3. Teknik Pengumpulan Data
Seluruh bahan hukum dikumpulkan dengan menggunakan teknik studi kepustakaan library research dengan alat pengumpulan data berupa studi dokumen
dari berbagai sumber yang dipandang relevan.
70
Putusan Mahkamah Konstitusi RI No. 58PUU-VI2008 didapat dari website resmi Mahkamah Konstitusi Republik
Indonesia. Selanjutnya bahan hukum yang ada di kolaborasi dengan buku-buku yang di dapat dari Perpustakaan. Dipilah mana yang hukum dan mana yang bukan hukum.
Setelah didapat pengelompokan sumber bahan hukum barulah selanjutnya dianalisis. Perpustakaan yang digunakan adalah Perpustakaan Universitas Sumatera Utara dan
Perpustakaan Universitas Sumatera Utara Cabang Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara.
4. Analisis Data
Analisis data merupakan proses pengorganisasian dan mengurutkan data ke dalam kategori-kategori dan satuan uraian dasar, sehingga ditemukan tema dan dapat
dirumuskan hipotesis kerja.
71
70
Studi kepustakaan adalah segala usaha yang dilakukan oleh peneliti untuk menghimpun informasi yang relevan dengan topik atau masalah yang akan atau sedang diteliti. Informasi itu dapat
diperoleh dari buku-buku ilmiah, laporan penelitian, karangan-karangan ilmiah, tesis dan disertasi, peraturan-peraturan, ketetapan-ketetapan, buku tahunan, ensiklopedia, dan sumber-sumber bahan
hukum lainnya. Dalam : Mestika Zed, Metode Penelitian Kepustakaan, Edisi Kedua, Jakarta : Yayasan Obor Indonesia, Januari 2008, hal. 1.
Analisa data yang akan dilakukan secara kualitatif. Kegiatan ini diharapkan akan dapat memudahkan dalam menganalisa permasalahan
71
Analisa data menurut Patton adalah proses mengatur urutan data, mengorganisaikan ke dalam suatu pola, kategori dan satuan uraian dasar. Analisa berbeda dengan penafsiran yang
memberikan arti yangsignifikan terhadap hasil analisis, menjelaskan pola uraian dan mencari hubungan diantara dimensi dimensi uraian. Dalam : Lexy J. Moleong, Metodelogi Penelitian
Kualitatif , Bandung : Remaja Rosdakarya, 2004, hal. 280.
Universitas Sumatera Utara
yang diajukan, menafsirkan dan kemudian menarik kesimpulan. Analisa kualitatif dilakukan terhadap paradigma hubungan dinamis antara teori, konsep-konsep dan
data yang merupakan umpan balik atau modifikasi yang tetap dari teori dan konsep yang didasarkan pada data yang dikumpulkan. Hal ini dilakukan sehubungan data
yang dianalisis beraneka ragam, memiliki sifat dasar yang berbeda satu dengan yang lainnya.
Metode analisis data digunakan untuk menarik kesimpulan dari hasil penelitian yang sudah terkumpul dimana pada penelitian ini digunakan metode
normatif kualitatif. Normatif, karena penelitian ini bertitik tolak dari peraturan- peraturan yang ada sebagai normatif hukum positif sedangkan kualitatif,
dimaksudkan analisis data yang bertolak pada usaha penemuan asas-asas dan informasi-informasi dalam penerapan CSRTJSL perusahaan di Indonesia. Penarikan
kesimpulan dilakukan dengan menggunakan logika deduktif sehingga diharapkan dapat menjawab permasalahan yang dirumuskan.
72
Logika deduktif maksudnya disini adalah menjelaskan CSRTJSL dari segi manfaat dan tujuan yang hendak dicapai.
72
Deduktif artinya adalah menggunakan teori sebagai alat, ukuran, dan bahkan sebagai instrumen untuk membangun hipotesis, sehingga secara tidak langsung akan menggunakan teori
sebagai “pisau analisis” dalam melihat CSRTJSL perusahaan di Indonesia. Dalam : Burhan Bungin, Penelitian Kualitatif : Komunikasi, Ekonomi, Kebijakan Publik, dan Ilmu Sosial Lainnya
, Jakarta : Kencana, 2009, hal. 26.
Universitas Sumatera Utara
BAB II TANGGUNG JAWAB SOSIAL DAN LINGKUNGAN
CORPORATE SOCIAL RESPONSIBILITY – CSR DALAM UNDANG-UNDANG NO. 40 TAHUN 2007
TENTANG PERSEROAN TERBATAS DI INDONESIA
Sebelum menjawab permasalahan pada bab sebelumnya mengenai Pasal 74 Undang-Undang No. 40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas dalam menetapkan
CSRTJSL sebagai kewajiban hukum bagi perusahaan maka ada baiknya jika dilihat latar belakang dari pembentukan CSR itu sendiri. Pada bab ini akan dibahas
mengenai perkembangan CSR, keberadaan CSR di dalam peraturan perundangan di Indonesia, CSR sebagai kewajiban hukum, kategori perusahaan wajib melakukan
CSR, CSR sebagai beban biaya perseroan dan fleksibilitas pelaksanaan CSR. Pasal 1 angka 3 Undang-Undang No. 40 Tahun 2007 tentang Perseroan
Terbatas tampaknya menggunakan istilah Tanggung Jawab Sosial dan Lingkungan TJSL sebagai terjemahan dari istilah Corporate Social Responsibility CSR untuk
konteks perusahaan dalam masyarakat Indonesia, dan mengartikannya sebagai “Komitmen perseroan untuk berperan serta dalam pembangunan ekonomi
berkelanjutan guna meningkatkan kualitas kehidupan dan lingkungan yang bermanfaat, baik bagi perseroan sendiri, komunitas setempat, maupun masyarakat
pada umumnya”. Pada tingkat paling dasar namun sekaligus sangat luas, CSRTJSL dapat dipahami sebagai sebuah relasi atau interkoneksi antara perusahaan dengan
para pemangku kepentingan perusahaan tersebut, termasuk misalnya dengan pelanggan, pemasok, kreditur, karyawan, hingga masyarakat khususnya mereka yang
berdomisili di wilayah perusahaan tersebut menjalankan aktivitas operasionalnya.
Universitas Sumatera Utara
Perusahaan bertanggung jawab untuk menjamin bahwa kegiatan operasionalnya mampu menghasilkan barang danatau jasa secara ekonomis, efisien, dan bermutu
untuk kepuasan pelanggan disamping untuk memperoleh keuntungan. Perusahaan juga berkewajiban untuk mematuhi hukum dan seluruh peraturan perundang-
undangan nasional dan daerah yang berlaku di dalam wilayah negara seperti misalnya mematuhi aturan hukum ketenagakerjaan, persaingan usaha yang sehat, perlindungan
terhadap konsumen, perpajakan, pelaporan aktivitas perusahaan, dan seterusnya termasuk juga untuk mematuhi hak-hak asasi manusia dan asas pengelolaan
lingkungan hidup yang baik dan berkelanjutan.
73
A. Perkembangan Pemikiran Tentang
Corporate Social Responsibility CSR
CSR merupakan konsep yang terus berkembang. CSR belum memiliki sebuah definisi standard maupun seperangkat kriteria spesifik yang diakui secara penuh oleh
pihak-pihak yang terlibat di dalamnya. Secara konseptual, CSR juga bersinggungan dan bahkan sering dipertukarkan dengan frasa lain, seperti corporate responsibility,
corporate sustainability , corporate accountability, corporate citizenship, dan
corporate stewardship. CSR diterapkan kepada perusahaan-perusahaan yang
beroperasi dalam konteks ekonomi global, nasional maupun lokal. Komitmen dan aktivitas CSR pada intinya merujuk pada aspek-aspek perilaku perusahaan firm’s
73
AF. Elly Erawaty, “Persoalan Hukum Seputar Tanggung Jawab Sosial Perseroan Dalam Perundang-Undangan Ekonomi Indonesia”, Jakarta : Kementerian Hukum HAM RI, Direktorat
Jenderal Peraturan Perundangan-Undangan, Media Publikasi Peraturan Perundang-Undangan dan Informasi Hukum, 28 Oktober 2010, hal. 1.
Universitas Sumatera Utara
behaviour , termasuk kebijakan dan program perusahaan yang menyangkut dua
elemen kunci
74
1. “Good Corporate Governance : etika bisnis, manajemen sumber daya
manusia, jaminan sosial bagi pegawai, serta kesehatan dan keselamatan kerja;
:
2. Good Corporate Responsibility : pelestarian lingkungan, pengembangan
masyarakat community development, perlindungan hak azasi manusia, perlindungan konsumen, relasi dengan pemasok, dan penghormatan
terhadap hak-hak pemangku kepentingan lainnya”.
Dengan begitu, perilaku atau cara perusahaan memperhatikan dan melibatkan shareholder
, pekerja, pelanggan, pemasok, pemerintah, LSM, lembaga internasional dan stakeholder lainnya merupakan konsep utama CSR. Kepatuhan perusahaan
terhadap hukum dan peraturan-peraturan yang menyangkut formal dalam mengukur kinerja CSR suatu perusahaan. Namun, CSR seringkali dimaknai sebagai komitmen
dan kegiatan-kegiatan sektor swasta yang lebih dari sekedar kepatuhan terhadap hukum. CSR adalah operasi bisnis yang berkomitmen tidak hanya untuk
meningkatkan keuntungan perusahaan secara finansial, melainkan pula untuk pembangunan sosial ekonomi kawasan secara holistik, melembaga dan berkelanjutan.
Pengertian CSR yang relatif lebih mudah dipahami dan dioperasionalkan adalah dengan mengembangkan konsep Tripple Bottom Lines profit, planet dan people
yang digagas Elkington pada tahun 1998.
75
74
Edi Suharto, “Corporate Social Responsibility : Konsep dan Perkembangan Pemikiran”, makalah pembicara disampaikan pada Workshop Tanggung Jawab Sosial Perusahaan di Yogyakarta,
Kerjasama Pusat Studi Hak Asasi Manusia Universitas Islam Indonesia Norwegian Centre for Human Rights, diselenggarakan pada 06-08 Mei 2008, hal. 1.
75
Edi Suharto menambahan satu line sebagai tambahan, yaitu procedure. Dengan demikian, CSR adalah “Kepedulian perusahaan yang menyisihkan sebagian keuntungannya profit bagi
kepentingan pembangunan manusia people dan lingkungan planet secara berkelanjutan berdasarkan
Universitas Sumatera Utara
Diskusi yang pertama tentang apakah perusahaan mempunyai tanggung jawab sosial terjadi pada tahun 1930-an di Amerika Serikat. Saat itulah istilah tanggung
jawab perusahaan atau CSR lahir. Merrick Dodd menyatakan bahwa : “Perusahaan- perusahaan besar mempunyai tanggung jawab kepada masyarakat karena perusahaan-
perusahaan tersebut mempunyai kekuatan atau kekuasaan yang besar”. Sebaliknya Adolf Berle menyatakan bahwa : “Perusahaan itu adalah milik para pemegang
sahamnya dan oleh karena itu harus mengikuti kebutuhan-kebutuhan mereka saja”. Posisi yang dominan pada waktu itu menolak CSR tercermin dalam undang-undang
perusahaan di Amerika Serikat : kepentingan utama para pemegang saham. Setiap keputusan perusahaan ada di tangan para pemegang saham.
76
Para akademisi Amerika pada waktu itu percaya bahwa kepentingan- kepentingan lain tidak menjadi perhitungan. Keutamaan shareholder ditentang oleh
pandangan yang menganut stakeholder theory. Teori pemangku kepentingan tersebut mendorong ide bahwa perusahaan juga harus memperhitungkan kepentingan-
kepentingan dari stakeholder lainnya disamping pemegang saham. Konsep ini berkembang di Jepang sebagaimana juga disebagian besar negara-negara Eropa.
Bertahun-tahun kemudian terjadi berbagai gelombang diskusi mengenai tanggung jawab perusahaan, namun konsep tersebut masih menunggu terobosan terakhir. Dapat
dikatakan pandangan yang lebih terbuka terhadap tanggung jawab sosial lebih besar
prosedur procedure yang tepat dan profesional”. Sumber : Edi Suharto, “Audit CSR”, Majalah Bisnis dan CSR, Vol. 1, No. 5, hal. 188-215.
76
Erman Rajagukguk, “Konsep dan Perkembangan Pemikiran Tentang Tanggung Jawab Sosial Perusahaan”, http:ermanhukum.com., diakses pada 29 September 2011, hal.1.
Universitas Sumatera Utara
di Eropa dari pada di Amerika Serikat, tetapi ada kesadaran yang terus berkembang tentang perlunya tanggung jawab sosial perusahaan tersebut di Amerika Serikat.
77
Perdebatan sekarang ini dimulai dengan terbukanya skandal bangkrutnya Enron dan perusahaan-perusahaan lainnya di Amerika. Dalam konteks tingkah laku
yang menyimpang dari perusahaan dan berakhir dengan jatuhnya perusahaan- perusahaan tersebut, seluruh sistem dari pengelolaan perusahaan, dari kerangka
pengaturan sampai dengan dasar-dasar moral, menjadi suatu pertanyaan besar dalam proses tersebut. Adanya tanggung jawab sosial perusahaan mendapat dukungan.
Amerika Serikat mulai menyadari bahwa sistem yang sekarang ini tidak sempurna. Peraturan-peraturan baru dikeluarkan yang intinya pengaturan yang ketat untuk
mencegah skandal yang sama terulang lagi di masa yang akan datang. Namun demikian Amerika Serikat tetap pada prinsipnya dan tidak melaksanakan peraturan-
peraturan apapun juga yang berkenaan dengan masalah-masalah sosial.
78
Konsensus hukum yang predominan mengenai tanggung jawab sosial perusahaan di Amerika sekarang ini tidak berubah dari pandangan Adolf Berle
beberapa tahun yang lalu. Perusahaan tidak mempunyai tanggung jawab sosial yang spesifik melebihi maksimalisasi keuntungan. Sebaliknya negara yang harus
mempunyai perhatian mengenai kesejahteraan sosial dari rakyatnya. Namun, bagaimanapun juga seseorang berpihak kepada pendekatan masa lalu atau tidak,
77
Ibid., hal. 1-2.
78
Ibid., hal. 2.
Universitas Sumatera Utara
dapat dikatakan dengan pasti : solusi ini tidak lagi berlaku dalam konteks ekonomi pada abad 21 ini, dimana globalisasi telah merubah fokus.
79
Berdasarkan premisis, negara dapat membiayai proyek-proyek kemasyarakatan dengan menggunakan sumber-sumber keuangan yang dibayar oleh
perusahaan-perusahaan melalui pajak. Pendekatan ini dapat digunakan sepanjang perusahaan tersebut hanya berhubungan dengan negara-negara yang sama dimana
mereka membayar pajak. Hal itu mensyaratkan bahwa negara yang sama mengatasi kelemahan sosial dan mendapatkan pemasukan dari pajak. Namun, dalam gambaran
ekonomi abad 21 ini, batas-batas nasional suatu negara hilang pentingnya. Perusahaan-perusahaan multinasional bergerak didalam pasar-pasar yang berbeda,
sebagian besar mempunyai anak-anak perusahaan diberbagai negara yang berbeda. Akibatnya, uang yang diperoleh perusahaan tersebut dibeberapa negara tertentu tidak
selalu tinggal di negara tersebut dan dengan demikian tidak ada penerimaan pajak oleh negara yang dapat dipergunakan untuk menolong kelemahan sosial. Lagi pula,
peraturan pajak yang modern dan teknik akuntansi yang “progessif” memungkinkan perusahaan-perusahaan mengurangi hutang pajak mereka dengan akuntansi silang
antara negara-negara dan anak-anak perusahaan. Sebagai akibatnya banyak perusahaan-perusahaan yang mempunyai pendapatan kotor triliunan dollar dalam
kenyataannya dalam membayar pajak sangat kecil. Oleh karenanya pendapat yang mengatakan bahwa bekerja dengan baik yaitu artinya, semata-mata memaksimalkan
kesejahteraan pemegang saham harus dirubah dalam era globalisasi ini.
80
79
Ibid.
80
Ibid.
Universitas Sumatera Utara
Bumi tempat kehidupan manusia dan mahluk hidup lainnya, kini sedang dihadapkan pada semakin menurunnya kualitas lingkungan hidup. Hal ini berarti
menyebabkan semakin menurunnya fungsi dan tatanan lingkungan hidup, sehingga kondisinya harus dipulihkan kembali. Kerusakan yang begitu besar terjadi di muka
bumi ini dengan berbagai persoalan sosial yang menyertainya, memerlukan perhatian yang lebih serius. Bumi, manusia dan pembangunan, sama-sama harus diberi
kesempatan yang seimbang bahkan pembangunan lingkungan hidup, bumi harus mendapat prioritas utama mengingat kondisinya sudah begitu memprihatinkan.
Perlunya perpaduan antara pembangunan, lingkungan hidup dan kependudukan, disadari sejak diselenggarakannya Konferensi untuk Pembangunan dan Lingkungan
di Rio de Janeiro-Brazil tahun 1992 yang dikenal dengan KTT Bumi. Program global yang dihasilkan KTT Bumi tertuang dalam Agenda 21 yang merupakan komitmen
masyarakat dunia, Deklarasi Rio, Prinsip-prinsip Kehutanan, Konvensi tentang Perubahan Iklim, dan Konvensi tentang Keanekaragaman Hayati.
81
Bangsa Indonesia telah menyetujui dan menindaklanjuti kelima dokumen KTT Bumi. Agenda 21 Global yang oleh banyak pihak dinilai sebagai dokumen yang
penting dari Konferensi Rio oleh Pemerintah Indonesia dijabarkan ke dalam Agenda 21 Nasional. Bahkan berkembang pula dokumen Agenda 21 Sektoral, Agenda 21
Daerah dan Agenda 21 Lokal.
82
81
Website Kementerian Lingkungan Hidup, “Berikan Kesempatan pada Bumi”, Op.cit., hal. 1.
Salah satu prinsip Agenda 21 yang dianut di dalam Undang-Undang No. 40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas adalah prinsip
82
Ibid., hal. 1.
Universitas Sumatera Utara
Corporate Social Responsibility CSR yang dilaksanakan berdasarkan tiga azas
John Elkington, yaitu : People, Profit, dan Planet. Pelaksanaan Agenda 21 sedang dikaji ulang yaitu melalui Pertemuan Tingkat
Menteri Komisi Persiapan Konferensi Tingkat Tinggi Dunia untuk Pembangunan Berkelanjutan Preparatory Committee for World Summit on Sustainable
Development – PrepCom yang berlangsung di Denpasar, tanggal 27 Mei sd 7 Juni
2002. Pertemuan ini merupakan pertemuan keempat sekaligus terakhir sebelum diselenggarakannya Konferensi Tingkat Tinggi KTT Dunia untuk Pembangunan
Berkelanjutan pada bulan September 2002 di Johannesburg, Afrika Selatan, yang akan dihadiri oleh para Kepala NegaraKepala Pemerintahan. KTT Dunia ini
bertujuan untuk mengkaji ulang dan memperkuat komitmen masyarakat internasional atas pelaksanaan Agenda 21, yang disepakati pada KTT Bumi Earth Summit di Rio
de Janeiro, Brazil pada tahun 1992. Pada intinya, Agenda 21 berisi prinsip-prinsip pelaksanaan pembangunan ekonomi, sosial dan perlindungan lingkungan hidup
secara berkelanjutan, yaitu tidak hanya mampu memenuhi aspirasi dan kebutuhan generasi sekarang, tetapi juga tanpa mengurangi potensi pemenuhan aspirasi dan
kebutuhan generasi-generasi mendatang. Pemberian kesempatan pada bumi adalah sejalan dengan penerapan prinsip pembangunan berkelanjutan, yang mana
pembangunan ekonomi tidak mengorbankan pembangunan sosial dan lingkungan hidup.
83
Pelaksanaan kedua kegiatan yang mendunia ini, baik Hari lingkungan hidup Sedunia yang dianjurkan dengan KTT Dunia untuk Pembangunan Berkelanjutan pada
83
Ibid., hal. 1.
Universitas Sumatera Utara
September 2002 di Johannesburg, merupakan kesempatan maupun wahana untuk menggugah kesadaran masyarakat dunia mengenai pentingnya penanganan masalah
lingkungan hidup secara bersama. Peran semua pihak masyarakat, dunia usaha dan pemerintah dalam pengelolaan lingkungan hidup sangat penting dalam mewujudkan
pembangunan berkelanjutan. Sejalan dengan paradigma pembangunan berkelanjutan, efektivitas pelaksanaan peran masyarakat dalam pengelolaan lingkungan hidup, harus
didukung oleh pengembangan kapasitas kelembagaan dan kualitas sumber daya manusia. Dengan demikian, hal itu pada gilirannya mampu mendorong terciptanya
warga madani yang memiliki kemampuan dan kapasitas diri untuk berperan dalam pengelolaan lingkungan hidup. Hal itu tentu tidak mudah diwujudkan karena
menuntut berbagai persyaratan, antara lain kondisi yang menjamin adanya keterbukaan, kesetaraan, partisipasi masyarakat, pemberdayaan masyarakat, dan
akuntabilitas yang diimbangi dengan peningkatan kapasitas kelembagaan dan kualitas sumber daya manusia seluruh stakeholders dalam pengelolaan lingkungan hidup.
84
Pemberian penghargaan lingkungan hidup berupa penghargaan Kalpataru, hanyalah salah satu upaya pemberdayaan masyarakat dalam peningkatan peran
pengelolaan lingkungan hidup. Pemberian penghargaan Kalpataru atau insentif lainnya, diharapkan dapat mendorong peran masyarakat, dunia usaha dan pemerintah
dalam pengelolaan lingkungan hidup. Melalui peran semua pihak dalam pelestarian fungsi lingkungan, kita telah memberi kesempatan kepada bumi, yaitu kesempatan
untuk menata dan memulihkan fungsi lingkungan hidup.
85
84
Ibid., hal. 1-2.
85
Ibid., hal. 2.
Universitas Sumatera Utara
Maka dari itu, perkembangan pemikiran tentang CSR ini bermula dari rusaknya lingkungan hidup dan keengganan perusahaan-perusahaan besar untuk
membayar pajak penggelapan pajak. Bermunculanlah anggapan-anggapan untuk melestarikan lingkungan, didukung lagi dengan pemanasan global global warming.
CSR merupakan bentuk sikap atau komitmen perusahaan kepada stakeholder untuk peduli terhadap masyarakat, bumi, dan prinsip-prinsip pengelolaan keuangan. CSR
yang dituangkan di dalam Pasal 74 Undang-Undang No. 40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas menjadi TJSL adalah salah satu tindakan pemerintah sebagai
pembuktian implementasi Agenda 21. TJSL dalam mengaplikasikan semangat Agenda 21 salah satunya dengan cara memperhatikan isu lingkungan yang pernah
terjadi terhadap perusahaan-perusahaan pertambangan Indonesia mulai tahun 1997 sampai saat ini, antara lain : PT. Freeport Indonesia di Tembagapura sampai Timika,
PT. Citra Palu Mineral di Poboya, PT. Kelian Equatorial Mining di Kelian, PT. Adaro Indonesia di Warukin, PT. Newmont Minahasa Raya di Minahasa, PT. Karimun
Granite di Pulau Karimun, PT. Koba Tin di Pulau Bangka, PT. Dairy Mining, PT. Rio Tinto di Sulawesi, Perusahaan-perusahaan tambang batubara di Kalimantan Selatan
dan Kalimantan Timur, Pertambangan Tanpa Izin PETI di Pulau Bangka dan Ombilin, Sumatera Barat serta di pulau-pulau lainnya.
86
86
Irwandy Arif, “Perencanaan Tambang Total Sebagai Upaya Penyelesaian Persoalan Lingkungan Dunia Pertambangan Indonesia”, disampaikan pada Seminar : Pertambangan, Lingkungan
dan Kesehatan Masyarakat, di Universitas Samratulangi – Manado, pada 06 Agustus 2007, hal. 5-6.
Kesemua perusahaan tersebut tidak menerapkan TJSL dengan baik sesuai dengan Pasal 74 Undang-Undang
No. 40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas.
Universitas Sumatera Utara
Pada tahun 2006 – 2007 telah terjadi penangkapan tujuh pimpinan perusahaan pertambangan dan beberapa pimpinan perusahaan menjadi tersangka karena diduga
perusahaannya merusak lingkungan. Sampai saat ini sudah dua pimpinan perusahaan yang bebas dari tuduhan tersebut, yaitu : PT. Newmont Minahasa Raya dan PT. Koba
Tin. Sedangkan lainnya masih dalam proses pengadilan.
87
B. Corporate Social Responsibility CSR dalam Undang-Undang No. 40
Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas di Indonesia
Peraturan Pemerintah diperlukan untuk menjabarkan secara mendalam pada Pasal 74 Undang-Undang No. 40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas yang
mengatur CSRTJSL. Sebab, ketiadaan Peraturan Pemerintah bisa menimbulkan penafsiran yang berbeda-beda pada implementasinya. Selain itu, Peraturan
Pemerintah berfungsi untuk menjelaskan beberapa definisi penting yang tidak tercantum pada perundangan di atasnya. Seperti definisi komitmen yang perlu
penjelasan lebih lanjut. Komitmen berarti secara sukarela bukan kewajiban.
88
1. Corporate Social Responsibility CSR sebagai Kewajiban Hukum