83
Surat Keterangan Ahli Waris.” Dengan demikian, maka PP No. 24 tahun 1997 dapat dianggap sebagai Peraturan Perundang-undangan yang lebih tinggi dari ketentuan
Pasal 111 ayat 1 huruf c Peraturan Menteri Negara AgrariaKepala Badan Pertanahan Nasional No. 3 tahun 1997 yang dimaksud dalam Pasal 7 ayat 4 UU No. 10 Tahun
2004.
B. Surat Keterangan Waris Sebelum dan Sesudah UUJN 1. Surat keterangan waris sebelum UUJN
Mengenai siapa ahli-waris dari pewaris tertentu, ditetapkan oleh hukum yang berlaku bagi pewaris. Dalam praktek, untuk membuktikan kedudukan seseorang
sebagai ahli waris, diperlukan suatu dokumen yang menjabarkan ketentuan hukum waris tentang hal itu, yang dapat dipakai sebagai pegangan oleh para ahli waris
maupun pejabat-pejabat, yang berkaitan dengan pelaksanaan hukum waris. Surat seperti itu disebut surat keterangan waris. Dengan demikian bahwa surat keterangan
waris merupakan dokumen yang sangat penting dan dibutuhkan oleh para ahli waris pada umumnya.
Surat keterangan waris merupakan akta yang menetapkan siapa ahli waris pada saat pewaris meninggal dunia dan berapa hak bagiannya atas warisan. Surat
keterangan waris pada umumnya dibuat atas permintaan satu atau beberapa diantara para ahli-waris.
Sekalipun surat keterangan waris mendapat pengakuan dalam undang-undang maupun yurisprudensi, namun ternyata tidak
ada suatu ketentuan umum yang mengatur bentuk dan isi surat keterangan waris Surat keterangan waris yang dibuat oleh notaris di Indonesia, dibuat dengan
mengikuti jejak para notaris seniornya, yang pada gilirannya mengikuti jejak dari para Notaris di Negeri Belanda.
106
106
Satrio, “Surat Keterangan
Waris dan Beberapa Permasalahannya”,
http:mkn- unsri.blogspot.com201003surat-keterangan-waris-dan-beberapa.html,
dipublikasikan tanggal
14 September 2004, dikutip tanggal 8 Oktober 2011
Universitas Sumatera Utara
84
Pemberian nama surat keterangan hak waris merupakan terjemahan harfiah dari verklaring van erfrecht. Apabila hendah diterbitkan dalam bentuk akte
tersendiri yang berdiri sendiri, lazimnya dibuat dan diterbitkan dalam bentuk akta di bawah tangan, maka penerbitan surat keterangan hak waris verklaring
van erfracht ini disesuaikan dengan kewenangan pejabat yang berwenang membuatnya dan kewenangan pejabat yang menerbitkannya disesuaikan pula
menurut penggolongan hukum dan penggolongan penduduk yang berlaku bagi WNI yang bersangkutan. Alasan diterbitkan secara di bawah tangan karena
surat itu merupakan keterangan yang dibuat oleh Notaris berdasarkan data berupa surat maupun keterangan yang diperolehnya tanpa perlu dihadiri oleh
komparan tertentu yang akan terlihat pada bagian komparisi bila dibuat dalam bentuk minuta; lagi pula bila dibuat dalam bentuk minuta dengan kehadiran
penghadap maka meskipun judul aktanya memakai nama “surat keterangan hak waris”, tetapi karena menggunakan komparan menurut hukum ini dinilai
sebagai keterangan para penghadap dalam akta yang dibuat di hadapan ten overstaan Notaris dan bukan keterangan notaris itu sendiri.
107
Dalam praktek notaris sehari-hari cukup banyak permasalahn hukum waris yang timbul yang disebabkan oleh :
1. Perbedaan hukum waris bagi masyarakat Indonesia plurarisme yaitu : a. Hukum waris Islam bagi yang beragama Islam
b. Hukum waris menurut Hukum Perdata Barat bagi yang tunduk pada Hukum Perdata Barat
c. Hukum adat yang juga berbeda-beda menurut masing-masing daerah yang berlaku bagi yang tunduk pada Hukum Adat.
2. Tidak lengkapnya pengaturan instansi mana yang diberi wewenang untuk memuat ketetapanketerangan ahk waris”.
108
Dalam Penjelasan Pasal 42 ayat 1 PP No. 24 Tahun 1997 tentang Pendaftaran Tanah untuk keperluan peralihan hak atas tanah karena pewarisan
menyatakan bahwa peralihan hak karena pewarisan terjadi karena hukum pada saat pemegang hak yang bersangkutan meninggal dunia. Dalam arti bahwa sejak itu para
107
Syahril Sofyan, Beberapa Dasar Teknik Pembuatan Akta Khusus Warisan, Pustaka Bangsa Press, Medan, 2011, hal. 101
108
R. Soerjono Wingsowidjojo, Inventarisasi Masalh Hukum Waris Dalam Praktek, Makalah Pada Simposium Hukum Waris Nasional, BPHN, 1989, hal. 172
Universitas Sumatera Utara
85
ahli waris menjadi pemegang haknya yang baru. Mengenai siapa yang menjadi ahli waris diatur dalam Hukum Perdata yang berlaku bagi pewaris.
Berdasarkan Pasal 111 ayat 1 huruf c angka 4 PMNAKBPN No. 3 Tahun 1997 yang merupakan petunjuk bagi pendaftaran tanah apabila hendak melakukan
pendaftaran peralihan hak karena warisan, terdapat tiga bentuk dan tiga institusi yang membuat buktisurat keterangan waris, yaitu :
1. Bagi warganegara Indonesia penduduk asli, surta keterangan ahli waris yang dibuat oleh para ahli waris dengan disaksikan oleh 2 dua orang saksi dan
dikuatkan oleh Kepala DesaKelurahan dan Camat tempat tinggal pewaris pada waktu meninggal dunia;
2. Bagi warganegara Indonesia keturuna Tionghoa, akta keterangam hak mewaris dari notaris;
3. Bagi warganegara Indonesia keturunan Timur Asing lainnya, surat keterangan waris dari Balai Harta Peninggalan.
Pembuatan surat keterangan waris yang berbeda-beda merupakan salah satu konsekuensi akibat masih berlakunya pluralisme sistem hukum waris dan terdapatnya
perbedaan kebutuhan keperdataan masing-masing golongan penduduk. a. Warganegara Indonesia penduduk asli
Kewenangan pembuatan surat keterangan waris bagi warganegara
Indonesia penduduk asli adalah kewenangan regent atau kepala pemerintah setempat. Pembuktian sebagai ahli waris dibuat di bawah tangan, bermaterai
oleh para ahli waris sendiri dengan 2 dua orang saksi dan diketahui atau
Universitas Sumatera Utara
86
dikuatkan oleh LurahKepala Desa dan Camat setempat sesuai dengan tempat tinggal terakhir pewaris.
LurahKepala Desa dan Camat tunduk pada kaidah-kaidah dan berada dalam ruang lingkup Hukum Administrasi sebagai Badan atau Pejabat Tata Usaha
Negara tidak tepat jika bukti ahli waris yang berada dalam ruang lingkup Hukum
Perdata, harus
disaksikandiketahui dan
dibenarkan serta
ditandatangani oleh Badan atau Pejabat Tata Usaha Negara”.
109
b. Warganegara Indonesia keturunan Tionghoa Pada dasarnya Wet op de Grootboeken der Nationale Schuld bukan
merupakan undang-undang yang khusus mengatur wewenang notaris dalam pembuatan surat keterangan waris, namun di dalam praktek dianggap sebagai
dasar hukum kewenangan notaris dalam pembuatan surat keterangan waris. Menurut Tan Thong Kie “Selama ini pembuatan surat keterangan waris oleh
seorang notaris di Indonesia tidak mempunyai dasar dalam undang-undang di Indonesia, sehingga di dalam praktek ditemukan bermacam-macam bentuk surat
keterangan waris”.
110
Surat keterangan waris verklaring van erfrecht yang dibuat oleh notaris adalah keterangan waris yang dibuat bagi ahli waris dari wargagolongan
keturunan Tiong Hoa. Surat keterangan waris tersebut dibuat di bawah tangan, tidak dengan akta notaris.
111
Pembuatan surat keterangan waris bagi keturunan Tiong Hoa oleh notaris, mengacu pada Surat Mahkamah Agung RI tanggal 8
Mei 1991 No. MAkumdil171 VK1991. Surat Mahkamah Agung tersebut
109
Herlien Budiono, Op cit, hal. 8
110
Tan Thong Kie, Op cit, hal. 362
111
Herlien Budiono, Loc cit
Universitas Sumatera Utara
87
telah menunjuk Surat Edaran tanggal 20 Desember 1969 No. Dpt12631269 yang diterbitkan oleh Direktorat Agraria Direktorat Pendaftaran Tanah
Kadaster di Jakarta, yang menyatakan bahwa guna keseragaman dan berpokok pangkal dari penggolongan penduduk yang pernah dikenal sejak sebelum
merdeka hendaknya Surat Keterangan Hak Waris untuk Warga Negara Indonesia itu adalah:
a. Golongan Keturunan Eropah Barat dibuat oleh Notaris; b. Golongan penduduk asli Surat Keterangan oleh Ahli Waris, disaksikan oleh
LurahDesa dan diketahui oleh Camat. c. Golongan keturunan Tionghoa, oleh Notaris;
d. Golongan Timur Asing bukan Tionghoa, oleh Balai Harta Peninggalan BHP.
c. Warganegara Indonesia keturunan Timur Asing lainnya “Bagi warganegara Indonesia keturunan Timur Asing lainnya, pembuatan
surat keterangan waris adalah di tangan Balai Harta Peninggalan Weeskamer sebagaimana diatur dalam Pasal 14 ayat 2 Ordonnantie 22-7-1916, Stb. 1916-
517 diubah L.N. 1931 no. 168 dan L.N. 1937 No. 611”.
112
Keberadaan Balai Harta Peninggalan secara struktural kelembagaan merupakan lembaga pemerintah eksekutif yang berada dalam ruang
lingkup Departemen Hukum dan Hak Asasi Manusia yang melaksanakan urusan pemerintah. Bukti ahli waris yang merupakan bukti perdata tidak
112
Herlien, Op cit, hal. 11
Universitas Sumatera Utara
88
tepat jika
dikeluarkan oleh
Pejabat yang
tunduk pada
Hukum Administrasi.
113
2. Surat keterangan waris setelah UUJN
Di dalam teori hukum yang berlaku sekarang ini sumber hukum yang diakui secara umum adalah perundang-undangan, kebiasaan, putusan pengadilan, doktrin
dan asas-asas hukum. Pada masa pemerintahan Hindia Belanda dikenal asas konkordansi, yakni sejauh mungkin menyelaraskan perundang-undangan di Hindia-
Belanda dengan apa yang berlaku di Belanda. Setelah kemerdekaan Indonesia, dan berdasarkan Pasal II Aturan Peralihan Undang-Undang Dasar 1945 ditetapkan bahwa,
maka segala badan Negara dan peraturan yang ada masih langsung berlaku selama belum diadakan yang baru menurut Undang-Undang Dasar ini. Selama ini kita telah
menerapkan seluruh kaidah hukum termasuk hukum perdata yang nota bene dibentuk oleh pembuat undang-undang Nederland dan dinyatakan berlaku di Indonesia sebagai
hukum positip, walaupun beberapa diantaranya telah dicabut dan diberlakukan hukum yang baru.
Asas konkordansi sudah tidak dapat diterapkan lagi sejak Indonesia merdeka. Lepas dari sumber hukum dan asas konkordansi tersebut, hukum harus pula didukung
oleh politik hukum dan kesadaran. hukum sesuai dengan tata nilai dan filsafat hukum dari negara yang bersangkutan. Tetap mendasarkan pada asas “konkordansi” Pasal 14
ayat 1 dan ayat 3 Grootboeken der Nationale Schuld sebagai kebiasaan sudah tidak tepat lagi. Indonesia mempunyai politik hukum dan kesadaran hukum
113
Habib Adjie, Pembuktian Sebagai Ahli Waris Dengan Akta Notaris, CV. Mandar Maju, 2008, hal. 12
Universitas Sumatera Utara