Gambaran Minat dan Motivasi Remaja dalam Melanjutkan Pendidikan di Bidang Kesehatan di SMA Negeri Kota Tebing Tinggi
GAMBARAN MINAT DAN MOTIVASI REMAJA DALAM
MELANJUTKAN PENDIDIKAN DI BIDANG KESEHATAN
DI SMA NEGERI KOTA TEBING TINGGI
Skripsi
OlehHanna Sefriza Nasution 111121031
PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN
FAKULTAS KEPERAWATAN
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
2013
(2)
(3)
Judul : Gambaran Minat dan Motivasi Remaja dalam Melanjutkan Pendidikan di Bidang Kesehatan di SMA Negeri Kota Tebing Tinggi
Nama : Hanna Sefriza Nasution
Nim : 11121031
Jurusan : S1 Keperawatan Ekstensi
Tahun Akademik : 2011/2013
ABSTRAK
Minat merupakan sumber motivasi yang mendorong seseorang dalam menentukan pilihannya sedangkan motivasi adalah proses membangkitkan, mengarahkan dan memantapkan perilaku pada pilihannya. Penelitian ini memiliki tujuan mengidentifikasi gambaran minat dan motivasi remaja dalam melanjutkan pendidikan di bidang kesehatan di SMA Negeri Kota Tebing Tinggi. Penelitian ini menggunakan metode desktiptif, teknik pengambilan sampel dengan Stratified random sampling pada 120 responden. Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa remaja SMA Negeri Kota Tebing Tinggi memiliki minat dengan perolehan sebanyak 62 orang (51,7%) dan memiliki motivasi sedang dengan perolehan sebanyak 100 orang (83,3%) dalam melanjutkan pendidikan di bidang kesehatan. Bagi pendidikan keperawatan menanamkan dan mengasah minat remaja untuk melanjutkan pendidikannya sangat diperlukan terutama di bidang kesehatan sehingga ilmu yang didapat di Perguruan Tinggi sesuai dengan pilihan atau minat dalam diri.
(4)
PRAKATA
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah
melimpahkan rahmat dan karunia-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan
skripsi yang berjudul “Gambaran minat dan motivasi remaja dalam melanjutkan pendidikan di bidang kesehatan di SMA Negeri Kota Tebing Tinggi”.
Shalawat beriring salam tidak lupa pula penulis panjatkan kepada Nabi
Besar Muhammad SAW yang telah membawa umatnya dari alam kebodohan ke
alam yang berilmu pengetahuan sebagaimana yang kita rasakan pada saat
sekarang ini.
Skripsi ini disusun dengan tujuan untuk memenuhi syarat dalam
menyelesaikan mata kuliah skipsi II. Dalam penyusunan skripsi ini penulis
banyak menghadapi berbagai hambatan dan kesulitan. Namun, berkat adanya
bantuan, bimbingan, dan arahan dari berbagai pihak, sehingga skripsi
penelitian ini dapat terselesaikan sesuai dengan waktu yang telah ditetapkan.
Oleh karena itu, pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih
yang sebesar-besarnya kepada yang terhormat:
1. Bapak dr. Dedi Ardinata, M.Kes selaku Dekan Fakultas Keperawatan
Universitas Sumatera Utara.
2. Ibu Erniyati, S.Kp, MNS selaku Pembantu Dekan 1 Fakultas Keperawatan
Universitas Sumatera Utara.
3. Ibu Mahnum Lailan Nst, S.Kep, Ns, M.Kep selaku pembimbing yang banyak
(5)
4. Ibu Siti Zahara Nst, S.Kp, MNS selaku penguji 1dan Ibu Roxsana D.T, S.Kep,
Ns, MNurs (MntlHlth) selaku penguji 2 skripsi.
5. Dewan Dosen beserta staf Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara
6. Teristimewa buat Ayahanda dan Ibunda serta anggota keluarga lainnya yang
telah banyak memberikan dp’a, nasehat, materi dan dorongan moril sehingga
penulis dapat menyelesaikan skripsi ini.
7. Buat kakak, adik dan semua keluarga serta teman terdekat Dedi Yariski Sbl
yang selalu memberi dukungan dan semangat dalam pengerjaan skripsi ini.
8. Teman-teman sejawat angkatan 2011 yang selalu memberikan bantuan,
motivasi, partisipasi, dan saran-saran kepada penulis dalam menyelesaikan
skripsi ini.
Penulis menyadari bahwa dalam penulisan skripsi ini masih banyak
terdapat kekurangan. Untuk itu, penulis sangat mengharapkan kritik dan saran
yang sifatnya membangun demi kesempurnaan skripsi ini dimasa yang akan
datang.
Akhirnya kepada Allah SWT penulis berserah diri semoga kita selalu
dalam lindungan serta limpahan rahmat-Nya dengan kerendahan hati penulis
berharap mudah-mudahan proposal penelitian ini dapat bermanfaat bagi pembaca
pada umumnya dan penulis khususnya.
Medan, Februari 2013
(6)
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ... i
LEMBAR PENGESAHAN ... ii
PRAKATA ... iii
DAFTAR ISI ... v
DAFTAR LAMPIRAN ... vii
DAFTAR SKEMA ... ………. viii
DAFTAR TABEL ... ix
BAB 1 PENDAHULUAN 1. Latar belakang ... 1
2. Pertanyaan Penelitian ... 4
3. Tujuan Penelitian ... 4
4. Manfaat Penelitian ... 5
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 1. Pendidikan ... 6
1.1Defenisi Pendidikan ... 6
1.2Tujuan Pendidikan ... 7
1.3Klasifikasi Pendidikan ... 7
1.4Pendidikan di Bidang Kesehatan ... 8
2. Minat ... 12
2.1Defenisi Minat ... 12
2.2Kriteria Minat ... 12
2.3Faktor-faktor yang mempengaruhi minat... 13
2.4Pentingnya minat ... 15
2.5Macam Minat pada Remaja ... 16
3. Motivasi ... 20
3.1Defenisi Motivasi ... 20
3.2Faktor-faktor yang mempengaruhi motivasi ... 20
3.3Teori-teori Motivasi ... 22
(7)
3.5Motivasi Belajar ... 26
3.6Fungsi Motivasi ... 29
3.7Bentuk-bentuk motivasi ... 29
4. Remaja ... 31
4.1Defenisi Remaja ... 31
4.2Karakteristik Remaja ... 32
4.3Tugas Perkembangan Remaja ... 35
BAB 3 KERANGKA PENELITIAN 1. Kerangka konseptual ... 36
2. Defenisi operasional ... 37
BAB 4 METODELOGI PENELITIAN 1. Desain penelitian ... 39
2. Populasi dan sampel ... 39
2.1Populasi ... 39
2.2Sampel ... 39
3. Lokasi dan waktu penelitian... 40
4. Pertimbangan etik ... 41
5. Instrumen penelitian ... 42
6. Uji validitas dan reliabilitas ... 44
7. Pengumpulan data ... 45
8. Analisa data ... 46
BAB 5 HASIL DAN PEMBAHASAN 1. Hasil penelitian ... 47
1.1Data demografi responden ... 47
1.2Gambaran minat remaja melanjutkan pendidikan di bidang kesehatan ... 49
1.3Gambaran motivasi remaja melanjutkan pendidikan di bidang kesehatan ... 49
2. Pembahasan ... 50
BAB 6 PENUTUP 1. Kesimpulan ... 59
(8)
2. Saran ... 60
DAFTAR PUSTAKA ... 61
DAFTAR LAMPIRAN Lampiran
1. Lembar PersetujuanMenjadi Responden
2. Petunjuk Pengisian Kuesioner (Informen Consent) 3. Kuesioner Penelitian
4. Surat Izin Penelitian dari Fakultas Keperawatan USU
5. Surat Izin Penelitian dari Dinas Pendidikan Kota Tebing Tinggi 6. Surat Izin Penelitian dari SMA Negeri 3
7. Surat Izin Penelitian dari SMA Negeri 4 8. Surat Balasan Penelitian dari SMA Negeri 3 9. Surat Balasan Penelitian dari SMA Negeri 4 10.Surat Validitas
11.Hasil Reliabilitas
12.Hasil Tabulasi Data Hasil Penelitian 13.Jadwal Penelitian
14.Anggaran Biaya 15.Riwayat Hidup
(9)
DAFTAR SKEMA
Skema 3.1 Gambaran minat dan motivasi remaja dalam melanjutkan
pendidikan di bidang kesehatan di SMA Negeri Kota Tebing Tinggi ... 36
(10)
DAFTAR TABEL
Tabel 5.1 Distribusi frekuensi siswa SMA Negeri Kota Tebing Tinggi berdasarkan data demografi responden... 48
Tabel 5.2 Distribusi frekuensi minat remaja untuk melanjutkan pendidikan di bidang kesehatan... 49 Tabel 5.3 Distribusi frekuensi motivasi remaja untuk melanjutkan pendidikan
(11)
Judul : Gambaran Minat dan Motivasi Remaja dalam Melanjutkan Pendidikan di Bidang Kesehatan di SMA Negeri Kota Tebing Tinggi
Nama : Hanna Sefriza Nasution
Nim : 11121031
Jurusan : S1 Keperawatan Ekstensi
Tahun Akademik : 2011/2013
ABSTRAK
Minat merupakan sumber motivasi yang mendorong seseorang dalam menentukan pilihannya sedangkan motivasi adalah proses membangkitkan, mengarahkan dan memantapkan perilaku pada pilihannya. Penelitian ini memiliki tujuan mengidentifikasi gambaran minat dan motivasi remaja dalam melanjutkan pendidikan di bidang kesehatan di SMA Negeri Kota Tebing Tinggi. Penelitian ini menggunakan metode desktiptif, teknik pengambilan sampel dengan Stratified random sampling pada 120 responden. Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa remaja SMA Negeri Kota Tebing Tinggi memiliki minat dengan perolehan sebanyak 62 orang (51,7%) dan memiliki motivasi sedang dengan perolehan sebanyak 100 orang (83,3%) dalam melanjutkan pendidikan di bidang kesehatan. Bagi pendidikan keperawatan menanamkan dan mengasah minat remaja untuk melanjutkan pendidikannya sangat diperlukan terutama di bidang kesehatan sehingga ilmu yang didapat di Perguruan Tinggi sesuai dengan pilihan atau minat dalam diri.
(12)
BAB 1 PENDAHULUAN
1. Latar Belakang
Perkembangan masyarakat Indonesia berjalan semakin hari semakin cepat
searah dengan perkembangan dan kemajuan ilmu pengetahuan. Oleh karena itu,
negara kita memerlukan adanya tenaga yang terampil dan ahli dalam bidangnya
masing-masing untuk membangun negara yang maju. Penguasaan ilmu
pengetahuan, teknologi, sikap mental dan jiwa salah satunya dapat diperoleh
melalui jalur pendidikan. Bidang pendidikan merupakan prioritas utama yang
mempunyai peranan yang penting bagi perkembangan dan kemajuan bangsa
(Anggaraeni, 2010).
Pendidikan memiliki peran yang sangat strategis bagi perkembangan dan
perwujudan dari individu, pembangunan bangsa dan negara. Pendidikan pada
hakekatnya merupakan segala situasi hidup yang mempengaruhi perkembangan
individu sebagai pengalaman belajar yang berlangsung dalam segala kondisi dan
sepanjang hidupnya (Suparman, 2010).
Pendidikan adalah suatu proses dalam rangka mempengaruhi peserta didik
supaya mampu menyesuaikan diri sebaik mungkin dengan lingkungannya yang
akan menimbulkan perubahan dalam dirinya yang memungkinkan untuk berfungsi
secara adekuat dalam kehidupan masyarakat mulai dari sekolah dasar hingga
(13)
Pertimbangan yang sangat penting dalam melanjutkan pendidikan yang lebih
tinggi yaitu pemilihan jurusan yang tepat. Dalam memilih jurusan perlu
memperhitungkan beberapa faktor seperti kemampuan, minat, motivasi, bakat,
kepribadian dan lain-lain (Ravenska, 2010).
Minat merupakan sumber motivasi yang mendorong seseorang untuk
melakukan apa yang mereka inginkan bila mereka bebas memilih (Hurlock,
2004). Sedangkan motivasi menurut Greenberg dalam Djaali (2008) adalah proses
membangkitkan, mengarahkan dan memantapkan perilaku arah suatu tujuan.
Motivasi merupakan hal yang melatarbelakangi individu berbuat untuk mencapai
tujuan tertentu.
Pada remaja yang berusia 12 -19 tahun minat dan motivasi merupakan hal
yang mendasari terwujudnya cita-cita. Karakteristik perkembangan normal yang
terjadi pada remaja yaitu dalam menjalankan tugas perkembangannya dalam
mencapai identitas diri dengan menilai diri secara objektif dan merencanakan
sesuatu untuk mengaktualisasikan kemampuannya. Salah satu tugas
perkembangan pada masa remaja ini adalah meningkatkan minat guna
mempersiapkan jenjang karir (Hurlock, 1999). Motivasi yang kuat mendorong
remaja mencapai tujuan yang telah ditetapkan seperti misalnya menentukan
sekolah/perguruan tinggi yang diinginkan sehingga mereka dapat mengarahkan
tindakan ke arah yang jelas. Perencanaan yang terarah seperti memilih
sekolah/perguruan tinggi yang ingin ditempuh, memiliki metode belajar yang
efektif dan pengaturan waktu yang teratur dalam belajar akan membantu untuk
(14)
pada perencanaan yang telah dibuat agar dapat diterima di sekolah yang sesuai
dengan minat dan kemampuan. Remaja yang telah mampu menetapkan tujuan dan
mempunyai persiapan dan perencanaan dalam bidang pendidikan seperti misalnya
sudah memiliki keputusan untuk melanjutkan atau tidak melanjutkan ke jenjang
pendidikan yang lebih tinggi setelah lulus sekolah menunjukkan remaja tersebut
telah mempunyai orientasi masa depan dalam bidang pendidikan yang jelas.
Orientasi masa depan bidang pendidikan yang jelas ditandai dengan minat dan
motivasi kuat (Anggaraeni, 2010).
Berdasarkan hasil penelitian Hafiar (2006) di SMUN 1 Cikeruh Sumedang,
mengenai minat siswa untuk melanjutkan studi didapatkan hasil sebanyak 87,96%
menyatakan berminat untuk melanjutkan studi ke perguruan tinggi dengan
persentase paling banyak dari siswa SMUN I Cikeruh yang menjadi responden
dalam penelitian ini berminat melanjutkan studi ke Jurusan Sastra yaitu sebanyak
18,7% dari total 63 responden. Sementara Jurusan Farmasi berada di tempat kedua
sebanyak 9,52%.
Pendidikan di bidang kesehatan juga menarik minat remaja untuk
melanjutkan pendidikannya ke perguruan tinggi khususnya di bidang kesehatan.
Salah satunya pendidikan kedokteran, keperawatan, kesehatan masyarakat,
kebidanan, psikologi, farmasi, kedokteran gigi dan ilmu gizi.
Berdasarkan data passing grade tahun 2012 jumlah peminat yang ingin
melanjutkan pendidikan di bidang kesehatan di USU sekitar 3891 orang memilih
(15)
farmasi, 1459 orang memilih ilmu keperawatan, 1139 orang memilih psikologi
dan 3359 orang memilih ilmu kesehatan masyarakat (Junianto, 2012)
Berdasarkan wawancara yang dilakukan peneliti kepada beberapa siswa SMA
kelas XII di Kota Tebing Tinggi beberapa diantaranya berminat melanjutkan
pendidikan di bidang kesehatan. Alasan mereka memilih pendidikan di bidang
kesehatan selain dianggap menjamin dalam kemudahan mendapatkan pekerjaan,
keinginan tersebut merupakan cita-cita dan harapan orangtua mereka.
Berdasarkan uraian di atas maka peneliti tertarik untuk melakukan penelitian
yang berjudul “gambaran minat dan motivasi remaja dalam melanjutkan
pendidikan di bidang kesehatan di SMA Negeri Kota Tebing Tinggi”.
2. Pertanyaan Penelitian
Berdasarkan uraian dari latar belakang tersebut diatas, maka dapat dibuat
rumusan masalah.
2.1Bagaimanakah minat remaja dalam melanjutkan pendidikan di bidang
kesehatan di SMA Negeri Kota Tebing Tinggi.
2.2Bagaimanakah motivasi remaja dalam melanjutkan pendidikan di bidang
kesehatan di SMA Negeri Kota Tebing Tinggi.
3. Tujuan Penelitian
3.1Tujuan Umum
Mengidentifikasi gambaran minat dan motivasi remaja dalam
melanjutkan pendidikan di bidang kesehatan di SMA Negeri Kota Tebing
(16)
3.2Tujuan Khusus
3.2.1 Mengidentifikasi gambaran minat remaja dalam melanjutkan
pendidikan di bidang kesehatan.
3.2.2 Mengidentifikasi gambaran motivasi remaja dalam melanjutkan
pendidikan di bidang kesehatan.
4. Manfaat Penelitian
4.1 Praktek Keperawatan
Agar dapat dikembangkan faktor-faktor yang dapat meningkatkan
minat dan motivasi dalam melanjutkan pendidikan di bidang keperawatan
serta tersaringnya mahasiswa yang sesuai dengan minat dan motivasinya
dalam melanjutkan pendidikan di bidang keperawatan.
4.2 Pendidikan Keperawatan
Dapat menghasilkan individu yang menjalani pendidikan secara
kooperatif dalam menerima dan menyerap ilmu sehingga pendidikan dalam
bidang ilmu keperawatan akan semakin berkembang.
4.3 Penelitian Keperawatan
Perlu digali faktor-faktor lain yang dapat menghambat minat dan
(17)
BAB 2
LANDASAN TEORI
1. Pendidikan
1.1 Defenisi Pendidikan
Pendidikan diartikan sebagai kegiatan seseorang dalam membimbing dan
memimpin anak menuju ke pertumbuhan dan perkembangan secara optimal
agar dapat berdiri sendiri dan bertanggung jawab (Indrayanto, 2011).
Pendidikan yaitu usaha sadar, terencana, sistematis, berlangsung
terus-menerus, dan menuju kedewasaan (Hartoto, 2009).
Pendidikan merupakan suatu kegiatan yang dinyatakan sangat penting
oleh pemerintah, hal tersebut tercantum dalam UUD 1945 pasal 31 dan
berhak untuk diikuti oleh setiap warga negara sesuai ketentuan yang berlaku
pada suatu negara sebagai penerus bangsa.
Berdasarkan pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa pendidikan
merupakan usaha yang dilakukan dengan penuh kesadaran dan terencana
dalam meningkatkan potensi diri peserta didik dalam segala aspeknya menuju
terbentuknya kepribadian dan akhlak mulia dengan menggunakan media dan
metode pembelajaran yang tepat guna melaksanakan tugas hidupnya sehingga
(18)
1.2 Tujuan Pendidikan
Tujuan pendidikan adalah menambah ilmu pengetahuan baik ilmu alam
maupun ilmu sosial, mengembangkan bakat yang dimiliki, serta dengan
adanya pendidikan maka dapat mewujudkan cita-cita. Sedangkan menurut
negara, pendidikan dapat memajukan kehidupan bangsa karena salah satu
pengaruh terhadap perkembangan suatu negara yaitu melalui pendidikan.
Tujuan pendidikan mempunyai dua fungsi yaitu memberikan arah kepada
segenap kegiatan pendidikan dan merupakan sesuatu yang ingin dicapai oleh
segenap kegiatan pendidikan. Tujuan pendidikan menduduki posisi penting
diantara komponen-komponen pendidikan lainya. Tujuan pendidikan bersifat
normatif, yaitu mengandung unsur-unsur norma bersifat memaksa, tetapi
tidak bertentangan dengan hakikat perkembangan peserta didik serta dapat
diterima oleh masyarakat sebagai nilai hidup yang baik. Sehubungan dengan
fungsi tujuan yang demikian penting itu, maka menjadi keharusan bagi
pendidik untuk memahaminya. Kurangnya pemahaman pendidik terhadap
tujuan pendidikan dapat mengakibatkan kesalahan didalam melaksanakan
pendidikan (Hamalik, 2008).
1.3 Klasifikasi Pendidikan
Klasifikasi pendidikan terbagi menjadi dua yaitu pendidikan formal dan
informal. Pendidikan formal yaitu pendidikan menurut peraturan pemerintah
(SD, SMP, SMA, dan Perguruan Tinggi).
(19)
pendidikan yang jelas, mulai dari pendidikan dasar, pendidikan menengah,
sampai pendidikan tinggi. Jalur formal merupakan lembaga pendidikan yang
terdiri dari pendidikan dasar, pendidikan menengah, dan pendidikan tinggi
dengan jenis pendidikan umum, kejuruan, akademik, profesi, advokasi dan
keagamaan.
Pendidikan informal yaitu pendidikan yang diikuti sebagai tambahan
dalam meningkatkan ilmu pengetahuan misalnya dari suatu lembaga atau
kursus dan pendidikan dalam keluarga (Hidayat, 2002).
1.4 Pendidikan di bidang kesehatan
Pendidikan tinggi dapat berbentuk akademik, politeknik, sekolah tinggi,
Institut atau Universitas. Akademi kesehatan dikatagorikan sebagai
pendidikan tinggi yang bertujuan menghasilkan tenaga kesehatan, diarahkan
untuk mendukung upaya pencapaian derajat kesehatan masyarakat secara
optimal. Tujuan tersebut adalah menyediakan tenaga kesehatan yang terampil
dan bermutu sehingga mampu mengemban tugas untuk memenuhi kebutuhan
program dan pelayanan kesehatan seluruh masyarakat (Majid, 2004). Sejalan
dengan meningkatnya kesejahteraan dan pendidikan masyarakat, tuntutan
masyarakat akan pelayanan kesehatan yang berkualitas semakin meningkat.
Hal ini mengakibatkan institusi pendidikan tenaga kesehatan, dihadapkan
pada tantangan untuk menghasilkan sumber daya tenaga kesehatan yang
(20)
Pendidikan di bidang kesehatan merupakan jenjang pendidikan setelah
menengah atas yang mecakup kegiatan akademis yang mengutamakan ilmu
pengetahuan dan keterampilan di bidang kesehatan. Pendidikan tersebut
termasuk pendidikan eksakta dan beberapa pendidikan di bidang kesehatan
adalah:
1.4.1 Pendidikan Kedokteran
Pendidikan profesi kesehatan yang merupakan suat
yang mempelajari tentang dan cara-cara
penyembuhannya. Ilmu ini meliputi pengetahuan tentang sistem
tubuh manusia dan penyakit serta pengobatannya, dan penerapan
dari pengetahuan tersebut.
1.4.2 Pendidikan Kedokteran Gigi
Kedokteran gigi adalah ilmu mengenai pencegahan dan perawatan
penyakit atau kelainan pada
atau dengan pembedahan.
1.4.3 Pendidikan Kebidanan
Kebidanan adalah bagian integral dari sistim kesehatan dan
berkaitan dengan segala sesuatu yang menyangkut pendidikan,
praktek dan kode etik bidan dimana dalam memberikan
pelayanannya mengyakini bahwa kehamilan dan persalinan adalah
suatu proses fisiologi normal dan bukan merupakan penyakit
(21)
1.4.4 Pendidikan Keperawatan
Merupakan bagian dari pendidikan kesehatan sebagaimana halnya
pendidikan kedokteran. Pendidikan keperawatan merupakan
pendidikan profesi dimana polanya harus dikembangkan sesuai
dengan kaidah ilmu dan profesi yang dilandaskan oleh akademik
dan keprofesian, hal ini sesuai dengan kurikulum pendidikan
keperawatan, pendidikan keperawatan berkembang sejalan dengan
pendidikan kedokteran (Alimul, 2002)
1.4.5 Pendidikan Farmasi
Merupakan suatu profesi di bidang kesehatan yang meliputi
kegiatan-kegiatan di bidang penemuan, pengembangan, produksi,
pengolahan, peracikan, dan distribusi obat.
1.4.6 Pendidikan Ilmu Gizi
Ilmu gizi didefinisikan sebagai suatu cabang ilmu yang
mempelajari hubungan antara makanan yang dimakan dengan
kesehatan tubuh yangdiakibatkannya serta faktor-faktor yang
mempengaruhinya.
1.4.7 Pendidikan Kesehatan Masyarakat
Merupakan ilmu dan seni mencega
hidup, meningkatkan kesehatan fisik dan mental, dan efisiensi
melalui usaha masyarakat yang terorganisir untuk meningkatkan
sanitasi lingkungan, kontrol
(22)
pelayanan medis dan perawatan, unt
penyakit dan pengembangan aspek sosial, yang akan mendukung
agar setiap orang di masyarakat mempunyai standar kehidupan
yang kuat untuk menjaga kesehatannya.
1.4.8 Pendidikan Psikologi
Merupakan ilmu yang mempelajari tentang jiwa/mental. Psikologi
tidak mempelajari jiwa/mental itu secara langsung karena sifatnya
yang abstrak, tetapi psikologi membatasi pada manifestasi dan
ekspresi dari jiwa/mental tersebut yakni berupa tingkah laku dan
proses atau kegiatannya, sehingga Psikologi dapat didefinisikan
sebagai ilmu pengetahuan yang mempelajari tingkah laku dan
(23)
2. Minat
2.1 Defenisi minat
Minat diartikan sebagai kehendak, keinginan atau kesukaan
(Kamisa,1997). Minat dapat menyebabkan seseorang giat melakukan sesuatu
yang telah menarik minatnya. (Gunarso,1995).
Minat merupakan sumber motivasi yang mendorong orang untuk
melakukan apa yang mereka inginkan saat mereka bebas memilih (Hurlock,
1995). Secara bahasa minat berarti kecenderungan hati yang tinggi terhadap
sesuatu (KBBI).
Minat akan memperkuat motif seseorang, sebagai suatu tenaga psikis
yang akan mendorong individu untuk melakukan suatu kegiatan dalam
mencapai suatu tujuan. Sesuai dengan yang dikemukakan Hurlock (dikutip
dari Muhajir, 2007) bahwa semakin sering minat diekspresikan dalam
kegiatan maka semakin kuatlah keinginan untuk mencapai objek tersebut.
Dari berbagai pengertian tentang minat tersebut, dapat disimpulkan
bahwa minat adalah suatu kondisi yang menimbulkan suatu keinginan atau
ketertarikan terhadap sesuatu yang memberikan kepuasan, tanpa ada paksaan
dan biasanya dipengaruhi oleh berbagai faktor.
2.2 Kriteria Minat
Menurut Nursalam (2003), minat seseorang dapat digolongkan menjadi :
2.2.1 Rendah
(24)
2.2.2 Sedang
Jika seseorang menginginkan obyek minat akan tetapi tidak dalam
waktu segera.
2.2.3 Tinggi
Jika seseorang sangat menginginkan obyek minat dalam waktu
segera.
2.3 Faktor-faktor yang dapat mempengaruhi Minat
2.3.1 Kemauan
Kemauan adalah suatu kegiatan yang menyebabkan seorang
manusia sanggup melakukan berbagai tindakan yang perlu untuk
mencapai tujuan tertentu. Merupakan hal yang penting karena
dengan adanya kemauan merupakan salah satu faktor penggerak
seseorang untuk mau melakukan sesuatu seperti dalam hal memilih
pendidikan.
2.3.2 Ketertarikan
Ketertarikan adalah perasaan senang, terpikat, menaruh minat
kepada sesuatu. Pada saat ada ketertarikan timbul dalam diri
seseorang maka ada daya juang dalam mencapai atau meraih yang
ingin dicapai. Dengan adanya ketertarikan dari remaja untuk
melanjutkan pendidikan maka siswa tersebut mempunyai minat
(25)
2.3.3 Lingkungan Keluarga
Berkaitan dengan pendidikan di lingkungan keluarga, bahwa
keluarga merupakan lingkungan pendidikan pertama dan utama.
Proses pendidikan di lingkungan keluarga dapat mempengaruhi
kepribadian anak sebagai anak didik di dalam anggota keluarga.
Orang tua merupakan pendidik pertama dan sebagai tumpuan
dalam bimbingan kasih sayang yang utama. Maka orang tualah
yang banyak memberikan pengaruh dan warna kepribadian
terhadap seorang anak. Orang tua berperan aktif dalam
mengarahkan minat anaknya salah satunya melanjutkan pendidikan
yang nantinya anak diharapkan memperoleh pekerjaan yang sesuai
di bidangnya dan menjamin masa depannya. Dengan demikian
mengingat pentingnya pendidikan di lingkungan keluarga, maka
pengaruh di lingkungan keluarga terhadap anak dapat
mempengaruhi apa yang diminati oleh anak.
2.3.4 Lingkungan Sekolah
Proses pendidikan terhadap siswa di sekolah menjadi tanggung
jawab guru. Pendidikan di sekolah berperan membantu orang tua di
lingkungan keluarga dalam melakukan pembinaan kepada peserta
didik yang dibawa dari keluarganya. Jadi pada dasarnya yang
berpengaruh terhadap perkembangan siswa yaitu proses pendidikan
di sekolah yang digunakan sebagai bekal untuk diterapkan dalam
(26)
pendidikan juga dapat memberikan motivasi dan dorongan kepada
siswa dalam menumbuhkan minatnya untuk menlanjutkan
pendidikan. Kondisi sekolah juga dapat mempengaruhi minat siswa
dalam memilih sekolah, seperti hubungan kerjasama yang dibina
dengan salah satu atau beberapa perguruan tinggi.
2.3.5 Teman
Pengaruh dari teman bergaul lebih cepat masuk dalam jiwanya.
Sesuai dengan perkembangannya, siswa senang membuat
kelompok bergaul dengan kelompok yang disenangi. Bila teman
pergaulannya memiliki minat melanjukan studi, maka minat
temannya akan mempengaruhi dirinya untuk melanjutkan studi.
(Suprapto, 2007).
2.4 Pentingnya Minat
Minat merupakan faktor psikologis yang mempengaruhi tindakan
seseorang. Pada semua usia, minat memainkan peran penting dalam kehidupan
seseorang dan mempunyai dampak yang besar atas perilaku dan sikap.
Seseorang biasa menjadi malas, enggan mengerjakan sesuatu ketika ia tidak
berminat terhadap kegiatan tersebut. Pentingnya keberadaan minat pada diri
manusia adalah karena minat merupakan sumber motivasi yang kuat, ia
menjadi faktor pendorong untuk melakukan sesuatu. Minat pada dasarnya
adalah penerimaan akan suatu hubungan antara diri sendiri dengan sesuatu di
luar diri. Minat berhubungan dengan gaya gerak yang mendorong seseorang
(27)
yang dirangsang oleh kegiatan itu sendiri (Djaali, 2008). Minat menambah
kegembiraan pada setiap kegiatan yang ditekuni seseorang sehingga akan jauh
lebih menyenangkan. Dalam minat terkandung beberapa unsur-unsur sebagai
berikut adanya sesuatu yang memberi stimulus, adanya kesediaan jiwa yang
menerima stimulus, berlangsungnya dalam waktu yang cukup lama.
2.5Macam Minat pada Remaja
Dalam masa remaja, minat yang dibawa dari masa kanak-kanak
cenderung berkurang dan diganti oleh minat yang lebih matang dan juga
karena tanggung jawab yang lebih besar yang harus dipikul oleh remaja yang
lebih tua.
Beberapa minat yang terpenting pada remaja menurut Hurlock (2000)
antara lain :
2.5.1 Minat Rekreasi
Selama masa remaja, remaja cenderung menghentikan aktivitas
rekreasi yang menuntut banyak pengorbanan tenaga dan berhenti
dari perkembangan kesukaan akan rekreasi yang di dalamnya ia
bertindak sebagai pengamat yang pasti. Pada awal masa remaja,
aktivitas permainan dari tahun ke tahun sebelumnya beralih dan
(28)
2.5.2 Minat sosial
Minat yang bersifat sosial bergantung pada kesempatan yang
diperoleh remaja untuk mengembangkan minat tersebut dan pada
kepopulerannya dalam kelompok.
2.5.3 Minat-minat pribadi
Minat pada diri sendiri merupakan minat yang terkuat di kalangan
remaja karena mereka sadar bahwa dukungan sosial sangat besar
dipengaruhi oleh penampilan diri dan mengetahui bahwa kelompok
sosial menilai dirinya berdasarkan benda-benda yang dimiliki,
kemadirian, sekolah, keanggotaan sosial dan banyaknya uang yang
dibelanjakan.
2.5.4 Minat pada pendidikan
Pada umumnya remaja suka mengeluh tentang sekolah dan tentang
larangan-larangan, pekerjaan rumah, kursus-kursus wajib, makan di
kantin, dan cara pengolahan sekolah. Besarnya minat remaja
terhadap pendidikan sangat dipengaruhi oleh minat mereka pada
pekerjaan.
2.5.5 Minat pada pekerjaan
Anak sekolah menengah atas mulai memikirkan masa depan
mereka secara bersungguh-sungguh. Anak laki-laki biasanya lebih
bersungguh-sungguh dalam hal pekerjaan dibandingkan dengan
anak perempuan yang kebanyakan memandang pekerjaan sebagai
(29)
2.5.6 Minat pada agama
Bertentangan dengan pandangan popular, remja masa kini menaruh
minat pada agama dan menganggap bahwa agama berperan penting
dalam kehidupan. Minat pada agama antara lain tampak dengan
membahas masalah agama, mengikuti pelajaran-pelajaran agama di
sekolah dan perguruan tinggi, mengunjungi gereja dan mengikuti
berbagai upacara agama.
2.5.7 Minat seks dan perilaku seks
Dorongan untuk menguasai tugas perkembangan yang penting
dalam pembentukkan hubungan-hubungan baru dan yang lebih
matang dengan lawan jenis datang dari tekanan-tekanan sosial
tetapi terutama dari minat remaja terhadap seks dan
keingintahuannya tentang seks.
2.5.8 Minat belajar
Minat merupakan sifat yang relatif menetap pada diri seseorang.
Minat besar sekali pengaruhnya terhadap kegiatan seseorang, sebab
dengan minat ia akan melakukan sesuatu yang diminatinya.
Sedangkan belajar adalah suatu tingkah laku imdividu dari hasil
pengalaman dan latihan. Minat belajar adalah suatu keinginan atau
kemauan yang disertai perhatian dan keaktifan menimbulkan rasa
senang dalam perubahan tingkah laku, baik berupa pengetahuan,
(30)
2.5.9 Minat untuk melanjutkan studi
Purwanto (1998) menyatakan bahwa minat mengarahkan perbuatan
kepada suatu tujuan dan merupakan dorongan bagi perbuatan itu.
Minat dapat menjadi sumber motivasi yang mendorong orang
untuk melakukan sesuatu yang sesuai dengan keinginannya.
Adanya keinginan yang besar tersebut dengan sendirinya akan
mendorong seseorang untuk lebih memusatkan perhatiannya
terhadap sesuatu yang dimaksud. Individu yang berminat untuk
melanjutkan studi ke perguruan tinggi tentunya akan lebih
bergairah dan lebih memusatkan perhatiannya terhadap berbagai
informasi yang berhubungan dengan perguruan tinggi.
Penerapan proses belajar dipengaruhi banyak faktor antara
lain faktor psikologis (Depkes, 2003). Faktor psikologis dapat
mempengaruhi keputusan mahasiswa untuk tetap melanjutkan
pendidikan meliputi, motivasi, minat, dan sikap, lingkungan sosial
dan lingkungan non sosial. Lingkungan sosial meliputi orang tua
dan keluarga, dosen/tenaga pengajar, sedangkan lingkungan non
sosial meliputi metode pembelajaran, sarana dan fasilitas (Haryani,
(31)
3. Motivasi
3.1 Defenisi motivasi
Motivasi adalah semua hal verbal, fisik, atau psikologis yang membuat
seseorang melakukan sesuatu sebagai respons (Nancy, 2001).
Menurut Sarwono (2000), motivasi menunjuk pada proses gerakan,
termasuk situasi yang mendorong yang timbul dalam diri individu, tingkah
laku yang ditimbulkan oleh situasi tersebut dan tujuan atau akhir daripada
gerakan atau perbuatan. Sedangkan menurut Nursalam (2002)
mendefenisikan motivasi sebagai karakteristik psikologi manusia yang
memberi kontribusi pada tingkat komitmen seseorang.
Dari defenisi di atas dapat disimpulkan bahwa motivasi merupakan
sesuatu yang mendorong untuk berbuat dan beraksi yang bersifat dinamis dan
merupakan suatu proses yang dapat menampilkan perilaku untuk mencapai
tujuan dalam memuaskan kebutuhan-kebutuhan dirinya, sehingga
mendapatkan tujuan yang dikehendaki dan dapat selaras dengan waktu yang
ada.
3.2 Faktor-faktor yang mempengaruhi motivasi
Menurut Stoner & Freeman (1995, dalam Suarli 2009), berdasarkan
bentuknya motivasi terdiri dari :
a. Faktor Internal
Faktor yang berasal dari dalam diri individu, terdiri atas:
1. Hasrat individu sendiri; seseorang termotivasi atau tidak untuk
(32)
persepsi dan keinginan yang kuat dari dalam diri. Persepsi seseorang
tentang dirinya sendiri akan mendorong dan mengarahka
seseorang untuk bertindak.
2. Kebutuhan; manusia dimotivasi oleh kebutuhan untuk menjadikan
dirinya sendiri yang berfungsi secara penuh, sehingga mampu meraih
potensinya secara total. Kebutuhan akan mendorong dan mengarahkan
seseorang untuk mencari atau menghindari, mengarahkan dan
memberi respon terhadap tekanan yang dialaminya
3. Harapan; adanya harapan-harapan akan masa depan. Harapan ini
merupakan informasi objektif dari lingkungan yang mempengaruhi
sikap dan perasaan subjektif seseorang. Harapan merupakan tujuan
dari perilaku.
b. Faktor Eksternal;
Faktor yang berasal dari luar diri individu, terdiri atas:
1. Situasi lingkungan pada umumnya; setiap individu terdorong untuk
berhubungan dengan rasa mampunya dalam melakukan interaksi
secara efektif dengan lingkungannya;
2. Sistem penghargaan yang diterima; imbalan yang berupa karakteristik
atau kualitas dari objek pemuas yang dibutuhkan oleh seseorang yang
dapat mempengaruhi motivasi atau dapat mengubah arah tingkah laku
dari satu objek ke objek lain yang mempunyai nilai imbalan yang
lebih besar. Sistem penghargaan atau pemberian imbalan dapat
(33)
perilaku dipandang sebagai tujuan, sehingga ketika tujuan tercapai
maka akan timbul imbalan atau penghargaan.
3.3 Teori motivasi
3.3.1 Teori motivasi Abraham Maslow (Swansburg, 2001)
Abraham Maslow mengemukakan bahwa pada dasarnya semua
manusia memiliki kebutuhan pokok. Maslow menunjukkannya
dalam 5 tingkatan yang berbentuk piramid, orang memulai
dorongan dari tingkatan terbawah. Lima tingkat kebutuhan itu
dikenal dengan sebutan Hirarki Kebutuhan Maslow, dimulai dari
kebutuhan biologis dasar sampai motif psikologis yang lebih
kompleks; yang hanya akan penting setelah kebutuhan dasar
terpenuhi. Kebutuhan pada suatu peringkat paling tidak harus
terpenuhi sebagian sebelum kebutuhan pada peringkat berikutnya
menjadi penentu tindakan yang penting.
a. Kebutuhan fisiologis (rasa lapar, rasa haus, dan sebagainya)
b. Kebutuhan rasa aman (merasa aman dan terlindung, jauh dari
bahaya)
c. Kebutuhan akan rasa cinta dan rasa memiliki (berafiliasi dengan
orang lain, diterima, memiliki).
d. Kebutuhan akan penghargaan (berprestasi, berkompetensi, dan
mendapatkan dukungan serta pengakuan).
e. Kebutuhan aktualisasi diri (kebutuhan kognitif: mengetahui,
(34)
keteraturan, dan keindahan; kebutuhan aktualisasi diri:
mendapatkan kepuasan diri dan menyadari potensinya).
3.3.2 Teori motivasi Dua Faktor Herzberg (Swansburg, 2001)
Menurut Herzberg, ada dua jenis faktor yang mendorong seseorang
untuk berusaha mencapai kepuasan dan menjauhkan diri dari
ketidakpuasan. Dua faktor itu disebutnya faktor ekstrinsik dan
faktor motivator (faktor intrinsik). Faktor ekstrinsik memotivasi
seseorang untuk keluar dari ketidakpuasan, termasuk didalamnya
adalah hubungan antar manusia, imbalan, kondisi lingkungan, dan
sebagainya, sedangkan faktor intrinsik memotivasi seseorang untuk
berusaha mencapai kepuasan, yang termasuk didalamnya adalah
pengakuan dan kemajuan tingkat kehidupan.
3.3.3 Teori motivasi Harapan Vromm
Teori ini menjelaskan mengapa seseorang tidak akan melakukan
sesuatu yang ia yakini ia tidak dapat melakukannya, sekalipun hasil
dari pekerjaan itu sangat dapat ia inginkan. Menurut Vroom, tinggi
rendahnya motivasi seseorang ditentukan oleh tiga komponen,
yaitu :
a. Ekspektasi (harapan) keberhasilan pada suatu tugas
b. Instrumentalis, yaitu penilaian tentang apa yang akan terjadi jika
berhasil dalam melakukan suatu tugas (keberhasilan tugas untuk
(35)
c. Valensi, yaitu respon terhadap outcome seperti perasaan posistif,
netral, atau negatif. Motivasi tinggi jika usaha menghasilkan
sesuatu yang melebihi harapan. Motivasi rendah jika usahanya
menghasilkan kurang dari yang diharapkan.
3.3.4 Teori Motivasi Prestasi Mc Clelland (Swansburg, 2001)
Mc Clelland menyatakan bahwa ada tiga hal penting yang menjadi
kebutuhan manusia, yaitu:
a.Kebutuhan akan prestasi (Need for achievement)
b.Kebutuhan akan afiliasi (Need for affiliation)
c.Kebutuhan akan kekuatan (Need for Power)
3.3.5 Teori penguatan (reinforcement theory)
B.F Skinner mengungkapkan bagaimana konsekuensi perilaku di
mada lampau mempengaruhi tindakan di masa depan dalam suatu
proses belajar. Teori ini menyangkut ingatan orang mengenai
pengalaman stimulus, respons, dan konsekuensi. Penguatan adalah
sesuatu yang meningkatkan kekuatan respons dan cenderung
menyebabkan pengulangan perilaku yang didahului oleh
(36)
3.4 Jenis-jenis Motivasi
Motivasi dilihat dari dasar pembentukan :
3.4.1 Motivasi Bawaan
Motivasi jenis ini ada sebagai insting manusia sebagai makhluk
hidup, motivasi untuk berumah tangga, motivasi untuk memenuhi
kebutuhan sandang, pangan dan papan. Motivasi untuk terhindar
dari serangan penyakit. Motivasi ini akan terus berkembang
sebagai konsekuensi logis manusia.
3.4.2 Motivasi yang Dipelajari
Motivasi ini akan ada dan berkembang karena adanya
keingintahuan seseorang dalam proses pembelajarannya.
3.4.3 Motivasi Kognitif
Motivasi kognitif bermakna bahwa motivasi akan muncul karena
adanya desakan proses pikir, sehingga motivasi ini sangat
individualistik.
3.4.4 Motivasi Ekspresi Diri
Motivasi individu dalam melakukan aktivitas/kegiatan bukan hanya
untuk memuaskan kebutuhannya saja tetapi ada kaitannya dengan
bagaimana individu tersebut berhasil menampilkan diri dengan
(37)
3.5 Motivasi Belajar
Berdasarkan hasil penelitian yang seksama tentang upaya yang
mendorong motivasi belajar siswa, khususnya pada sekolah yang menganut
pandangan demokrasi pendidikan dan yang mengacu pad pengembangan
self-motivation. Kenneth H. Hoover, mengemukakan prinsip-prinsip motivasi
belajar sebagai berikut :
3.5.1 Pujian lebih efektif dari pada hukuman. Hukuman bersifat
menghentikan suatu perbuatan, sedangkan pujian bersifat
menghargai apa yang telah dilakukan.
3.5.2 Para siswa mempunyai kebutuhan psikologis (yang bersifat dasar)
yang perlu mendapat kepuasan. Kebutuhan-kebutuhan itu berwujud
dalam bentuk yang berbeda-beda. Siswa yang dapat memenuhu
kebutuhannya secara efektif melalui kegiatan-kegiatan belajar
hanya memerlukan sedikit bantuan dalam motivasi belajar.
Motivasi yang bersumber dari dalam diri sendiri lebih efektif dari
pada motivasi yang berasal dari luar. Motivasi dari dalam memberi
kepuasan kepada individu sesuai dengan ukuran yang ada dalam
diri siswa itu sendiri.
a. Tingkah laku (perbuatan) yang serasi (sesuai dengan keinginan)
perlu dilakukan penguatan (reinforcemant).
b. Motivasi mudah belajar kepada orang lain. Guru yang berminat
(38)
antusias pula, yang pada gilirannya akan mendorong motivasi
rekan-rekannya, terutama dalam kelas bersangkutan.
c. Pemahaman yang jelas terhadap tujuan-tujuan akan merangsang
motivasi belajar. Apabila siswa telah menyadari tujuan belajar
dan pembelajaran yang hendak dicapainya. Maka perbuatan
belajar ke arah tujuan tersebut akan meningkat, karena daya
dorongnya menjadi lebih besar.
d. Tugas-tugas yang dibebankan oleh diri sendiri akan
menimbulkan minat yang besar untuk melaksanakannya dari
pada tugas-tugas yang dipaksanakan dari luar.
e. Ganjaran yang bersalah dari luar kadang-kadang diperlukan dan
cukup efektif untuk merangsang minat belajar. Dorongan berupa
pujian, penghargaan, oleh guru terhadap keahlian siswa dalam
belajar dapat merangsang minat dan motivasi belajar yang lebih
aktif.
f. Teknik dan prosedur pembelajaran yang bervariasi adalah
efektif untuk memelihara minat siswa. Strategi pembelajaran
yang dilaksanakan secara bervariasi dapat menciptakan suasana
yang menantang dan menyenangkan bagi siswa, sehingga lebih
mendorong motivasi belajar.
g. Minat khusus yang dimiliki siswa bermanfaat dalam belajar dan
(39)
untuk mempelajari bidang studi atau dihubungkan dengan
masalah tertentu dalam bidang studi.
h. Kegiatan-kegiatan yang dilakukan untuk merangsang minat
belajar bagi siswa yang lamban, ternyata tidak bermakna bagi
siswa yang tergolong pandai, karena adanya perbedaan tingkat
kemampuan.
i. Kecemasan dan frustasi yang lemah kadang-kadang dapat
membantu siswa belajar menjadi lebih baik. Keadaan emosi
yang lemah dapat mendorong perbuatan yang lebih enegrik.
j. Kecemasan yang serius akan menyebabkan kesulitan belajar,
akan menggangu perbuatan belajar siswa, karena perhatiannya
akan terarah pada hal lain.
k. Tugas-tugas yang terlampau sulit dikerjakan dapat
menyebabkan frustasi pada siswa, bahkan dapat menyebabkan
demoralisasi dalam belajar, yakni perbuatan yang tidak wajar.
l. Masing-masing siswa memiliki kadar emosi yang berbeda satu
dengan yang lainnya. Ada siswa yang mengalami kegagalan
justru tumbuh semangatnya untuk belajar lebih rajin lagi, ada
pula siswa yang terlalu mengalami keberhasilan justru menjadi
cemas terhadap kemungkinan terjadinya kegagalan belajar.
m.Pengaruh kelompok pada umumnya lebih efektif dalam motivasi
(40)
n. Motivasi yang kuat erat hubungannya dengan kreativitas.
Dengan strategi pembelajaran tertentu, motivasi belajar dapat
ditujukan kearah kegiatan-kegiatan kreatif.
3.6 Fungsi Motivasi
Dalam proses pembelajaran dan pembentukan perilaku, motivasi
memiliki beberapa fungsi antara lain (Dermawan, 2008) :
3.6.1 Motivasi sebagai pendorong individu untuk berbuat
Dengan motivasi individu dituntut untuk melepaskan energi dalam
kegiatannya.
3.6.2 Motivasi sebagai penentu arah perbuatan
Motivasi akan menuntun seseorang untuk melakukan kegiatan yang
benar-benar sesuai dengan arah dan tujuan yang ingin dicapainya.
3.6.3 Motivasi sebagai proses seleksi perbuatan
Motivasi akan memberikan dasar pemikiran bagi individu untuk
memprioritaskan kegiatan mana yang harus dilakukan.
3.6.4 Motivasi sebagai pendorong pencapaian prestasi
Prestasi dijadikan motivasi utama bagi seseorang dalam melakukan
kegiatan.
3.7 Bentuk-Bentuk Motivasi
3.7.1 Memberi Angka
Angka adalah deret ukur yang bisa dijadikan motivasi belajar untuk
dapat meraihnya. Angka yang tinggi tidak bisa dijadikan patokan
(41)
dengan dengan dilaksanakannya nilai-nilai yang sesuai dengan
pencapaian angka yang tinggi tersebut.
3.7.2 Memberi Hadiah
Hadiah bisa dijadikan sebagai motivasi bagi individu untuk
melakukan suatu kegiatan. Hadiah merupakan salah satu bentuk
penguatan untuk seseorang untuk sungguh-sungguh melaksanakan
kegiatannya.
3.7.3 Menjadikan Kompetisi
Dengan adanya kompetisi peserta didik akan saling memacu diri
untuk meraih tujuan yang ingin dicapai.
3.7.4 Memberi Evaluasi
Evaluasi akan memberikan gambaran sejauh mana peserta didik
mampu menerima informasi yang telah disampaikan oleh pengajar
dan merupakan satu hal yang akan memotivasi peserta didik untuk
dapat belajar.
3.7.5 Memberikan Pujian
Pujian merupakan bentuk reinforcement bagi peserta didik yang
telah berhasil melalui suatu kegiatan pembelajaran yang diberikan
harus pada waktu dan kejadian yang tepat sehingga pujian akan
berdampak sebagai motivasi belajar bagi peserta didik.
3.7.6 Memberikan Hukuman
Hukuman adalah bentuk reinforcement negatif. Hukuman akan
(42)
Hukuman yang tepat akan membuat peserta didik menyadari akan
kesalahan yang telah diperbuat dan memperbaiki kesalahan
menjadi keberhasilan yang tertunda.
Menurut Haryani (2008) motivasi mahasiswa kuliah di suatu jurusan
tertentu berpengaruh terhadap hasil akhir dari pendidikan. Suatu tindakan
yang tidak didasari motivasi yang kuat akan dilakukan dengan tidak
sungguh-sungguh, tidak terarah dan kemungkinan besar tidak akan membawa suatu
hasil yang baik.
4. Remaja
4.1 Defenisi Remaja
Remaja atau adolesens adalah periode perkembangan selama individu
mengalami perubahan dari masa kanak-kanak menuju masa dewasa antara
usia 13-20 tahun (Potter 2005).
Santrock (1993) mendefenisikan remaja sebagai periode transisi
perkembangan dari masa kanak-kanak ke masa dewasa yang mencakup aspek
biologik, kognitif, dan perubahan sosial yang berlangsung antara 10-19 tahun.
Masa remaja terdiri dari masa remaja awal (10-14 tahun) yang ditandai
dengan berbagai perubahan tubuh yang cepat dan sering mengakibatkan
kesulitan dalam menyesuaikan diri, pada saat ini remaja mulai mencari
identitas dirii, masa remaja pertengahan (15-16 tahun) yang merupakan masa
yang ditandai dengan bentuk tubuh yang sudah menyerupai orang dewasa,
(43)
remaja akhir (17-19 tahun) yang ditandai pertumbuhan biologis sudah
melambat, tetapi masih berlangsung di tempat-tempat lain tetapi emosi,
minat, konsentrasi, dan cara berpikir mulai stabil serta kemauan untuk
menyelesaikan masalah sudah meningkat (Sarwono, 2002).
Berdasarkan pengertian di atas dapat diambil kesimpulan bahwa remaja
adalah merupakan masa transisi atau peralihan dari masa anak menuju masa
dewasa dimulai dari usia 10-19 tahun.
4.2 Karakteristik Masa Remaja
Karakteristik perkembangan normal yang terjadi pada remaja dalam
menjalankan tugas perkembangannya dalam mencapai identitas diri antara
lainmenilai diri secara objektif dan merencanakan untuk mengaktualisasikan
kemampuannya. Dengan demikian pada fase ini, seorang remaja akan :
4.2.1 Menilai rasa identitas pribadi
4.2.2 Meningkatkan minat pada lawan jenis
4.2.3 Menggabungkan perubahan seks sekunder ke dalam citra tubuh
4.2.4 Memulai perumusan tujuan okupasional
4.2.5 Memulai pemisahan diri dari otoritas keluarga
Hurlock (1994) mengemukakan berbagai ciri dari remaja, diantaranya
adalah :
a. Masa remaja adalah masa peralihan
Yaitu peralihan dari satu tahap perkembangan ke perkembangan
berikutnya secara berkesinambungan. Pada masa ini remaja bukan lagi
(44)
sangat strategis, karena memberi waktu kepada remaja untuk
membentuk gaya hidup dan menentukan pola perilaku, nilai-nilai dan
sifat-sifat yang sesuai dengan yang diinginkan.
b. Masa remaja adalah masa terjadi perubahan
Sejak awal remaja, perubahan fisik terjadi sangat pesat, perubahan
perilaku dan sikap juga berkembang. Ada 4 perubahan besar yang
terjadi pada remaja, yaitu perubahan emosi, perubahan peran dan
minat, perubahan pola perilaku dan perubahan sikap menjadi
ambivalen.
c. Masa remaja adalah masa yang banyak masalah
Masa remaja sering menjadi masalah yang sulit untuk diatasi. Hal ini
terjadi karena tidak terbiasanya remaja menyelesaikan masalahnya
sendiri tanpa meminta bantuan orang lain sehingga kadang-kadang
terjadi penyelesaian yang tidak sesuai dengan yang diharapkan.
d. Masa remaja adalah masa mencari identitas
Identitas diri yang dicari adalah berupa kejelasan siapa dirinya dan apa
peran dirinya di masyarakat. Remaja tidak puas dirinya sama dengan
kebanyakan orang, dia ingin diperlihatkan dirinya sebagai individu,
sementara pada saat yang sama ia ingin mempertahankan dirinya
terhadap kelompok sebaya.
e. Masa remaja sebagai masa yang menimbulkan kekuatan
Ada stigma dari masyarakat bahwa remaja adalah anak yang tidak
(45)
menyebabkan orang dewasa harus membimbing dan mangawasi
kehidupan remaja. Dengan adanya stigma ini, akan membuat masa
peralihan remaja dewasa menjadi sulit, karena peran orang tua yang
memiliki pandangan seperti ini akan mencurigai dan menimbulkan
pertentangan antara orang tua dengan remaja serta membuat jarak di
antara keluarga.
f. Masa remaja sebagai masa yang tidak realistis
Remaja cenderung memandang kehidupan melalui kacamatanya
sendiri, baik dalam melihat dirinya maupun melihat orang lain,
mereka belum melihat apa adanya, tetapi menginginkan sebagaimana
yang ia harapkan.
g. Masa remaja adalah ambang masa dewasa
Dengan berlalunya usia belasan, remaja yang semakin matang
berkembang berusaha memberi kesan seseorang yang hampir dewasa.
Ia akan memusatkan dirinya pada perilaku yang dihubungkan dengan
status orang dewasa, misalnya dalam berpakaian dan bertindak.
Hurlock (1999), pada masa remaja ini ada beberapa perubahan yang
bersifat universal, yaitu meningkatkan emosi, perubahan fisik, perubahan
terhadap minat dan peran, perubahan pola perilaku, nilai-nilai dan sikap
ambivalen terhadap setiap perubahan.
Perbedaan karakteristik remaja perempuan dan laki-laki terletak pada
intelegensi wanita yang lebih cemerlang, namun pada intinya wanita itu hampir
(46)
laki-laki, kaum wanita lebih praktis, labih langsung, dan lebih meminati segi
kehidupan konkrit, kaum laki-laki disebut sebagai lebih egosentris atu lebih
self-oriented, dan kebanyakan wanita kurang berminat pada masalah-masalah
politik (Kartono, 1992).
4.3 Tugas perkembangan Remaja
Menurut Havighurst (dalam Hurlock, 1999) tugas perkembangan adalah
tugas yang muncul pada saat atau sekitar periode tertentu dari kehidupan
individu, yang jika berhasil, akan menimbulkan rasa bahagia dan membawa ke
arah keberhasilan dakam melaksanakan tugas berikutnya Semua
tugas-tugas perkembangan masa remaja terfokus pada bagaimana melalui sikap dan
pola perilaku kanak-kanak dan mempersiapkan sikap dan perilaku orang
dewasa. Rincian tugas-tugas pada masa remaja ini adalah sebagai berikut :
4.3.1 Mencapai relasi yang lebih matang dengan teman seusia dari kedua
jenis kelamin
4.3.2 Mencapai peran sosial feminin atau maskulin
4.3.3 Menerima fisik dan menggunakan tubuhnya secara efefktif
4.3.4 Meminta, menerima dan mencapai perilaku bertanggung jawab
secara sosial.
4.3.5 Mencapai kemandirian secara emosional dari orang tua dan orang
dewasa lainnya.
4.3.6 Mempersiapkan untuk karir ekonomi
4.3.7 Mempersiapkan untuk menikah dan berkeluarga
(47)
BAB 3
KERANGKA PENELITIAN
1. Kerangka Konseptual
Kerangka konseptual penelitian ini bertujuan untuk menggambarkan minat
dan motivasi remaja dalam melanjutkan pendidikan di bidang kesehatan.
Pemilihan jurusan remaja perlu memperhitungkan beberapa faktor seperti
kemampuan, minat, motivasi, bakat, kepribadian dan lain-lain. Penelitian yang
saya lakukan dalam hal ini hanya meliputi gambaran minat dan motivasi remaja
dalam melanjutkan pendidikan di bidang kesehatan.
Skema 3.1 Gambaran minat dan motivasi remaja dalam melanjutkan
pendidikan di bidang kesehatan di SMA Negeri Kota Tebing Tinggi.
Kerangka penelitian :
Ket :
: Diteliti oleh peneliti
Minat remaja dalam melanjutkan pendidikan di bidang kesehatan
Tidak Minat
Minat
Motivasi remaja dalam melanjutkan pendidikan di bidang kesehatan
Rendah
Sedang
(48)
2. Defenisi Operasional
No Variabel Defenisi
Operasional
Alat Ukur Hasil ukur Skala
1. Minat remaja
melanjutkan pendidikan di bidang kesehatan Sumber motivasi yang mendorong remaja untuk memilih atau melakukan sesuatu yang bersumber dari kemauan, ketertarikan dan lingkungan melanjutkan
pendidikan ke di
bidang kesehatan Kuesioner pertanyaan sebanyak 16 pertanyaan menggunakan skala Likert
1 = Sangat
tidak setuju
2 = Tidak
setuju
3 = Setuju
4 = Sangat
Setuju
Tidak
Minat
dengan
skor
16 – 40
Minat
dengan
skor
41 – 64
(49)
2. Motivasi Remaja dalam melanjutkan pendidikan di bidang kesehatan Suatu penggerak pada remaja yang mendorong remaja yang
berasal dari diri
sendiri dan lingkungan sekitar untuk melanjutkan pendidikan di bidang kesehatan Kuesioner pertanyaan sebanyak 16 pertanyaan menggunakan skala Likert
1 = Sangat
tidak setuju
2 = Tidak
setuju
3 = Setuju
4 = Sangat
Setuju
Rendah :
16 – 32
Sedang :
33 – 48
Tinggi :
49 – 64
(50)
BAB 4
METODOLOGI PENELITIAN
1. Desain Penelitian
Desain penelitian ini menggunakan desain deskriptif yang bertujuan untuk
mengidentifikasi gambaran minat dan motivasi remaja dalam melanjutkan
pendidikan di bidang kesehatan di SMA Negeri Kota Tebing Tinggi.
2. Populasi dan sampel
2.1 Populasi
Populasi adalah keseluruhan subjek penelitian yang diteliti
(Arikunto, 2010). Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh siswa SMA
Negeri kelas XII yang berada di Kota Tebing Tinggi yaitu:
SMAN Tebing Tinggi
Banyaknya Kelas XII IPA
Jumlah siswa tiap kelas
Jumlah siswa tiap sekolah
SMAN 3 4 kelas 30 siswa 120 siswa
SMAN 4 4 kelas 30 siswa 120 siswa
Total 8 kelas 240 siswa
2.2 Sampel
Sampel dalam penelitian ini menggunakan teknik pengambilan sampel
Stratified random sampling yaitu teknik sampling yang digunakan oleh
peneliti secara acak pada kondisi populasi yang tidak sama atau memiliki
(51)
Adapun kriteria inklusi yang ditentukan oleh peneliti adalah :
2.1.1 Sampel bersedia menjadi responden
2.1.2 Sampel berasal dari jurusan IPA
2.1.3 Responden mau melanjutkan pendidikan ke jenjang yang lebih
tinggi
Maka pengambilan sampel minimal yang diperkenankan agar keputusan yang
diambil dapat mewakili populasi adalah jumlah populasi dibagi jumlah SMA
Negeri yang akan diteliti kemudian hasilnya dibagi dengan banyaknya kelas di 2
SMA Negeri yang ada di Kota Tebing Tinggi yaitu:
Jumlah populasi 240 siswa
=
Banyaknya SMAN 2 SMAN
= 120 responden
Sehingga jumlah sampel untuk mewakili setiap kelas adalah 120 dibagi 8
kelas yang terdiri dari 15 siswa SMA Negeri Kota Tebing Tinggi.
3. Lokasi dan Waktu Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di SMA Negeri 3 dan SMA Negeri 4 Kota Tebing
Tinggi dan pelaksanaan penelitian ini dilakukan selama bulan Juli 2012 sampai
Agustus 2012. Peneliti memilih SMA Negeri di Kota Tebing Tinggi sebagai
tempat penelitian karena belum pernah ada dilakukan penelitian di SMA Kota
(52)
pendidikan di bidang kesehatan. Pertimbangan lain adalah efektivitas waktu serta
terjangkaunya daerah yang mudah dikunjungi.
4. Pertimbangan Etik
Pertimbangan etik dalam penelitian ini bertujuan agar peneliti dapat menjaga
dan menghargai hak asasi para respondennya. Dalam penelitian ini, peneliti
mengajukan permohonan izin kepada Kepala Sekolah SMA tempat saya
melakukan penelitian. Setelah mendapat izi persetujuan kemudian melakukan
penelitian dengan menekankan pertimbangan etik yang meliputi :
4.1 Otonomi. Peneliti memberi kebebasan kepada responden untuk menentukan apakah bersedia atau tidak untuk mengikuti kegiatan
penelitian.
4.2 Informed Consent. Peneliti menanyakan kesediaan menjadi responden setelah peneliti memperkenalkan diri, menjelaskan tujuan, dan manfaat
penelitian. Jika responden bersedia menjadi peserta penelitian maka
responden diminta menandatangani lembar persetujuan.
4.3 Anonimity. Peneliti tidak mencantumkan nama responden pada lembar pengumpulan data, tetapi akan memberikan kode pada masing-masing
lembar persetujuan tersebut.
4.4 Confidentiality. Peneliti menjamin kerahasiaan informasi responden dan kelompok data tertentu yang dilaporkan sebagai hasil penelitian.
(53)
4.5 Beneficience. Selalu berupaya bahwa kegiatan yang diberikan kepada responden mengandung prinsip kebaikan bagi responden guna
mendapatkan suatu metode atau konsep baru untuk kebaikan responden.
4.6 Nonmaleficience. Penelitian yang dilakukan tidak mengandung unsur bahaya atau merugikan apalagi sampai mengancam jiwa bagi responden.
4.7 Veracity. Penelitian yang dilakukan harus dijelaskan secara jujur tentang manfaat, efek dan apa yang didapat jika responden terlibat di dalam
penelitian tersebut.
4.8 Juctice. Peneliti harus berusaha semaksimal mungkin untuk tetap melaksanakan prinsip juctice (keadilan) pada saat melakukan penelitian.
(Hidayat, 2007)
5. Instrumen Penelitian
Alat yang digunakan untuk pengumpulan data berupa kuesioner yang terdiri
dari tiga bagian. Bagian pertama yaitu data demografi responden yang terdiri dari
usia, jenis kelamin, pekerjaan orangtua dan suku.
Bagian kedua yaitu kuesioner yang berisi tentang gambaran minat remaja
dalam melanjutkan pendidikan di bidang kesehatan yang mencerminkan
indikator-indikator variabel minat melanjutkan pendidikan di bidang kesehatan
yang bersumber dari kemauan, ketertarikan dan lingkungan untuk melanjutkan
pendidikan di bidang kesehatan. Kuesioner ini berisi 16 pernyataan yang terdiri
dari 8 pernyataan positif pada butir soal no 1, 2, 3, 7, 9, 11, 12, 13 dan 8
(54)
menggunakan model skala likert dimana responden diminta pendapatnya
mengenai setuju atau tidak setuju terhadap suatu hal. Adapun pilihan jawaban
yang diberikan adalah sangat tidak setuju diberi nilai 1, tidak setuju diberi nilai 2,
setuju diberi nilai 3 dan sangat setuju diberi nilai 4. Skala pengukuran yang
digunakan adalah skala ordinal. Untuk pengukuran kategori pada minat digunakan
rumus (Sudjana, 1992) :
Panjang kelas = Rentang
Banyak kelas
Rentang adalah selisih nilai tertinggi dan terendah. Nilai tertinggi adalah 64
dan nilai terendah 16. Maka rentang untuk minat adalah 48, dengan banyak kelas
dua kategori yaitu tidak minat dan minat. Maka didapat panjang kelas adalah 24
dengan nilai terendah 16 sebagai batas bawah kelas interval pertama.
Maka minat remaja dalam melanjutkan pendidikan di bidang kesehatan dapat
dikategorikan :
16 – 40 = kategori tidak minat
41 – 64 = kategori minat
Bagian yang ketiga kuesioner berisi tentang gambaran motivasi remaja
dalam melanjutkan pendidikan di bidang kesehatan yang terdiri dari pernyataan
faktor instrinsik dan faktor ekstrinsik. Kuesioner ini berisi 16 pernyataan yang
terdiri dari 8 pernyataan positif pada butir soal no 1, 3, 5, 6, 10, 11, 13, 14 dan 8
pernyataan negatif pada butir soal no 2, 4, 7, 8, 9, 12, 15, 16 dengan
menggunakan model skala likert dimana responden juga diminta pendapatnya
(55)
yang diberikan adalah sangat tidak setuju diberi nilai 1, tidak setuju diberi nilai 2,
setuju diberi nilai 3 dan sangat setuju diberi nilai 4. Skala pengukuran yang
digunakan adalah skala ordinal. Untuk pengukuran kategori pada minat dan
motivasi digunakan rumus (Sudjana, 1992) :
Panjang kelas = Rentang
Banyak kelas
Rentang adalah selisih nilai tertinggi dan terendah. Nilai tertinggi adalah 64
dan nilai terendah 16. Maka rentang untuk motivasi adalah 48, dengan banyak
kelas tiga kategori yaitu rendah, sedang dan tinggi. Maka didapat panjang kelas
adalah 16 dengan nilai terendah 16 sebagai batas bawah kelas interval pertama.
Maka motivasi remaja dalam melanjutkan pendidikan di bidang kesehatan
dapat dikategorikan :
16– 32 = kategori rendah
33 – 48 = kategori sedang
49 – 64 = kategori tinggi
6. Validitas dan Reliabilitas Instrumen
Validitas adalah suatu ukuran yang menunjukkan kevalidan suatu instrument.
Suatu instrumen yang valid adalah instrumen yang mempunyai validitas yang
tinggi (Arikunto, 2006).
Uji validitas dilakukan oleh dosen yang ahli dibidang ini berupa uji content
validitas. Berdasarkan uji validitas tersebut, kuesioner disusun kembali dengan
(56)
sasaran yang ingin diukur sesuai dengan teori atau konsep. Setelah dilakukan uji
validitas maka dapat didapatkan hasil bahwa instrument penelitian yang
digunakan telah valid dan dapat digunakan untuk penelitian selanjutnya.
Uji reliabilitas dilakukan dengan menggunakan analisa Cronbach’s Alpha.
Suatu instrumen dapat dikatakan reliable bila nilai alpha lebih besar dari r kritis
(Priyatno, 2008). Uji reliabilitas dilakukan di salah satu SMA Negeri di Kota
Tebing Tinggi yaitu SMA Negeri 2 pada bulan Juli. Instrument reliabel diujikan
kepada 20 responden sesuai kriteria penelitian yang sudah ditentukan. Pada
penelitian ini diperoleh hasil uji reliabilitas yaitu nilai Cronbach Alpha untuk
variabel minat 0, 733 dimana r tabel 0,443 dan untuk variabel motivasi diperoleh
Alpha 0.757 dan r tabel 0,443. Karena nilai Alpha >0,7 maka dinyatakan bahwa
seluruh instrumen atau pertanyaan yang digunakan dalam penelitian ini realibel.
7. Prosedur dan Pengumpulan Data
Pengumpulan data dilakukan pada siswa SMA kelas XII. Setelah mendapat
izin dari Kepala Sekolah SMA tempat dilakukannya penelitian, peneliti
mengadakan pendekatan terhadap calon responden untuk mendapatkan
persetujuan sebagai sampel penelitian. Pengumpulan data dalam penelitian ini
dilakukan menggunakan kuesioner dan sebelum membagikan kuesioner, terlebih
dahulu peneliti menanyakan apakah responden mempunyai keinginan untuk
melanjutkan pendidikan kemudian responden diberi kesempatan membaca surat
(57)
Sebelum mengisi kuesioner, responden terlebih dahulu diberi penjelasan dan
menandatangani informed concent sebagai tanda persetujuan menjadi responden
penelitian. Setelah diisi sendiri oleh responden, kuesioner dikumpulkan oleh
peneliti dan diperiksa kelengkapannya.
8. Analisa Data
Analisa data dilakukan setelah semua data terkumpul melalui beberapa
tahapan yaitu dengan editing untuk memeriksa kelengkapan identitas dan data
responden serta memastikan bahwa semua data konsisten. Kemudian dilakukan
pengaturan informasi, koding, entering dan dilanjutkan dengan meringkas
informasi dengan membuat diagram dan lain-lain.
Hasil penelitian ini disajikan dalam bentuk tabel distribusi frekuensi dan
persentase sehingga memperoleh gambaran tentang objek yang diteliti dengan
gambaran minat 2 kategori; tidak minat dan minat serta gambaran motivasi 3
kategori yaitu; tinggi, sedang dan rendah. Kesimpulan dibuat dengan bentuk
kesimpulan induktif dimana hasil dari para responden akan disimpulkan sebagai
jawaban secara umum yang mewakili jawaban seluruh responden di SMA Kota
(58)
BAB 5
HASIL DAN PEMBAHASAN
Bab ini menguraikan tentang hasil penelitian serta pembahasan yang
diperoleh dari pengumpulan data terhadap 120 responden di SMA Negeri Kota
Tebing Tinggi selama bulan Juli sampai Agustus 2012. Hasil penelitian ini
menguraikan bagaimana minat dan motivasi remaja dalam melanjutkan
pendidikan di bidang kesehatan.
1. Hasil penelitian
Hasil penelitian ini menguraikan gambaran data demografi responden dan
gambaran minat dan motivasi remaja dalam melanjutkan pendidikan di
bidang kesehatan di SMA Negeri Kota Tebing Tinggi.
1.1 Data demografi responden
Responden dalam penelitian ini adalah siswa kelas XII IPA di SMA
Negeri 3 Dan SMA Negeri 4 Kota Tebing Tinggi dengan jumlah 120
responden. Hasil penelitian didapat bahwa usia responden paling muda
yakni 15 tahun dan usia paling tua adalah 18 tahun, sedangkan berdasarkan
jenis kelamin responden didapat jumlah laki-laki sebanyak 34 orang dan
perempuan sebanyak 86 orang, sementara berdasarkan pekerjaan orang
tua didapat bahwa jumlah orang tua yang bekerja sebagai PNS sebanyak
43 orang, Karyawan swasta 34 orang, Wiraswasta 42 orang dan pekerjaan
tidak tetap 1 orang, kemudian berdasarkan suku didapatkan hasil bahwa
(59)
suku Melayu 14 orang dan suku Aceh 1 orang. Gambaran ini dapat dilihat
pada tabel sebagai berikut :
Tabel 5.1 : Distribusi frekuensi siswa SMA Negeri Kota Tebing Tinggi berdasarkan data demografi responden (n=120)
Karakteristik responden Frekuensi Presentase (%)
Usia
- 15 tahun - 16 tahun - 17 tahun - 18 tahun
2 34 80 4 1.7 % 28.3 % 66.7 % 3.3 % Jenis kelamin - Laki-laki - Perempuan 34 86 28.3 % 71.7 % Pekerjaan orang tua
- PNS
- Karyawan Swasta - Wiraswasta - Dll (tidak tetap)
43 34 42 1 35.8 % 28.3 % 35.0 % 0.8 % Suku - Batak - Jawa - Melayu - Aceh 72 30 14 4 60.0 % 25.0 % 11.7 % 3.3 %
(60)
1.2 Gambaran minat remaja melanjutkan pendidikan di bidang kesehatan
Hasil penelitian menunjukkan bahwa mayoritas responden yang
berminat untuk melanjutkan pendidikan di bidang kesehatan yaitu
sebanyak 62 orang (51.7%) dan yang tidak berminat untuk melanjutkan
pendidikan di bidang kesehatan sebanyak 58 orang ( 48.3%). Gambaran ini
dapat dilihat pada tabel sebagai berikut :
Tabel 5.2 Distribusi frekuensi minat remaja untuk melanjutkan pendidikan di bidang kesehatan (n=120)
Kategori Frekuensi Presentase
Tidak Minat 58 48.3%
Minat 62 51.7%
1.3 Gambaran motivasi remaja melanjutkan pendidikan di bidang kesehatan
Hasil penelitian menunjukkan bahwa responden memiliki motivasi
untuk melanjutkan pendidikan di bidang kesehatan. Responden yang
memiliki motivasi yang tinggi sebanyak 18 orang (15.0%), memiliki motivasi
sedang sebanyak 100 orang (83.3%) dan memiliki motivasi rendah sebanyak
(61)
Tabel 5.3 Distribusi frekuensi motivasi remaja untuk melanjutkan pendidikan di bidang kesehatan (n=120)
Kategori Frekuensi Presentase
Motivasi Tinggi 2 1.7%
Motivasi Sedang 100 83.3%
(62)
2. Pembahasan
Hasil penelitian yang telah dilakukan pada 120 orang responden
didapatkan hasil tentang demografi responden yaitu usia paling muda 15 tahun
dan usia paling tua 18 tahun. Hasil penelitian berdasarkan usia responden
diperoleh mayoritas responden berusia 17 tahun dengan perolehan sebanyak
80 orang (66,7%), dimana usia tersebut merupakan masa remaja akhir dan
pada usia tersebut remaja akhir akan mulai merancang masa depannya dan
merencanakan untuk melanjutkan pendidikan yang lebih tinggi ditandai
dengan emosi, minat, konsentrasi, dan cara berpikir mulai stabil serta
kemampuan untuk menyelesaikan masalah sudah meningkat (Sarwono, 2002).
Menurut Santrock usia remaja akhir merupakan masa periode transisi
perkembangan dari masa kanak-kanak ke masa dewasa berkisar antara umur
10-19 tahun dengan karakteristik remaja pada usia tersebut akan menilai rasa
identitas pribadi, meningkatkan minat, menggabungkan perubahan seks
sekunder ke dalam citra tubuh, memulai perumusan tujuan okupasional, serta
memulai memisahkan diri dari otoritas keluarga (Sumiati, 2009).
Sejalan dengan pendapat Hurlock bahwa umur tersebut tergolong remaja
dalam masa peralihan, masa terjadi perubahan terhadap perubahan fisik,
perubahan terhadap minat dan peran, perubahan pola perilaku, masa mencari
identitas dan masa yang menimbulkan kekuatan-kekuatan dan
(63)
Hasil penelitian berdasarkan jenis kelamin menunjukkan mayoritas
responden berjenis kelamin perempuan dengan perolehan sebanyak 86 orang
(71.7%) sementara jumlah laki-laki sebanyak 34 orang (28.3%). Sekolah
tempat dilakukannya penelitian dijumpai lebih banyak jumlah perempuan
sehingga sesuai dengan hasil penelitian yang didapat mayoritas remaja
perempuan yang lebih berminat dalam melanjutkan pendidikan di bidang
kesehatan yaitu sebanyak 55 orang (63.9%) dan remaja laki-laki yang
berminat dalam melanjutkan pendidikan di bidang kesehatan sebanyak 18
orang (52.9%). Menurut Kartono (1992) kaum wanita dalam menentukan
pilihan atau sesuatu bersifat lebih praktis, lebih langsung, dan lebih meminati
segi kehidupan konkrit dan kebanyakan wanita kurang berminat pada
masalah-masalah politik. Pendidikan di bidang kesehatan yang mereka minati
tersebut mencakup kegiatan akademis yang mengutamakan ilmu pengetahuan
dan keterampilan di bidang kesehatan (Alimul, 2002).
Hasil penelitian berdasarkan pekerjaan orang tua menunjukkan mayoritas
orang tua responden bekerja sebagai PNS dengan perolehan 43 orang (35.8
%). Menurut Hamalik (2007) pendidikan dalam keluarga termasuk pendidikan
informal yang memberikan dukungan tambahan dalam meningkatkan ilmu
pengetahuan. Pekerjaan orang tua termasuk dalam faktor lingkungan keluarga
yang dapat mempengaruhi proses pendidikan dalam hal ini minat remaja
dalam melanjutkan pendidikan agar setelah melanjutkan pendidikan di bidang
kesehatan nantinya anak akan memperoleh pekerjaan yang sesuai di
(64)
Hasil penelitian berdasarkan suku menunjukkan mayoritas responden
bersuku Batak dengan perolehan sebanyak 72 orang (60.0 %). Pendidikan
dalam suku Batak merupakan hal yang sangat penting, setiap orang tua
menginginkan anak-anaknya untuk melanjutkan pendidikan setinggi-tingginya
(Irmawati, 2004). Remaja cenderung menunjukkan harapan mereka melalui minat dan motivasi dalam melanjutkan pendidikan.Pertimbangan yang sangat
penting dalam melanjutkan pendidikan yang lebih tinggi yaitu pemilihan
jurusan yang tepat. Pemilihan jurusan perlu memperhitungkan beberapa faktor
seperti kemampuan, minat, motivasi, bakat, kepribadian dan lain-lain
(Ravenska, 2010)
Hasil penelitian menunjukkan mayoritas remaja berminat untuk
melanjutkan pendidikan di bidang kesehatan yaitu sebanyak 62 orang dari 120
responden (51,7%). Hasil penelitian ini sesuai dengan pendapat Djaali (2008)
bahwa pentingnya minat pada diri manusia karena minat sebagai sumber
motivasi yang kuat, minat menjadi faktor pendorong untuk melakukan sesuatu
hal ini sesuai dengan yang dikemukakan Muhajir (2007) bahwa minat akan
memperkuat motif seseorang, sebagai suatu tenaga psikis yang akan
mendorong individu untuk melakukan suatu kegiatan dalam mencapai suatu
tujuan dan semakin sering minat diekspresikan dalam kegiatan maka semakin
kuat keinginan untuk mencapai objek tersebut dalam hal ini minat dalam
(65)
Sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Berlian (2009) mengenai
minat siswa SMA/MA melanjutkan pendidikan ditinjau berdasarkan jurusan di
Perguruan Tinggi menunjukkan bahwa cenderung siswa memilih kelompok
ilmuwan eksakta yakni sebesar 52,4% dibandingkan dengan kelompok
ilmuwan non eksakta yakni 47,4%. Adapun jurusan pada kelompok ilmuwan
eksakta yang diminati adalah jurusan Kedokteran sebesar 20,3%, kemudian
diikuti oleh MIPA 8,7%, Kesehatan masyarakat 4,9%, dan Farmasi 1,3%.
Faktor-faktor yang dapat mempengaruhi minat antara lain kemauan,
ketertarikan, lingkungan keluarga, lingkungan sekolah dan teman. Menurut
Suprapto (2007) bahwa kemauan merupakan suatu kegiatan yang
menyebabkan seorang manusia sanggup melakukan berbagai tindakan yang
perlu untuk mencapai tujuan tertentu sebagai faktor penggerak seseorang
seperti dalam hal memilih pendidikan. Sementara faktor dari lingkungan
keluarga sangat berpengaruh terhadap minat remaja karena orang tua
merupakan pendidik pertama dan berperan aktif dalam mengarahkan minat
anaknya salah satunya melanjutkan pendidikan yang nantinya anak diharapkan
memperoleh pekerjaan yang sesuai di bidangnya dan menjamin masa
depannya. Selain itu faktor lingkungan sekolah yang dapat mempengaruhi
minat remaja dalam melanjutkan pendidikan terkait proses pendidikan di
sekolah berperan melakukan pembinaan dan memberikan motivasi dan
dorongan kepada siswa dalam menumbuhkan minatnya untuk melanjutkan
(66)
Hasil penelitian menunjukkan bahwa dari faktor-faktor yang dapat
mempengaruhi minat seperti kemauan, ketertarikan, lingkungan keluarga,
lingkungan sekolah dan teman, mayoritas responden berminat melanjutkan
pendidikan di bidang kesehatan karena faktor kemauan (67,5%), lingkungan
keluarga (55,5%), dan lingkungan sekolah (73,3%). Faktor ketertarikan dan
pengaruh teman berdasarkan penelitian hanya sebagian kecil mempengaruhi
responden dalam memilih melanjutkan pendidikan di bidang kesehatan.
Harlock (1999) minat merupakan sumber motivasi yang mendorong orang
untuk melakukan sesuatu yang sesuai dengan keinginannya. Individu yang
berminat dalam melanjutkan studi ke perguruan tinggi tentunya akan lebih
bergairah dan lebih memusatkan perhatiannya terhadap berbagai informasi
yang berhubungan dengan perguruan tinggi.
Hasil penelitian menunjukkan remaja memiliki motivasi dalam
melanjutkan pendidikan di bidang kesehatan yang berjumlah 100 orang
(83,3%) dan termasuk dalam kategori motivasi sedang. Hasil penelitian ini
sejalan dengan pendapat Sarwono (2000) bahwa motivasi menunjuk pada
proses gerakan, termasuk situasi yang mendorong yang timbul dalam diri
individu, tingkah laku yang ditimbulkan oleh situasi tersebut dan tujuan atau
akhir daripada gerakan atau perbuatan sehingga mendapatkan tujuan yang
dikehendaki dan dapat selaras dengan waktu yang ada.
Menurut Haryani (2008) motivasi mahasiswa di suatu jurusan tertentu
berpengaruh terhadap hasil akhir dari pendidikan. Suatu tindakan yang tidak
(67)
tidak terarah dan kemungkinan besar tidak akan membawa suatu hasil yang
baik.
Faktor-faktor yang mempengaruhi motivasi seseorang adalah faktor
internal yaitu yang berasal dari dalam diri individu seperti hasrat individu
sendiri, kebutuhan dan harapan serta adanya faktor eksternal yang berupa
situasi lingkungan, dan sistem penghargaan yang diterima (Suarli, 2009).
Hasil penelitian menunjukkan bahwa adanya faktor internal dan eksternal
yang mempengaruhi responden memiliki motivasi dalam melanjutkan
pendidikan di bidang kesehatan sebesar (72,5%) dalam kategori sedang dan
faktor eksternal sebesar (80,8%) dalam kategori sedang.
Menurut Stoner & Freeman (dalam Suarli, 2009) faktor internal yang
mempengaruhi responden memiliki motivasi dalam melanjutkan pendidikan di
bidang kesehatan yakni hasrat, kebutuhan, harapan. Hasrat individu sendiri
yang berarti seseorang termotivasi atau tidak untuk melakukan sesuatu banyak
tergantung pada proses kognitif berupa persepsi dan keinginan yang kuat dari
dalam diri. Kebutuhan memotivasi manusia untuk menjadikan dirinya sendiri
yang berfungsi secara penuh dan mendorong serta mengarahkan seseorang.
Harapan terutama harapan akan masa depan yang merupakan informasi
objektif dari lingkungan yang mempengaruhi sikap dan perasaan subjektif
(68)
Hasil penelitian menunjukkan bahwa adanya faktor internal yang berupa
adanya hasrat (40,8%) dalam kategori motivasi sedang, kebutuhan (53,3%)
dalam kategori tinggi, dan adanya harapan (73,3%) dalam kategori sedang.
Berdasarkan yang dikemukakan oleh Stoner & Freeman (dalam Suarli,
2009) bahwa motivasi dipengaruhi situasi lingkungan dan sistem
penghargaan. Situasi lingkungan pada umumnya yaitu setiap individu
terdorong untuk berhubungan dengan rasa mampunya dalam melakukan
interaksi secara efektif dengan lingkungannya. Sistem penghargaan yang
diterima atau imbalan yang berupa karakteristik atau kualitas dari objek
pemuas yang dibutuhkan yang dapat mendorong individu untuk berperilaku
dalam mencapai tujuan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa adanya faktor
eksternal yang berupa penghargaan (72,5%) dalam kategori motivasi sedang
dan lingkungan (66,7%) dalam kategori sedang.
Hasil penelitian ini sesuai dengan teori motivasi yang dikemukakan oleh
Abraham Maslow pada tingkatan keempat hirarki kebutuhan Maslow yaitu
motivasi yang tinggi akan memenuhi kebutuhan maslow pada tingkatan
kebutuhan akan penghargaan yang berupa berprestasi, berkompetensi, dan
mendapatkan dukungan serta pengakuan. Pencapaian kebutuhan tersebut dapai
diraih dengan mengasah minat serta memotivasi diri, dalam hal ini mendorong
minat dan motivasi remaja dalam melanjutkan pendidikan di bidang kesehatan
serta untuk terus melakukan sesuatu yang akhirnya dapat memenuhi
kebutuhan pada tingkatan kebutuhan Maslow kelima yaitu kebutuhan
(69)
Teori motivasi Herzberg mengemukakan bahwa faktor yang mendorong
seseorang untuk berusaha mencapai kepuasan dan menjauhkan diri dari
ketidakpuasan berupa faktor ekstrinsik yaitu hubungan antar manusia,
imbalan, kondisi lingkungan, dan sebagainya serta faktor motivator (faktor
intrinsik) berupa pengakuan, kemajuan tingkat kehidupan, dan sebagainya
(faktor intrinsik) sehingga dengan adanya faktor-faktor tersebut
membangkitkan minat atau keinginan seseorang dalam mencapai suatu tujuan
dalam hal ini mendorong minat dan motivasi remaja dalam melanjutkan
(70)
BAB 6
KESIMPULANDAN SARAN
1. Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian tentang minat dan motivasi remaja dalam
melanjutkan pendidikan di bidang kesehatan di SMA Negeri Kota Tebing
Tinggi disimpulkan :
1.1Minat remaja di SMA Negeri Kota Tebing Tinggi mayoritas memiliki
minat melanjutkan pendidikan di bidang kesehatan.
1.2Motivasi remaja di SMA Negeri Kota Tebing Tinggi memiliki motivasi
sedang dalam melanjutkan pendidikan di bidang kesehatan.
2. Saran
2.1 Pendidikan Keperawatan
Hasil penelitian ini diharapkan bagi pendidikan keperawatan dapat
menanamkan dan mengasah minat remaja untuk melanjutkan pendidikannya ke
Perguruan Tinggi terutama di bidang kesehatan sehingga ilmu yang didapat di
Perguruan Tinggi tersebut sesuai dengan pilihan atau minat dalam diri.
2.2 Praktek Keperawatan
Perlunya pengembangan cara dalam menanamkan dan mengasah tumbuh
kembang minat pada remaja dalam melanjutkan pendidikan ke Pergruruan
(71)
atau sosialisasi tentang kesehatan sehingga menumbuhkan ketertarikan remaja
untuk melanjutkan pendidikan di bidang kesehatan.
2.3 Penelitian Keperawatan
Peneliti selanjutnya diharapkan untuk mengidentifikasi faktor- faktor yang
dapat mengasah minat dan motivasi remaja dalam melanjutkan pendidikan ke
Perguruan Tinggi sesuai dengan minat dan bakat yang dimiliki karena selain
responden dalam penelitian ini masih kurang besar, peneliti mengharapkan
peneliti selanjutnya dapat mengembangkan indikator-indikator minat dan
(72)
DAFTAR PUSTAKA
Anggaraeni, A. (2010). Pengaruh Pengendalian diri, Motivasi dan Minat Belajar. Diakses pada 22 April 2012 . http//www.fkep.unpad.
Alimul, A. (2002). Pengantar Pendidikan Keperawatan. Jakarta : CV.Sagung Seto
Berlian, N. (2009). Rencana dan minat siswa SMA/MA melanjutkan pendidikan tinggi. Diakses pada tanggal 29 Januari 2013. http:/jurnal.pdii.lipi.go.id
Djaali. (2008). Psikologi Pendidikan. Jakarta: PT. Bumi Aksara
Dempsey, P.A. (2002). Riset Keperawatan Buku Ajar dan Latihan. Jakarta : EGC
Hamalik, O. (2008). Kurikulum dan Pembelajaran. Jakarta : Bumi Aksara
Haryani. (2008). Faktor mahasiswa untuk tetap melanjutkan pendidikan di jurusan kesehatan gigi poltekes. Diakses pada tanggal 29 Januari 2013. http://etd.ugm.ac.id
Hasibuan, S.P. (1996). Organisasi dan Motivasi. Jakarta: Bumi Aksara
Hasibuan, S.P. (2000). Manajemen Sumber Daya Manusia. Jakarta : Bumi Aksara
Hidayat, A. (2002). Pengantar Pendidikan Keperawatan. Jakarta : CV. Sagung Seto
Hidayat, A. (2009). Metode Penelitian Keperawatan dan Teknik Analisa Data. Jakarta : Salemba Medika
Hurlock, E.B. (2000). Psikologi Perkembangan. Jilid 2. Jakarta. Erlangga
Hurlock, E.B. (2004). Psikologi Perkembangan. Edisi V. Jakarta. Erlangga
Irmawati. (2004). Nilai pendidikan dan nilai kerja pada suku Batak dan Melayu. Diakses pada 21 Januari 2013. http//usu.ac.id
Irwanto, dkk. (1994). Psikologi Umum. Jakarta : PT. Gramedia Pustaka Utama
Langgulung, H. (1986). Teori-teori Kesehatan Mental. Jakarta : Pustaka Al Husna
Martua, Y. (2009). Minat dan Motivasi serta mutu pendidikan siswa memilih SMK. Diakses pada 18 April 2012. http//www.repository.usu.ac.id
(73)
Notoatmojo, S. (2010). Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta
Novitasari, A. (2011). Analisis faktor penyebab banyaknya lulusan SLTA yang tidak melanjutkan pendidikan ke perguruan tinggi. Diakses pada 18 April.
http//www.unpad.ac.id
Nursalam. (2002). Metode Penelitian Keperawatan. Jakarta : Salemba
Potter, P.A. (2005). Buku Ajar Fundamental Keperawatan Edisi IV. Jakarta: EGC
Purwanto, H. (1998). Pengantar Perilaku Manusia untuk Keperawatan. Jakarta : EGC
Rahmat, H.D. (2009). .Ilmu Perilaku Manusia. Jakarta : Trans Info Media
Ravenska. (2010). Menentukan Jurusan Kuliah. Diakses pada 26 April 2012.
http//www.itm.co.id
Setiawati, S. (2008). Pendidikan Kesehatan. Jakarta : TIM
Soemanto, W. (2006). Psikologi Pendidikan. Jakarta: PT.Rineka Cipta
Soetjiningsih. (2010). Tumbuh Kembang Remaja dan Permasalahannya.
Jakarta:CV. Sagung Seto
Suarli, S. (2009). Manajemen Keperawatan. Tasikmalaya:Erlangga
Sudargono. (2010). Analisis Minat Siswa Kelas XII SMA Melanjutkan Studi ke Universitas Veteran. Diakses pada tanggal 29 Januari 2013.
http/journal.uny.ac.id
Sudjana, M.A. (2002). Metode Statistika (Edisi ke-3). Bandung: Tarsito
Sumiati. (2009). Kesehatan Jiwa Remaja dan Konseling . Jakarta. Trans Info Media
Sunaryo. (2004). Psikologi untuk Keperawatan.Jakarta: EGC
Suparman. (2010). Efektifitas program layanan bimbingan kelompok untuk meningkatkan kematangan pada siswa. Diakses pada 11 April 2012.
http//repository.upi.ac.id
Suyanto. (2009). Mengenal Kepemimpinan dan Manajemen Keperawatan di Rumah Sakit. Yogyakarta:Mitra Cendekia Offset
(74)
Swansburg, R.C.(2000). Pengantar Kepemimpinan dan Manajemen Keperawatan untuk perawat klinis. Jakarta : EGC
Yulianto. (2007). Minat dan Bakat Siswa ke SMK Elektronika. Diakses pada 11 April 2012 http//www.esemka.upy.id
Yulita, A. (2011). Pendidikan dan Profesionalisme Keperawatan. Diakses pada 26 Januari 2012. http//www.haluankepri.com
(1)
(2)
(3)
(4)
(5)
(6)
Daftar Riwayat Hidup
Nama : Hanna Sefriza Nasution
Tempat, tanggal lahir : Tebing Tinggi, 13 September 1990 Jenis Kelamin : Perempuan
Agama : Islam
Alamat : Jln. Mandailing No. 73 Tebing Tinggi
Riwayat pendidikan :
1. SD Negeri 1 Tebing Tinggi (1996 – 2002) 2. SMP Negeri 1 Tebing Tinggi (2003 – 2005) 3. SMA Negeri 1 Tebing Tinggi (2006 – 2008) 4. D III Keperawatan USU (2009 – 2011)