Latar Belakang Pelanggaran Hukum Atas Wilayah Udara Dengan Masuknya Pesawat Asing Dalam Perspektif Hukum Internasional

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Sebuah pesawat sipil bermesin tunggal jenis Swearingen SX-300 dipaksa untuk turun F16 Fighting Falcon milik TNI AU ke landasan di Lanud Soewondo, Medan sekitar pukul 12.44 Wib saat memasuki udara Indonesia. 1 Diperkirakan pesawat tersebut tidak mengantongi izin penerbangan flight cleareance perjalanannya dari Colombo ke Subang, Malaysia. Menurut Pangkosek Hanudnas III Medan Marsekar Pertama TNI Sungkono, pesawat bernomor N54JX yang dipiloti Heinz Peier 65 kewarganegaraan Swiss disergap pesawat F16 saat akan memasuki wilayah udara barat Meulaboh, Aceh. Waktu melakukan operasi Hanud, tertangkap pesawat yang dicek tidak memiliki flight cleareance. Setelah itu di airbone-kan pesawat F16 untuk melakukan identifikasi. Setelah diidentifikasi, pesawat itu dipaksa untuk mendarat di Medan,” Pesawat tersebut melakukan perjalanan ferry flight langsung antara Colombo-Singapura bukannya ke Subang, Malaysia. Namun berdasarkan data penerbangan yang dikeluarkan flightaware.com Heinz sudah memberitahukan rute penerbangannya. Ia berangkat menggunakan pesawat pribadinya Swearingen SX-300 nomor penerbangan N54JX berangkat dari Bandaranike International Colombo pada pukul 06.10 AM IST dan akan tiba Bandara Sultan Abdul Aziz Shah Subang Jaya, Selangor Malaysia pukul 1.50 PM MYT. 2 1 Sumatera and beyond.Ketika Heinz Peier Sang Legendapilot Dihentikan F16dalam com201404diakses tanggal 1 Juli 2014 2 Ibid Universitas Sumatera Utara Dalam peta perjalanannya diberitahukan di situs tersebut terlihat jelas rute penerbangan N54JX dari Colombo menuju Subang, melintasi pulau Sumatera wilayah udara Indonesia. Heinz Peier merupakan pilot berpengalaman, pensiunan pilot pesawat komersil. Menurut situs linkedin.com Heinz Peier merupakan pemilik Admore Intl. jets. Inc sebuah perusahaan maskapai penerbangan di Daytona Beach, Florida AS yang menyediakan travel perjalanan bagi mereka yang ingin merasakan terbang menggunakan jasanya. 3 Heinz Peier telah terbang ke berbagai negara untuk berkeliling dunia menggunakan pesawat. Seorang legenda di dunia penerbangan yang suka berpetualang. Saat tiba di Lanud Soewondo, pilot itu mendapat pemeriksaan cukup ketat dari personel TNI bersenjata laras panjang yang telah tiba di lokasi. Sebelumnya, personel TNI mengarahkan senjatanya kepada Heinz mengantisipasi hal terburuk. Dengan cekatan mereka menyergap pilot tersebut kemudian memeriksanya dengan perasaan curiga. Semua barang milik Heinz Peier yang ada di dalam kabin pesawat dikeluarkan untuk dilakukan pemeriksaan. Termasuk alat-alat komunikasi yang digunakannya selama penerbangan. Kakek tua itu pun menuruti yang diperintahkan dengan tenang Heinz Peier menghadapi semua situasi yang datang pada dirinya. “I’am not criminal Saya bukan kriminal,” ujarnya kepada orang-orang yang memeriksa dirinya. Pemeriksaan itu berlangsung hampir 30 menit, saat akan digiring ke kantor VIP bekas Bandara Polonia, Heinz melupakan pakaian 3 Ibid Universitas Sumatera Utara resminya yang tertinggal di dalam kokpit, karena ia hanya mengenakan kaus oblong warna putih dan celana ponggol warna coklat. Saat kembali, bukannya mengeluarkan pakaian lebih dulu, Heinz malah disuruh mengeluarkan isi bagasinya yang diletakkan dibaris kedua duduk kokpit pesawat. Beberapa orang yang menyaksikan pemeriksaan itu cukup terkejut karena Heinz mengeluarkan sepeda dari dalam jok bagian belakan kokpit. Pelanggaran kedaulatan yang dilakukan Heinz Peier merupakan salah satu unsur eksistensi sebuah negara. Parthiana menyatakan bahwa kedaulatan dapat diartikan sebagai kekuasaan yang tertinggi yang mutlak, utuh, bulat dan tidak dapat dibagi-bagi dan oleh karena itu tidak dapat ditempatkan di bawah kekuasaan lain. 4 Pelanggaran wilayah udara adalah suatu keadaan, di mana pesawat terbang suatu negara sipil atau militer memasuki wilayah udara negara lain tanpa izin sebelumnya dari negara yang dimasukinya. Dilihat dari beberapa kasus pelanggaran lintas batas yang ada di Indonesia bersifat biasa dan tidak begitu mengancam, namun negara Indonesia harus bertindak tegas karena kedaulatan negaranya dilanggar oleh negara lain karena pada kenyataannya di lapangan banyak terjadi pelanggaran daerah perbatasan udara kita oleh negara asing baik dari pesawat sipil maupun pesawat militer. 5 4 Suryo Sakti Hadiwijoyo,Perbatasan Negara Dalam Dimensi Hukum Internasional, Yogyakarta: Graha Ilmu, 2011, hal. 2-3. 5 Dita Anggraini Wibowo, Pelanggaran Kedaulatan Di Wilayah Udara Negara Indonesia Oleh Pesawat Sipil Asing, Jurnal Ilmiah, Malang: Fakultas Hukum Universitas Brawijaya, 2014, hal 5 Universitas Sumatera Utara Kedaulatan suatu negara tidak lagi bersifat mutlak atau absolut, akan tetapi pada batas-batas tertentu harus menghormati kedaulatan negara lain, yang diatur melalui hukum internasional. Hal inilah yang kemudian dikenal dengan istilah kedaulatan negara bersifat relatif Relative Sovereignty of State. Dalam konteks hukum internasional, negara yang berdaulat pada hakikatnya harus tunduk dan menghormati hukum internasional, maupun kedaulatan dan integritas wilayah negara lain. 6 Berkaitan dengan arti dan makna kedaulatan, Jean Bodin menyatakan bahwa kedaulatan merupakan atribut dan ciri khusus dari suatu negara. Tanpa adanya kedaulatan, maka tidak akan ada yang dinamakan negara. 7 Mochtar Kusumaatmadja mengatakan bahwa kedaulatan merupakan suatu sifat atau ciri hakiki dari negara, di mana negara tersebut berdaulat, tetapi mempunyai batas-batasnya, yaitu ruang berlakunya kekuasaan tertinggi ini dibatasi oleh batas-batas wilayah negara itu, di luar wilayahnya negara tersebut tidak lagi memiliki kekuasaan demikian. Berkenaan dengan hal tersebut, kedaulatan tidak dipandang sebagai sesuatu yang bulat dan utuh, melainkan dalam batas-batas tertentu sudah tunduk pada pembatasan-pembatasan yang berupa hukum internasional maupun kedaulatan dari sesama negara lainnya. Dengan demikian suatu negara yang berdaulat tetap saja tunduk pada hukum internasional serta tidak boleh melanggar atau merugikan kedaulatan negara lain. Sehubungan dengan hal tersebut, maka dapat dikatakan pula bahwa pada masa kini kedaulatan 6 Ibid, hal. 4. 7 Fred Isjwara, Pengantar Ilmu Politik, Bandung: Binacipta, 1999, hal. 9. Universitas Sumatera Utara negara merupakan sisa dari kekuasaan yang dimiliki dalam batas-batas yang ditetapkan melalui hukum internasional. 8 Konvensi Chicago 1944, dalam Pasal 1 dinyatakan bahwa setiap negara mempunyai kedaulatan yang utuh dan penuh complete and exclusive sovereignity atas ruang udara atas wilayah kedaulatannya. Dari Pasal tersebut memberikan pandangan bahwa perwujudan dari kedaulatan yang penuh dan utuh atas ruang udara di atas wilayah teritorial, adalah: 1. Setiap negara berhak mengelola dan mengendalikan secara penuh dan utuh atas ruang udara nasionalnya; 2. Tidak satupun kegiatan atau usaha di ruang udara nasional tanpa mendapatkan izin terlebih dahulu atau sebagaimana telah diatur dalam suatu perjanjian udara antara negara dengan negara lain baik secara bilateral maupun multilateral. Namun dalam praktek pelaksanaannya ternyata ada beberapa negara yang memberlakukan jalur tambahan secara sepihak yang dikenal dengan istilah Air Defence Identification Zone ADIZ. Hal inilah yang menarik penulis untuk membahas masalah ini. Berdasarkan latar belakang di atas merasa tertarik memilih judul Pelanggaran Hukum Atas Wilayah Udara dengan Masuknya Pesawat Asing Dalam Perspektif Hukum Internasional Studi Kasus Pelanggaran oleh Heinz Peier yang memasuki Wilayah Udara Indonesia. 8 Mochtar Kusumaatmadja. Pengantar Hukum Internasional, Buku I Bagian Umum, Jakarta: Bina Cipta, 2010. hal 7 Universitas Sumatera Utara

B. Perumusan Masalah