1. Corporate Social Responsibility CSR sebagai Kewajiban Hukum
49 2. Kategori Perusahaan Wajib Corporate Social
Responsibility CSR
54 3. Corporate Social Responsibility CSR sebagai
Beban Biaya Perusahaan 56
4. Fleksibilitas Pelaksanaan Corporate Social Responsibility
CSR 60
5. Sanksi 63
BAB III : CORPORATE SOCIAL RESPONSIBILITY CSR
BERDASARKAN PASAL 74 UNDANG-UNDANG NO. 40 TAHUN 2007 TENTANG PERSEROAN TERBATAS
DILIHAT DARI ASPEK PRINSIP EFISIEN DAN KEADILAN
65
A. Alasan Pelaku Usaha Mengajukan Pengujian Materil dan Formil Tentang Pengaturan
Corporate Social Responsibility
CSR 66
B. Tanggung Jawab Sosial dan Lingkungan Corporate Social Responsibility –
CSR Telah Diatur dalam Berbagai Perundang-Undangan
68
1. Undang-Undang No. 25 Tahun 2007 tentang Penanaman Modal
69 2. Undang-Undang No. 32 Tahun 2009 tentang
Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup 84
3. Undang-Undang No. 19 Tahun 2003 tentang Badan Usaha Milik Negara dan Peraturan Pelaksanaannya
90 C. Penerapan Tanggung Jawab Sosial dan Lingkungan
Corporate Social Responsibility – CSR Bersifat Voluntary
Sukarela 94
D. Pengaturan Tanggung Jawab Sosial dan Lingkungan Menimbulkan Ketidakadilan dan Tidak Efisien
99
BAB IV : PANDANGAN MAHKAMAH KONSTITUSI RI
TERHADAP PENORMAAN CORPORATE SOCIAL
RESPONSIBILITY CSR DALAM UNDANG-UNDANG NO. 40 TAHUN 2007 TENTANG PERSEROAN
TERBATAS
103
Universitas Sumatera Utara
A. Tanggung Jawab Sosial dan Lingkungan Corporate Social Responsibility –
CSR Merupakan Tanggung Jawab Hukum
107
B. Pemberlakuan Corporate Social Responsibility CSR Tidak Bersifat Diskriminatif
113 C. Pemberlakuan Corporate Social Responsibility CSR
Harus Berdasarkan Kepatutan dan Kewajaran 115
D. Putusan MK RI No. 53PUU-VI2008 Menerima CSR Sebagai Kewajiban Hukum Perusahaan
119
BAB V : KESIMPULAN DAN SARAN
126
A. Kesimpulan 126
B. Saran 131
DAFTAR PUSTAKA 133
Universitas Sumatera Utara
A B S T R A K
CSRTJSL terdapat di dalam Pasal 74 ayat 1-3 Undang-Undang No. 40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas dijadikan sebagai suatu kewajiban hukum.
Kewajiban hukum merupakan desakan dari hukum positif untuk melaksanakannya. Pelaku usaha pada bidang usaha tertentu keberatan karena TJSLCSR dijadikan
sebagai kewajiban hukum. Pelaku usaha keberatan karena sudah terdapat tanggung jawab perusahaan terhadap lingkungan pada Undang-Undang Sektoral. Maka dari itu,
pelaku usaha mengajukan pengujian materil dan formil ke Mahkamah Konstitusi RI.
Putusan MK RI No. 53PUU-VI2008 berisikan penolakan pengujian materil dan formil yang diajukan oleh Pelaku Usaha. Namun, ada dissenting opinion hakim
dalam putusan bahwa Pasal 74 Undang-Undang No. 40 Tahun 2007 tidak mempunyai daya laku mengikat umum. Daya laku mengikat umum dalam hal ini sama dengan
desakan hukum positif. Berarti Pasal 74 dalam putusan tersebut tidak mempunyai desakan hukum positif.
Pasal 74 Undang-Undang No. 40 Tahun 2007 tidak mengatur soal sanksi tentang tidak dilaksanakannya CSRTJSL, ayat 3 justru merujuk pada sanksi hukum
dalam Undang-Undang Sektoral. CSRTJSL sebagai kewajiban hukum sudah tepat namun perlu peraturan pelaksanaannya. Pengaturan CSRTJSL dilakukan dengan
memperhatikan kepatutan dan kewajaran. Namun, standarisasi patut dan wajar tidak diatur. Konsep CSRTJSL tidak memberikan standar dan konsep yang jelas sehingga
ketidakjelasan ini menimbulkan ketidakadilan. Mahkamah Konstitusi RI menerima CSRTJSL sebagai kewajiban hukum karena untuk memaksa perusahaan agar
mempunyai kepedulian terhadap lingkungan dan masyarakat.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa : Pemerintah sebaiknya mengeluarkan ketentuan pelaksanaan CSRTJSL untuk meminimalisir keambiguan dan
ketidakjelasan ketentuan dimaksud dengan memperhatikan kepentingan Pemerintah, Pelaku Usaha, dan Masyarakat. Setelah itu, Pemerintah seharusnya membenahi iklim
investasi di Indonesia barulah menerapkan CSRTJSL sebagai kewajiban hukum. CSRTJSL dijadikan sebagai kewajiban hukum agar perusahaan peduli terhadap
lingkungan dan masyarakat sekitar. Kata Kunci
: - Tanggung Jawab Sosial Lingkungan Perusahaan;
- Putusan Mahkamah Konstitusi RI No. 53PUU-VI2008;
- Perseroan Terbatas.
Universitas Sumatera Utara
A B S T R A C T
Corporate Social Responsibility CSR contained in Article 74 Paragraph 1- 3 of Act No. 40 of 2007 regarding Limited Liability Company, serve as a legal
obligation. Liability law is the insistence of positife law to execute it. Business actors in certain business sectors objected because CSR is used as a legal obligation.
Business actors objected because there was a corporate responsibility towards the environment on Sectoral Act. Therefore, the proposed business and formal testing
material to the Constitutional Court.
Constitutional Court Decision No. 53PUU-VI2008 containing material and formal rejection of the test proposed by the Business. However, there is a dissenting
opinion the judge in ruling that Article 74 of Law No. 40 of 2007 does not have binding power of the general behavior. Binding behavior of a general power in this
case equal to the pressure of positive law. Meaning of Article 74 in such decisions do not have the pressure of positive law.
Article 74 of Law No. 40 of 2007 does not regulate the matter of sanctions on the implementation of CSR, Paragraph 3 it refers to the sanction of law in the Law
Sector. CSR as a legal obligation is appropriate but necessary implementing regulations. Setting CSR conducted with due regard to propriety and fairness.
However, standarization and reasonable should not be set. The concept of CSR not provide clear standards and concepts so that the vagueness of this injustice.
Constitutional Court receives CSR as a legal obligation due to force companies to have concern for the environment and society.
The results showed that : The Government should issue implementing provisions of CSR to minimize ambiguities and provisions referred in the interests of
Government, Business, and Society. After that, the Government should fix the investment climate in Indonesia before applying CSR as legal obligations. CSR serve
as a legal obligation for companies concerned about the environment and surrounding communities.
Key Words :
- Corporate Social Responsibility Environment;
- Decision of the Constitutional Court of Indonesian Republic
No. 53PUU-VI2008; -
Article 74 of Law No. 40 of 2007 regarding Limited Liability Company.
Universitas Sumatera Utara
BAB I PENDAHULUAN