraan bermotor Sepeda Motor, Mobil Pesawat Udara, Kapal Laut, dan lain sebagainya.
Fidusia adalah pengalihan hak kemilikan suatu benda atas dasar kepercayaan dengan ketentuan bahwa benda yang hak kemilikannya dialihkan tetap dalam
penguasaan si pemilik benda
66
Jaminan fidusia adalah hak jaminan atas benda bergerak baik yang berwujud maupun yang tak berwujud, dan bangunanrumah di atas tanah orang lain baik yang
terdaftar atau tidak terdaftar, yang tidak dapat dibebani hak tanggungan, yang tetap dalam penguasaan pemberi fidusia sebagai agunan pelunasan hutang tertentu, yang
memberikan kedudukan diutamakan kepada penerima fidusia terhadap Kreditur lainnya.
67
Benda jaminan fidusia adalah segala sesuatu yang dapat dimiliki dan dialihkan, baik yang berwujud maupun yang tak berwujud, yang terdaftar maupun
yang tak terdaftar, yang bergerak maupun yang tak bergerak, yang tidak dapat dibebani hak tanggungan atau hipotik.
68
Lembaga jaminan fidusia ini juga dapat dipakai untuk menjamin Benda bukan tanah yang terdaftar, baik benda bukan tanah tersebut adalah benda bergerak maupun
benda tidak bergerak misalnya bangunan tertenturumah yang memiliki bukti kepemilikan berupa sertifikat. Bukti kepemilikan ini diperlukan sebagai konsekuensi
yuridis akibat hukum dari prinsip horisontal.
66
Ibid, hal. 30.
67
Ibid, hal. 31.
68
Ibid.
Universitas Sumatera Utara
Prinsip horisontal memiliki konsekuensi yuridis bahwa tanah dan benda- benda lain yang ada diatasnya merupakan dua benda yang masing-masing berdiri
sendiri. Hal ini berarti pemilik bangunan gedungrumah dapat saja menjual bangunan gedungrumah tersebut kepada pihak lain atau menjaminkannya kepada pihak Bank
untuk mendapatkan kredit secara terpisah dari tanahnya. Lembaga jaminan fidusia ini dibebankan terhadap benda bukan tanah sebagai
jaminan kredit yang mana penguasaan fisik atas benda tersebut tetap berada di tangan Debitur.
Untuk benda bergerak yang tidak terdaftar, lembaga jaminan yang dipakai adalah lembaga gadai Pand. Dimana yang dapat dipakai sebagai objek jaminannya
antara lain perhiasan, perabot rumah tangga, dan benda bergerak lainnya. Dasar hukum tentang gadai ini tunduk pada peraturan yang ada di dalam Buku
II KUH Perdata Bab XX tentang Kebendaan. Lembaga gadai ini dibebankan terhadap benda bukan tanah, yang mana penguasaan secara fisik atas benda tersebut
sepenuhnya diserahkan kepada Kreditur. Benda yang dijaminkan atau digadaikan tersebut berada di bawah penguasaan
Kreditur selama kredithutang Debitur belum dilunasinya, hingga tiba masatenggang waktu yang diberikan Kreditur untuk melunaskan hutang Debitur berakhir, apabila
Debitur telah selesai melunasi kredithutangnya tersebut, maka barang atau benda yang dijadikan jaminan atas kreditnya tersebut jaminan gadai akan dikembalikan
kepada Debitur.
Universitas Sumatera Utara
Namun jika ternyata Debitur tidak mampu untuk melunasi kredithutangnya tersebut, maka benda yang dijadikan jaminan tersebut kemudian menjadi hak milik
serta penguasaan penuh Kreditur sebagai kompensasi atau penggantian pembayaran hutang Debitur kepada Kreditur tersebut.
Sehingga akibat kompensasi atau penggantian pembayaran hutang tersebut, maka Debitur tidak memiliki hak apapun lagi atas benda atau barang yang dijaminkan
tersebut, karena sejak Debitur tidak mampu melunasi hutangnya tersebut, maka sejak itu pula terjadi pengalihan hak kepemilikan atas benda atau barang yang dijaminkan
tersebut, dari milik Debitur, menjadi milik Kreditur sepenuhnya. 2.
Benda Tidak Bergerak, lembaga jaminan yang dipakai untuk mengikatnya ke dalam suatu perjanjian kredit adalah Hak Tanggungan. Dalam hal ini objek
jaminan haruslah berupa benda tidak bergerak berbentuk tanah. Dan, dalam proses pengikatannya juga harus dilakukan ke dalam akta atau dokumen tersendiri
yaitu dalam bentuk Akta Pemberian Hak Tanggungan APHT yang dilakukan secara terpisah dari perjanjian tersebut namun adalah merupakan satu kesatuan
yang utuh dan bulat dari perjanjian kredit itu sendiri. Sebelum kita mengenal lebih dalam lagi perihal Hak Tanggungan ini, ada
baiknya kita mengerti terlebih dahulu pengertian dasar dari Hak Tanggungan itu sendiri.
Pengertian dasar dari Hak Tanggungan tersebut yang dirumuskan secara rinci di dalam dasar hukumnya yaitu Pasal 1 butir 1 Undang-undang Nomor 4 Tahun
1996 tentang Hak Tanggungan Atas Tanah Beserta Benda-benda Yang Berkaitan Dengan Tanah, yang isinya sebagai berikut : Hak Tanggungan atas Tanah beserta
benda-benda yang berkaitan dengan tanah, yang selanjutnya disebut hak tanggungan,
Universitas Sumatera Utara
adalah hak jaminan yang dibebankan pada hak atas tanah sebagaimana dimaksud dalam Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1960 tentang Peraturan Dasar Pokok
Agraria, berikut atau tidak berikut benda-benda lain yang merupakan satu kesatuan dengan tanah itu, untuk pelunasan hutang tertentu, yang memberikan kedudukan yang
diutamakan kepada kreditur tertentu terhadap kreditur lain.
69
Dari rumusan Pasal 1 butir 1 Undang-Undang Hak Tanggungan tersebut dapat diketahui bahwa pada dasarnya suatu Hak Tanggungan adalah suatu bentuk
jaminan pelunasan hutang, dengan hak mendahulu, dengan objek jaminannya berupa Hak-hak Atas Tanah yang diatur dalam Undang-Undang Nomor 5 tahun 1960 tentang
Peraturan Dasar Pokok-Pokok Agraria atau Undang-Undang Pokok Agraria untuk selanjutnya disebut UUPA.
70
Dari penjelasan tersebut di atas, dapat kita ketahui bahwa Hak Tanggungan sebagaimana defenisi yang diuraikan dalam pasal 1 butir 1 Undang-Undang Nomor 4
Tahun 1996 tentang Hak Tanggungan Atas Tanah Beserta Benda-benda Yang Berkaitan Dengan Tanah, sebagaimana tersebut di atas, jelas merupakan salah satu
jenis jaminan kebendaan walaupun tidak dinyatakan secara tegas, adalah jaminan yang lahir dari suatu perjanjian.
Di dalam proses pembuatan Hak Tanggungan ini juga hanya dimungkinkan jika dibuat dalam bentuk perjanjian. Hal tersebut telah dinyatakan di dalam Undang-
Undang yang sama, yaitu Pasal 10 Undang-Undang Nomor 4 Tahun 1996 tentang Hak Tanggungan Atas Tanah Beserta Benda-benda Yang Berkaitan Dengan Tanah,
yang berbunyi: 1
Pemberian Hak Tanggungan didahului dengan janji untuk memberikan Hak Tanggungan sebagai jaminan pelunasan hutang tertentu, yang dituangkan di
69
Kartini Muljadi dan Gunawan Widjaja, Hak Tanggungan, Prenada Media-Kencana, Jakarta, 2005, hal. 13.
70
Ibid.
Universitas Sumatera Utara
dalam dan merupakan bagian tak terpisahkan dari perjanjian kredit yang bersangkutan atau perjanjian lainnya yang menimbulkan hutang tersebut.
2 Pemberian Hak Tanggungan dilakukan dengan pembuatan Akta Pemberian Hak
Tanggungan APHT oleh PPAT sesuai dengan peraturan perundang- undangan yang berlaku.
3 Apabila objek Hak Tanggungan berupa hak atas tanah yang berasal dari konversi
hak lama yang telah memenuhi syarat, untuk didaftarkan akan tetapi pendaftarannya belum dilakukan, pemberian Hak Tanggungan dilakukan
bersamaan dengan permohonan pendaftaran hak atas tanah yang bersangkutan. Dari pasal diatas, dapat dikatakan Akta Pemberian Hak Tanggungan APHT
adalah merupakan bagian dari perjanjian kredit yang dilakukan secara terpisah namun tetap merupakan satu kesatuan dalam perjanjian kredit yang tidak dapat dikenai
Kuasa Menjual oleh Debitur terhadap Kreditur sebagai konsekuensi atas hutang yang dimilikinya tersebut.
Menurut Djaja S. Meliala, berdasarkan Penjelasan Umum Undang-Undang Nomor 4 Tahun 1996 tentang Hak Tanggungan butir 3 menyatakan bahwa Hak
Tanggungan merupakan suatu lembaga hak jaminan atas tanah yang kuat dengan ciri-ciri :
1 Memberikan kedudukan yang diutamakan atau mendahulukan kepada
pemegangnya droit de preference, Pasal 1 butir 1 Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 4 Tahun 1996 tentang Hak Tanggungan.
2. Selalu mengikuti objek yang dijaminkan dalam tangan siapapun objek itu berada
droit de suite, Pasal 7 Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 4 Tahun 1996.
Universitas Sumatera Utara
3. Memenuhi asas spesialitas dan asas publisitas, sehingga dapat mengikat pihak
ketiga dan memberikan kepastian hukum kepada pihak-pihak yang berkepentingan. Memenuhi asas spesialitas Pasal 11 butir 1 Undang-Undang
Republik Indonesia Nomor 4 Tahun tentang Hak Tanggungan maksudnya ditentukan objeknya, besarnya nilai tanggungan dan identitas para pihak.
Sedangkan memenuhi asas publisitas Pasal 13 butir Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 4 Tahun 1996 tentang Hak Tanggungan, berarti pemberian hak
tanggungan wajib didaftarkan pada Kantor Pertanahan. Mudah dan pasti pelaksanaan eksekusinya Pasal 6 jo. Pasal 26 Undang-Undang Republik
Indonesia Nomor 4 Tahun 1996 tentang Hak Tanggungan.
71
Dalam hak tanggungan ini juga diberlakukan asas pemisahan horisontal, sebagaimana terhadap benda bergerak yang dijamin dengan jaminan fidusia,
sebagaimana dijelaskan sebelumnya. Dan sebagai konsekuensinya juga berlaku hal yang sama yaitu bahwa terjadinya pemisahan antara tanah dan segala sesuatu yang
ada di atasnya, termasuk rumahbangunan lainnya . Dalam perkembangan selanjutnya, asas pemisahan horisontal ini dapat dilentur
sesuai dengan perubahan hukum dan kenyataan yang ada di dalam masyarakat. Hal itu dapat terjadi karena masyarakat bersifat fleksibel, yang selalu mengikuti
perkembangan zaman, sehingga diharapkan hukum juga harus dapat mengikuti perkembangan masyarakat tersebut, seiring dengan perkembangan zaman yang ada
sebagai contohnya, Undang-Undang Hak Tanggungan menganut asas pemisahan horisontal yang tidak bersifat mutlak, artinya bahwa bangunan rumah, tanaman, hasil
karya dimungkinkan juga untuk dibebankan dengan hak tanggungan sepanjang
71
Djaja S. Meliala, Perkembangan Hukum Perdata Tentang Benda Dan Hukum Perikatan, Nuansa Aulia, Bandung, 2007, hal. 53.
Universitas Sumatera Utara
merupakan satu kesatuan dengan tanah dan hal tersebut harus dinyatakan secara tegas di dalam akta pemberian Hak Tanggungan.
C. Objek Jaminan Yang Dapat Dikenakan Kuasa Menjual dalam Perjanjian