Sanksi Analisis Yuridis Tanggung Jawab Sosial Dan Lingkungan Perusahaan (Corporate Social Responsibility – CSR) Berdasarkan Pasal 74 Undang-Undang No. 40 Tahun 2007 Tentang Perseroan Terbatas (Studi Terhadap Putusan MK RI NO. 53/PUU-VI/2008)

Jika diperhatikan hingga saat ini banyak perusahaan yang bergerak di bidang sumber daya alam yang telah menerapkan TJSLCSR sebagai bagian dari kegiatan bisnisnya. Penerapan TJSLCSR memang membutuhkan biaya, waktu, sistem, skill, dan tidak bebas resiko. Namun biaya dan resiko tersebut juga diimbangi dengan hikmah dan manfaat yang sepadan. TJSLCSR akan melindungi korporasi dari suprises yang tidak menyenangkan dan dapat menjadi wahana membangun saling kepercayaan antara masyarakat, perusahaan dan pemerintah. Maka dari itu, Pasal 74 ayat 2 Undang-Undang No. 40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas yang pada frase ”kepatutan dan kewajaran” adalah untuk menuju kepada fleksibilitas dari peraturan itu sendiri. Dengan kata lain, TJSLCSR dinilai oleh masyarakat sekitar tempat perusahaan beroperasi apakah patut dan wajar untuk melakukan suatu program pelaksanaan TJSLCSR.

5. Sanksi

Konsekuensi kewajiban melaksanakan TJSLCSR menimbulkan sanksi bagi pelanggarnya. Pengenaan sanksi bagi perusahaan yang tidak melaksanakan TJSLCSR tetap perlu memperhatikan kepada hukum positif yang sudah ada dan berkaitan dengan sumber daya alam seperti Undang-Undang No. 22 Tahun 2001 tentang Minyak dan Gas Bumi, Undang-Undang No. 7 Tahun 2004 tentang Sumber Daya Air, Undang-Undang No. 19 Tahun 2004 Jo. Undang-Undang No. 41 Tahun 1999 tentang Kehutanan maupun Undang-Undang No. 32 Tahun 2009 tentang Pengendalian dan Pengelolaan Lingkungan Hidup. Dalam artian bahwa pengaturan maupun sanksi yang akan diterapkan agar tidak menjadi overlapping dengan aturan-aturan yang sudah ada. Sanksi yang diterapkan Universitas Sumatera Utara secara umum berupa sanksi adminstratif, pidana maupun perdata. Meskipun demikian, TJSLCSR sebagai konsep kewajiban tidak dapat menetapkan eksekusi atau hukuman hingga diterbitkannya peraturan pelaksanaan yang dibuat oleh Pemerintah PP yang mengatur TJSLCSR lebih lanjut. 102 102 Yu Un Ompusunggu, “Mandatory Corporate Social and Environmental Responsibilities in the New Indonesia Limited Liability Law”, disampaikan pada 5th Asian Law Institute Conference, tanggal 22-23 Mei 2008 di Singapura, hal. 6. Lihat juga : Ibid., “Ini Dia Jeroannya : RPP CSR”, bahwa “Perusahaan yang mbalelo tak mau melaksanakan CSR, bakal dikenai sanksi. Namun RPP tidak merinci jenis dan besaran sanksinya. Tindakan itu terpulang pada sejumlah Undang-Undang, sesuai dengan jenisnya. Sederet Undang-Undang itu antara lain : Undang-Undang No. 11 Tahun 1967 tentang Ketentuan Pokok Pertambangan; Undang-Undang No. 32 Tahun 2009 tentang Pengendalian dan Pengelolaan Lingkungan Hidup; Undang-Undang No. 19 tahun 2004 tentang Kehutanan; Undang- Undang No. 7 Tahun 2004 tentang Sumber Daya Air; Undang-Undang No. 13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan; Undang-Undang No. 39 Tahun 1999 tentang Hak Azasi Manusia; Undang-Undang No. 5 Tahun 1999 tentang Larangan Praktek Monopoli dan Persaingan Usaha Tidak Sehat; dan Undang-Undang No. 19 Tahun 2003 tentang Badan Usaha Milik Negara”. Lihat juga : Ibid., “Klausul CSR Hanya Untuk Bidang Sumber Daya Alam : RUU Perseroan Terbatas”, bahwa : “Pengusaha tidak perlu risau soal sanksi. Sanksi sesuai peraturan perundang-undangan. Undang-Undang No. 25 Tahun 2007 tentang Penanaman Modal malah mengandung sanksi yang lebih berat. Coba lihat Pasal 15 dan 34, izin usaha investor bisa dicabut kalau tidak melakukan CSR. Jadi, Undang-Undang No. 40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas tidak perlu menimbulkan reaksi keras”. Universitas Sumatera Utara

BAB III CORPORATE SOCIAL RESPONSIBILITY CSR BERDASARKAN PASAL 74

UNDANG-UNDANG NO. 40 TAHUN 2007 TENTANG PERSEROAN TERBATAS DILIHAT DARI ASPEK PRINSIP EFISIEN DAN KEADILAN Dunia bisnis kerap menganggap bahwa satu-satunya tanggung jawab sosial adalah terhadap pemegang saham shareholders. Namun demikian, meningkatnya dampak negatif sepak terjang perusahaan lokal maupun global terhadap kehidupan sosial dan lingkungan menjadi pemicu terhadap munculnya tuntutan akan akuntabilitas dan transparansi kegiatan perusahaan. Penerapan CSRTJSL merupakan bagian dari etika bisnis yang dilakukan dengan tujuan saling memberi manfaat kepada pihak-pihak yang berkepentingan. CSRTJSL mencakup dua konsep utama, yaitu : transparansi dan akuntabilitas. Dalam transparansi, perusahaan dituntut untuk memaparkan dan mengkomunikasikan kebijakan dan praktik-praktik yang dijalankannya, terutama yang berdampak pada karyawan, masyarakat, dan lingkungan. Sedangkan akuntabilitas, stakeholder juga mengharapkan perusahaan memiliki kinerja yang baik dalam bidang non-finansial yang melibatkan hak azasi manusia, etika bisnis, kebijakan lingkungan, sumbangan perusahaan, pengembangan masyarakat, corporate governance, keragaman dan isu di tempat kerja. 103 Undang-Undang No. 40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas tidak menyebutkan secara rinci berapa besaran biaya yang harus dikeluarkan perusahaan untuk CSRTJSL serta sanksi bagi yang melanggar. Pada Pasal 74 ayat 2, 3, dan 4 hanya disebutkan bahwa CSRTJSL “dianggarkan dan diperhitungkan sebagai 103 Ahmad Ansori Mattjik, “Upaya Mewujudkan Tanggung Jawab Sosial”, Harian Radar Bogor, diterbitkan Senin, 19 Maret 2007. Universitas Sumatera Utara biaya perseroan yang pelaksanaannya dilakukan dengan memperhatikan kepatuhan dan kewajaran”. Perusahaan yang tidak melakukan CSRTJSL dikenakan sanksi sesuai dengan peraturan perundangan. Ketentuan lebih lanjut mengenai CSRTJSL ini baru akan diatur oleh Peraturan Pemerintah, yang hingga kini belum dikeluarkan. 104

A. Alasan Pelaku Usaha Mengajukan Pengujian Materil dan Formil

Tentang Pengaturan Corporate Social Responsibility CSR Ketidakpastian dalam pengaturan CSRTJSL dalam Pasal 74 Undang-Undang No. 40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas, antara lain : belum ada peraturan pelaksanaan mengenai sanksi yang tegas; dan TJSLCSR dilakukan sesuai dengan kepatutan dan kewajaran. Salah satu bukti konkrit ketidakpastian itu, pada kenyataannya ketentuan Pasal 74 telah disalahtafsirkan yaitu 105 1. ”Dengan mendasarkan pada CSR, Pasal 74 Undang-Undang No. 40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas, para pelaku usaha dapat dibebani untuk membiayai kegiatan-kegiatan yang tidak terkait sama sekali dengan kebutuhan wilayahdaerah dimana kegiatan usahanya berada; : 2. Penerapan Pasal 74 dalam konteks Otonomi Daerah, dapat melahirkan peraturan-peraturan daerah atau peraturan-peraturan kepala daerah yang substansi isinya pembebanan biaya pada pelaku usaha, yang penggunaannya belum tentu sesuai dengan tujuan TJSL”. Dalam Putusan Mahkamah Konstitusi RI No. 53PUU-VI2008 mengemukakan mengenai diskriminasi dalam pengaturan CSRTJSL, yaitu : “Diskriminasi dalam pengaturan CSRTJSL dalam Pasal 74 Undang-Undang No. 40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas adalah mengkhususkan pembebanan kewajiban hanya pada pelaku usaha yang tunduk pada Undang- Undang No. 40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas serta kegiatannya di 104 Edi Suharto, Op.cit., hal. 8. 105 Mahkamah Konstitusi Republik Indonesia, “Putusan Nomor 53PUU-VI2008”, hal. 33. Universitas Sumatera Utara bidangberkaitan dengan sumber daya alam saja, telah cukup menggambarkan bahwa ketentuan ini sangat diskriminatif dan bertentangan dengan Pasal 28I ayat 2 UUD 1945. Demikian halnya dengan pemberian nama dan prinsip CSRTJSL. Dengan sifat wajib di dalam Pasal 74 ayat 1 dan Penjelasannya juga telah menimbulkan perlakuan yang tidak sama di mata hukum dan juga mempunyai tendensi sebagai tindakan yang dapat dikualifikasi bersifat diskriminatif, karena perusahaan yang berbadan hukum yang tunduk pada Undang-Undang No. 40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas saja yang diwajibkan, sedangkan perusahaan-perusahaan lain yang tidak tunduk pada Undang-Undang tersebut seperti Koperasi, CV, Firma, Usaha Dagang, dan sebagainya tidak diwajibkan. Demikian juga perusahaan-perusahaan yang tidak ada berkaitan dengan sumber daya alam”. 106 Meskipun CSR telah diatur oleh Undang-Undang, debat mengenai ”kewajiban” CSR masih bergaung. Bagi kelompok yang tidak setuju, ketentuan CSR dipandang dapat mengganggu iklim investasi. Program CSR adalah biaya perusahaan. Di tengah situasi negara yang masih diselimuti budaya KKN, CSR akan menjadi beban perusahaan tambahan disamping transaction cost yang selama ini sudah memberatkan operasi bisnis. Adapula yang menyoalkan definisi dan singkatan CSR, terutama terkait huruf “R” responsibility. Dalam bahasa Inggris, “responsibility” berasal dari kata “response” tindakan untuk merespon suatu masalah atau isu dan “ability” kemampuan. Maknanya, responsibility merupakan tindakan yang bersifat sukarela, karena respon yang dilakukan sesuai dengan ability yang bersangkutan. Menurut pandangan ini, kalau CSR bersifat wajib, maka singkatannya harus diubah menjadi CSO Corporate Social Obligation. 107 Selain itu, kalangan yang kontra CSR berpendapat bahwa core business perusahaan adalah mencari keuntungan. Oleh karena itu, ketika perusahaan 106 Mahkamah Konstitusi Republik Indonesia, “Putusan Nomor 53PUU-VI2008”, hal. 33- 34. 107 Edi Suharto, Op.cit., hal. 9. Universitas Sumatera Utara diwajibkan memperhatikan urusan lingkungan dan sosial, ini sama artinya dengan mendesak Greenpeace dan Save The Children untuk berubah menjadi korporasi yang mencari keuntungan ekonomi. Kelompok yang setuju dengan ketentuan CSRTJSL umumnya berargumen bahwa CSRTJSL memberi manfaat positif terhadap perusahaan, terutama dalam jangka panjang. Selain menegaskan brand differentiation perusahaan, CSRTJSL juga berfungsi sebagai sarana untuk memperoleh license to operate , baik dari pemerintah maupun masyarakat. CSRTJSL juga bisa berfungsi sebagai strategi risk management perusahaan. 108 Meskipun telah membayar pajak kepada pemerintah, perusahaan tidak boleh lepas tangan terhadap permasalahan lingkungan dan sosial di sekitar perusahaan. Di Indonesia yang masih menerapkan residual welfare state, manfaat pajak seringkali tidak dirasakan secara langsung oleh masyarakat kelas bawah, orang miskin dan komunitas adat terpencil. Oleh karena itu, bagi kalangan yang setuju konsep CSRTJSL, CSRTJSL merupakan instrumen cash transfer dan sumplemen sistem “negara kesejahteraan residual” yang cenderung gagal mensejahterakan masyarakat karena kebijakan dan program sosial negara bersifat fragmented dan tidak melembaga. 109

B. Tanggung Jawab Sosial dan Lingkungan

Corporate Social Responsibility – CSR Telah Diatur dalam Berbagai Perundang-Undangan CSRTJSL terdapat dalam berbagai peraturan perundangan, antara lain : Undang-Undang No. 25 Tahun 2007 tentang Penanaman Modal dan Undang-Undang 108 Ibid. 109 Ibid. Universitas Sumatera Utara No. 32 Tahun 2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup. Secara eksplisit CSRTJSL perusahaan memang diatur dalam Pasal 74 Undang-Undang No. 40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas dan juga disebut secara tegas dalam Pasal 15 Undang-Undang No. 25 Tahun 2007 tentang Penanaman Modal. Namun, apabila

Dokumen yang terkait

Implementasi Corporate Social Responsibility (CSR) Dalam Kegiatan Usaha Pertambangan Berdasarkan Undang-Undang Nomor 4 Tahun 2009 Tentang Pertambangan Mineral Dan Batu Bara

0 40 103

Penerapan Corporate Social Responsibility Terhadap Pemberdayaan Masyarakat (Studi Pada PT Tirta Investama)

4 73 131

Corporate Social Responsibility Menurut Undang-undang Nomor 40 Tahun 2007 Tentang Perseroan Terbatas

0 48 152

Analisis Hukum Terhadap Pengaturan Corporate Social Responsibility (CSR) Pada Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2007 Tentang Perseroan Terbatas

1 42 169

TINJAUAN YURIDIS CORPORATE SOCIAL RESPONSIBILITY (CSR) MENURUT UNDANG-UNDANG NOMOR 40 TAHUN 2007 TENTANG Tinjauan Yuridis Corporate Social Responsibility (CSR) Menurut Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2007 Tentang Perseroan Terbatas (Studi Di PT Coca-Cola A

0 4 18

PELAKSANAAN CSR (Corporate Social Responsibility) SEBAGAI TANGGUNG JAWAB PERUSAHAAN BERDASARKAN UNDANG-UNDANG NOMOR 40 TAHUN 2007 TENTANG PERSEROAN TERBATAS (Studi Di PT. Air Mancur).

0 0 13

IMPLEMENTASI CSR (Corporate Social Responsibility) BERDASARKAN UNDANG-UNDANG NOMOR 40 TAHUN 2007 TENTANG PERSEROAN Implementasi CSR (Corporate Social Responsibility) Berdasarkan Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2007 Tentang Perseroan Terbatas Oleh PT. Telko

0 1 14

PENDAHULUAN Tinjauan Yuridis Penerapan Azas CSR ( Corporate Social Responsibility) Pada PT. Amalia Surya Cemerlang Klaten Sebagai Tanggung Jawab Perusahaan Berdasarkan Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2007 Tentang Perseroan Terbatas.

0 0 16

UU No. 40 Tahun 2007 Tentang Perseroan Terbatas

0 0 140

IMPLEMENTASI PASAL 74 UNDANG – UNDANG PERSEROAN TERBATAS (PT) NOMOR 40 TAHUN 2007 TENTANG CORPORATE SOCIAL RESPONSIBILITY (CSR) SEBAGAI MODAL SOSIAL Hasan Asy’ari

0 0 11