Pengesahan Perkawinan AKIBAT HUKUM PENETAPAN PENGESAHAN PERKAWINAN YANG

62 Akibat hukum dari perkawinan yang tidak dicatatkan, walaupun secara agama atau kepercayaan dianggap sah, namun perkawinan yang dilakukan di luar pengetahuan dan pengawasan pegawai pencatat nikah tidak memiliki kekuatan hukum yang tetap dan dianggap tidak sah di mata hukum Negara. Akibat hukum perkawinan tersebut berdampak sangat merugikan bagi istri dan perempuan umumnya, baik secara hukum maupun sosial, serta bagi anak yang dilahirkan. “Perkawinan yang telah melalui pencatatan mengandung kemaslahatan bagi umum, artinya perkawinan tersebut melindungi hak asasi kaum wanita, sebab menurut hukum positif Indonesia, perkawinan yang tidak dicatatkan atau nikah di bawah tangan tidak diakui sama sekali oleh Negara”. 82

B. Pengesahan Perkawinan

Dalam hal perkawinan tidak dapat dibuktikan dengan Akta Perkawinan, maka suami isteri tersebut harus mengajukan permohonan Pengesahan Perkawinan ke Pengadilan Negeri agar Perkawinan mempunyai kekuatan hukum Pasal 36 UU No. 23 Tahun 2006 tentang Administrasi Kependudukan. Apabila permohonan dikabulkan maka Pengadilan Negeri akan mengeluarkan Putusan Pengadilan yang berbentuk Penetapan Pengesahan Perkawinan. “Pengesahan Perkawinan adalah permohonan pengesahan Perkawinan yang diajukan ke pengadilan untuk mendapatkan penetapan dari pengadilan tentang sahnya 82 Analisis Yuridis Status Hukum Istri yang Menikah di Bawah Tangan Berdasarkan Ketentuan yang Berlaku Tentang Perkawinan, http:intanghina.wordpress.com20080527analisis- yuridis-status-hukum-istri-yang-menikah-di-bawah-tangan-berdasarkan-ketentuan-yang-berlaku- tentang-perkawinan, diakses tanggal 21 Agustus 2010 Universitas Sumatera Utara 63 Perkawinan agar bisa dicatatkan ke Kantor Catatan Sipil”. 83 Permohonan pengesahan perkawinan ini dapat diajukan oleh suami ataupun isteri. Bagi suami isteri yang masih hidup, maka keduanya harus menjadi pihak yang mengajukan permohonan. Bagi pasangan yang salah satunya meninggal dunia, pihak yang masih hidup yang mengajukan permohonan. Pasangan suami isteri, atau apabila salah satu pihak telah meninggal dunia maka diwakilkan oleh pihak yang masih hidup, hendak mengajukan pengesahan perkawinan maka hal pertama yang harus dilakukan adalah membuat surat permohonan Penetapan Pengesahan Perkawinan yangdapat dibuat sendiri. Apabila Pemohon tidak dapat membuat surat permohonan, maka ia dapat meminta bantuan kepada Pos Bakum Pos Bantuan Hukum yang ada pada pengadilan setempat secara cuma-cuma. Dalam permohonan tersebut juga melampirkan surat-surat yang diperlukan, antara lain surat keterangan dari Kantor Catatan Sipil bahwa Perkawinan tidak tercatat dan Surat Pemberkatan Perkawinan dari tokoh agama yang menikahkan mereka. Selanjutnya pemohon harus membayar panjar biaya perkara. Apabila pemohon tidak mampu membayar panjar biaya perkara, pemohon dapat mengajukan permohonan untuk berperkara secara cuma-cuma Prodeo. Apabila pemhonon mendapatkan fasilitas Prodeo, semua biaya yang berkaitan dengan perkara di pengadilan menjadi tanggungan pengadilan kecuali biaya transportasi dari rumah ke pengadilan. 83 http:www.pekka.or.idpanduanPengesah20Perkawinan20PN.pdf, Op cit, hal. Universitas Sumatera Utara 64 Selanjutnya Pengadilan akan mengirim Surat Panggilan yang berisi tentang tanggal dan tempat sidang kepada Pemohon dan Termohon secara langsung ke alamat yang tertera dalam surat permohonan. Bagi PemohonTermohon yang tidak hadir dalam sidang, untuk persidangan berikutnya akan dilakukan pemanggilan ulang kepada yang bersangkutan melalui surat. Jika permohonan dikabulkan, Pengadilan akan mengeluarkan putusan penetapan Pengesahan Perkawinan. Salinan putusanpenetapan Pengesahan Perkawinan akan siap diambil dalam jangka waktu setelah 14 hari dari sidang terakhir. Setelah mendapatkan salinan putusanpenetapan tersebut, salinan penetapan pengadilan tersebut harus dibawa ke Kantor Catatan Sipil setempat untuk mencatatkan Perkawinan tersebut.

C. Akibat Hukum Penetapan Pengesahan Perkawinan yang Dilakukan Setelah Pewaris Meninggal Dunia