Kerawanan Banjir DAS Padang

3.3. Kerawanan Banjir DAS Padang

Berdasarkan hasil pengolahan dan analisis data, dari lima kelas kerawanan banjir yang dikriteriakan yaitu 1 Tidak Rawan; 2 Sedikit Rawan, 3 Agak Rawan; 4 Rawan; dan 5 Sangat Rawan, di wilayah DAS Padang ditemukan empat kelas Kerawanan Banjir, yaitu 1 Tidak Rawan; 2 Agak Rawan; 3 Rawan; dan 4 Sangat Rawan. Gambaran spasial kerawanan banjir DAS Padang dapat dilihat pada Gambar 24 Peta Kerawanan Banjir Daerah Aliran Sungai Padang. Wilayah DAS Padang yang termasuk kedalam kategori tidak rawan banjir mencakup 95,57 wilayah DAS, yaitu seluas 105.786,65 hektar. Wilayah DAS Padang yang termasuk kedalam kategori agak rawan mencakup 0,53 wilayah DAS, yaitu seluas 591,04 hektar. Wilayah DAS Padang yang termasuk kedalam kategori rawan banjir mencakup 3,09 wilayah DAS, yaitu seluas 3.416,68 hektar, sedangkan wilayah yang termasuk kedalam kategori sangat rawan banjir mencakup 0,81 wilayah DAS, yaitu seluas 895,48 hektar. Wilayah dengan kategori sangat rawan banjir seluruhnya berada di wilayah Sub DAS Sei Padang Hilir dan tersebar di dua wilayah administrasi, yaitu Kabupaten Serdang Bedagai dan Kota Tebing Tinggi. Di Kabupaten Serdang Bedagai, wilayah dengan kategori sangat rawan ditemukan di wilayah Kecamatan Bandar Khalifah seluas 451.98 hektar dan Kecamatan Tanjung Beringin seluas 374.94 hektar. Di Kota Tebing Tinggi, wilayah dengan kategori sangat rawan ditemukan di Kecamatan Bajenis seluas 28.95 hektar, Kecamatan Rambutan seluas 39,22 hektar dan Kecamatan Tebing Tinggi Kota 0,38 hektar. Universitas Sumatera Utara Gambar 24. Peta Kerawanan Banjir Daerah Aliran Sungai Padang Universitas Sumatera Utara Cakupan luas tingkat kerawanan banjir di wilayah DAS Padang sampai dengan tingkat Sub DAS dapat dilihat pada Tabel 29 dan cakupan tingkat kerawanan banjir sampai dengan tingkat administrasi kecamatan dapat dilihat pada Lampiran 3 Distribusi Tingkat Kerawanan Banjir DAS Padang. Bronstert 2003 mengemukakan bahwa perubahan kondisi lingkungan mempengaruhi risiko banjir pada tingkat yang berbeda, misalnya, dengan mengubah kapasitas tampung DAS, mengubah baik kapasitas tampung dan potensi kerusakan di dataran banjir, dan meningkatkan kerentanan karena proses pemukiman di wilayah rawan banjir. Selanjutnya, risiko banjir dipengaruhi oleh alam iklim, morfologi DAS dan faktor buatan manusia pembuatan kanal; urbanisasi yang mempengaruhi frekuensi banjir, sementara faktor-faktor sosial-ekonomi yang mempengaruhi dampaknya. Akibatnya tingkat kerawanan banjir yang sama pun akan memberikan dampak risiko yang berbeda ketika berhadapan dengan faktor buatan manusia dan faktor-faktor sosial ekonomi. Sebagaimana dikemukakan oleh Sheng dan Wilson 2009 bahwa selain dikarenakan karakter sistem pengangkutan hujan, hubungan kenaikan tingkat debit banjir terkait kepadatan populasi bergantung pada persebaran permukaan kedap air. Dalam hal ini, pada dua wilayah dengan kategori kerawanan banjir yang sama sangat rawan di wilayah DAS Padang, yaitu wilayah Kota Tebing Tinggi memiliki risiko banjir yang lebih tinggi dibandingkan dengan wilayah bagian hilir Kabupaten Serdang Bedagai. karena Kota Tebing Tinggi memiliki lahan terbangun kedap air dan kepadatan penduduk yang lebih tinggi dibandingkan dengan bagian hilir Kabupaten Serdang Bedagai. Universitas Sumatera Utara Tabel 29. Tingkat Kerawanan Banjir DAS Padang Keterangan: luas dalam hektar No. Tingkat Kerawanan Banjir Sub DAS Total Luas di DAS Bah Hilang Bah Kaliat Bah Sumbu Sei Kalembah Sei Padang Sei Padang Hilir Sei Sibarau 1 Tidak Rawan 9.380,24 12.761,20 10.917,44 4.344,74 29.943,04 13.844,36 24.577,63 105.768,65 95,57 2 Agak Rawan 118,71 - - - 188,01 67,23 217,10 591,04 0,53 3 Rawan 42,17 41,90 92,13 15,71 145,23 2.870,20 209,34 3.416,68 3,09 4 Sangat Rawan - - - - - 895,48 - 895,48 0,81 Luas Sub DAS 9.541,12 12.803,10 11.009,56 4.360,45 30.276,28 17.677,27 25.004,07 110.671,85 Universitas Sumatera Utara Penanganan banjir hingga saat ini masih terbatas pada penanganan dampak yang diakibatkan oleh kejadian banjir. Dengan teridentifikasinya tingkat kerawanan banjir di wilayah DAS Padang, penanganan banjir sudah selayaknya diarahkan pada upaya-upaya mitigasi bencana. Terkait upaya-upaya mitigasi bencana yang dapat diadopsi bagi mitigasi bencana banjir di wilayah DAS Padang adalah prakarsa mitigasi aktual yang telah diterapkan di beberapa negara di Asia Tenggara termasuk Indonesia oleh Asian Development Bank ADB, Meigh dan Bartlett 2010 dalam kajiannya mengenai pengelolaan DAS terpadu di Asia Tenggara mengemukakan beberapa prakarsa mitigasi banjir oleh ADB tersebut meliputi kegiatan-kegiatan sebagai berikut: 1. Konservasi hulu DAS untuk mengurangi erosi. 2. Konservasi atau restorasi lahan basah dan daerah dataran rendah sebagai area penampungan sementara banjir. 3. Belajar untuk hidup bersama banjir melalui: a. Mengadaptasi pola tanam b. Perumahan tahan banjir Pembangunan infrastruktur mendasar: a. Tanggul b. Pintu-pintu airspillways, outlet c. Pembersihan puingdebris pada infrastruktur 4. Pemetaan bahaya banjir dengan penggunaan lahan dan pengendalian pendirian bangunan di daerah yang rawan banjir. Universitas Sumatera Utara 5. Prediksi dan peringatan banjir dengan sistem komunikasi dan kesadaran masyarakat. 6. Sarana mengevakuasi orang dan ternak dari daerah banjir dan tempat penampungan darurat banjir. 7. Peningkatan koordinasi antar departemen yang berbeda misalnya untuk standardisasi banjir dan perencanaan tata ruang. Sebagaimana dikemukakan De Bruijn dan Klijn 2009, peta yang menyajikan informasi risiko banjir dan aspek-aspek pendukungnya dalam skala spasial yang lebih detil sangat relevan dalam menentukan prioritas pengendalian banjir ataupun perencanaan penggunaan lahan. Perihal kerincian skala spasial juga dikemukakan Bales dan Wagner 2009, bahwa data topografis berkualitas tinggi merupakan faktor yang diperlukan untuk menghasilkan peta genangan banjir yang akurat. Terkait dengan kerincian skala spasial tersebut, pemetaan kerawanan banjir dalam penelitian ini menggunakan data topografis berupa citra SRTM 30 Arc Sec yang berarti memiliki resolusi 30 × 30 meter sebagai dasar bagi pembuatan peta kemiringan lereng kanan kiri sungai. Citra SRTM tersebut sampai saat ini merupakan data topografis yang tergolong berkualitas baik, karena citra SRTM yang umumnya dapat diakses publik adalah citra SRTM dengan resolusi 90 × 90 meter. Kualitas resolusi citra SRTM yang digunakan dalam penelitian ini memberikan batasan akurasi bagi peta rawan banjir yang dihasilkan, sehingga berdasarkan berdasarkan sumber datanya, tingkat akurasi obyek yang masih dapat digambarkan dengan baik dalam peta adalah pada skala 1 : 100.000. Universitas Sumatera Utara Terkait dengan relevansi terhadap prioritas pengendalian banjir dan perencanaan penggunaan lahan, maka hasil penelitian ini perlu dikaji lebih lanjut terkait risiko banjir dan aspek-aspek pendukungnya. Risiko dan aspek pendukung dimaksud, sebagaimana dikemukakan De Bruijn dan Klijn 2009 adalah tingkat bahaya dan tingkat kerentanan banjir, di mana kriteria tingkat bahaya banjir diukur dari 1 Tingkat probabilitas banjir; 2 Tingkat kenaikan muka air; 3 Kelas kedalaman; 4 Kelas bahaya, sementara tingkat kerentanan banjir diukur dari 1 Kecepatan aliran banjir; 2 Keberadaan tempat aman; 3 Kepadatan Penduduk; 4 Tingkat Kerawanan Banjir. Universitas Sumatera Utara

VI. KESIMPULAN DAN SARAN