46 pidatonya Presiden Soekarno menyerukan kepada bekas Heiho, PETA dan
pemuda-pemuda lainnya untuk sementara waktu bekerja dalam BKR.
43
Daerah-daerah yang memilki pangkalan udara, segera terbentuk Badan Keamanan Rakyat Oedara BKRO. Keanggotaan BKRO antara lain terdiri dari
para pemuda penerbang di jaman Belanda, seperti : ML Militaire Luchtvaart, VVC Vrijwilling Vliger Corps dan MLD Marine Lucthvaart Dienst serta
penerbang-penerbang di jaman Jepang, seperti : Kaigun Koku Butai, Nampo Kabhashiki, Rikogun Koku Butai dan juga para pemuda pejuang lainnya.
44
BKR Udara berdiri di daerah-daerah pangkalan udara atau pemusatan unsur-unsur penerbangan seperti di Pandanwangi Lumajang, Bugis Malang,
Maospati Madiun, Morokrembangan Surabaya, Panasan Solo, Kalibanteng Semarang, Maguwo Yogyakarta, Andir Bandung, Cibeureum Tasikmalaya,
Jatiwangi Cirebon, Cililitan Jakarta, Gorda banten dan beberapa tempat di luar Jawa.
B. Dari TKR Jawatan Udara Menjadi Angkatan Udara Republik Indonesia AURI
Berdasarkan Maklumat Pemerintah Dekrit Presiden pada tanggal 5 Oktober 1945, dibentuklah Tentara Keamanan Rakyat TKR sebagai peningkatan
organisasi BKR.
45
Penjelasan dalam Maklumat tersebut menyebutkan, bahwa
43
Sejarah PerhubunganKomunikasi dan Elektronika TNI AU Periode 1945-1949, Jakarta, Dinas Sejarah TNI AU, 1978, halaman 7.
44
Tri Hadi, Sedjarah Perkembangan Angkatan Udara , DEPHANKAM, Pusat Sejarah dan Tradisi ABRI, Jakarta, 1971, halaman 2.
45
Pada masa itu pemimpin Republik Indonesia belum berani memberi nama tentara agar tidak terjadi perlawanan oleh tentara penjajah yang masih berada di Indonesia. Baru pada tanggal 5
Oktober 1945 Presiden Soekarno membentuk Tentara Keamanan Rakyat TKR dengan tujuan “untuk memperkuat perasaan keamanan umum”. Tanggal ini kemudian diakui oleh bangsa
47 untuk memperkuat perasaan keamanan umum maka diadakanlah suatu tentara
rakyat. Sejak saat itu mulai diletakkan dasar-dasar dan ditetapkan organisasi- organisasi pertahanan dan ketentaraan nasional Indonesia. Sebagai kelanjutan dari
konferensi TKR seluruh Indonesia di Yogyakarta pada tanggal 12 November 1945. Dalam konfrensi tersebut dihadiri oleh seluruh panglima Divisi dan
Komandan-komandan Resimen, kecuali Surabaya yang pada saat itu sedang bertempur dengan Inggris.
Dengan ditingkatkannya BKR menjadi TKR sejak tanggal 5 Oktober 1945, maka BKR-BKR Udara pun otomatis berubah menjadi TKR Udara yang
lazimnya juga dikenal dengan nama TKR Jawatan UdaraTKR Jawatan Penerbangan. Para Anggotanya umumnya adalah mantan anggota-anggota
penerbangan Belanda, yakni Millitaire Luchtvaart ML,
46
Marinne Luchtvaart Dienst MLD dan Vrijwillig Vliegers Corps VVC. Selain itu terdapat pula
mantan anggota penerbangan Jepang yaitu Rikugun Koku Butai, Kaigun Koku Butai dan Nanpo Koku Kabusyiki di samping para pemuda pejuang lainnya yang
belum pernah bertugas di bidang penerbangan.
47
Indonesia sebagai berdirinya tentara kebangsaan Indonesia. Keesokan harinya presiden Soekarno mengangkat Soeprijadi menjadi Menteri Keamanan Rakyat, namun karena Soeprijadi tidak
menampilkan diri, maka pada tanggal 20 Oktober 1945, presiden mengangkat personalia berikut untuk memimpin TKR: M. Saljo Adikusumo sebagai Menteri Keamanan Rakyat, Soeprijadi
sebagai pimpinan tertinggi TKR dan Oerip Soemohardjo sebagai Kepala Staf Umum. Tetapi pelantikan M. Saljo Adikusumo tidak diterima oleh anggota TKR karena dia tidak populer dan
tidak berprestasi sehingga rebdah wibawanya. Karena itu Panglima Divisi dan Komandan Resimen TKR mengadakan konfrensi di Yogyakarta pada tanggal 12 November 1945 memilih Soedirman
sebagai Panglima TKR karena kejujuran dan kewibawaannya.
46
Militaire Luchtvaart Angkatan Udara Militer sebelumnya adalah bagian udara tentara yang kemudian ditingkatkan menjadi suatu kesenjataan tersendiri oleh Hindia Belanda yaitu
kebijakan pertahanan dalam rangka persiapan menghadapi ancaman perang Asia Timur Raya dengan Jepang. Lihat, Djajusman, Hancurnya Angkatan Perang Hindia Belanda KNIL, Angkasa,
Jakarta, 1978, halaman 28.
47
Sejarah TNI, Jilid I 1945-1949, Jakarta, Markas Besar TNI, 2000, halaman 29.
48 Maklumat Pemerintah RI No.6 Tanggal 5 Oktober 1945, menggariskan
bahwa TKR harus bertanggung jawab atas seluruh ketertiban dan keamanan baik di darat, laut dan di udara. Karena itu, pertanggungjawaban dan wewenang atas
pangkalan-pangkalan udara beserta seluruh perlengkapannya yang telah berhasil direbut dari tangan Jepang langsung berada di bawah kekuasaan TKR yang
mewilayahi pangkalan udara tersebut. Markas Tertinggi TKR pada tanggal 12 Desember 1945 selanjutnya
mengeluarkan pengumuman yang menyatakan dibentuknya bagian penerbangan pada Markas Tertinggi TKR. Dengan demikian semua bagian penerbangan di
Indonesia termasuk prajurit dan pegawai pangkalan serta semua peralatan persenjataan ditempatkan di bawah Kepala TKR bagian penerbangan yang
berkedudukan di Markas Besar Umum.
48
Sebagai Kepala dan Wakil Kepala TKR bagian penerbangan pertama kali adalah masing-masing Suryadarma dan Sukermen Martodisumo. Suryadarma
adalah seorang perwira lulusan Akademi Militer di Breda, Belanda yang kemudian meninggalkan tugas dalam infanteri pindah ke penerbangan Angkatan
Darat Militaire Luchtvaart, setelah itu menjadi perwira instruksi navigator di Kalidjati dan pernah juga turut bertempur di udara antara lain dalam pemboman di
Miri dan Makasar melawan Jepang. Mulai saat itu TKR Jawatan Penerbangan telah menjadi sebuah Angkatan
yang sederajat dengan angkatan yang lainnya. Sejak dibentuknya TKR bagian penerbangan itu, beberapa pangkalan udara yang dikuasai oleh para panglima
Divisi diserahkan kepada Markas Tertinggi TKR, selanjutnya Markas Tertinggi
48
Sejarah TNI, op.cit, halaman 30.
49 TKR menyerahkannya kepada TKR bagian penerbangan. Dalam rangka
mengembangkan kekuatan udara, tugas pertama yang dilakukan TKR bagian Penerbangan adalah memperbaiki beberapa pesawat terbang yang sudah tua
peninggalan dari Jepang. Pembentukan TKR Jawatan Penerbangan tersebut sesungguhnya telah
memberikan kesempatan yang luas kepada Bangsa Indonesia untuk mengembangkan cita-citanya di bidang penerbangan. Tetapi mengingat faktor-
faktor tenaga penerbangan yang masih sangat jauh dari memenuhi syarat disangsikan apakah bisa sebagai alat penerbangan di medan pertempuran. Sebagai
suatu Jawatan yang bersifat masih harus membangun, dan belum mempunyai pengetahuan yang mendasar dalam bidang itu. Maka hal ini hanya dapat diatasi
dengan kesanggupan dan kesungguhan para pelopor-pelopornya serta keberanian terhadap akibat-akibat yang penuh resiko terhadap eksperimen-eksperimen yang
dilakukan. Jawatan penerbangan yang administratif termasuk dalam Markas Besar
TKR ternyata tidak dapat bergerak dan berkembang sepenuhnya disebabkan oleh “gerakan pasukan daratnya”,
49
tetapi berkat pengertian dan kerjasama yang baik serta rasa tanggung jawab bersama terhadap tanah air dan bangsa maka masalah
tesebut dapat diatasi. Selanjutnya lapangan terbang Maguwo beserta personel dan peralatan persenjataannya diserahkan kepada Jawatan Penerbangan oleh Divisi
TKR di Jogjakarta. Penyerahan lapangan-lapangan udara lainnya selanjutnya juga
49
Maksudnya disini adalah sudah cukup lama Angkatan Udara menantikan tibanya masa modernisasi persenjataan mereka. Karena sejak Republik Indonesia dibentuk memang strategi
pembangunan kekuatan Angkatan Perang lebih diarahkan pada optimalisasi unsur-unsur kekuatan Angkatan Darat. Lihat, A.H Nasution dalam pokok-pokok perang gerilya.
50 diserahkan oleh masing-masing Divisi di seluruh wilayah Indonesia. Dengan
demikian TKR Jawatan Penerbangan mulai mempunyai bentuk yang nyata. TKR Jawatan Penerbangan berubah menjadi Angkatan Udara Republik
Indonesia AURI yaitu berdasarkan Keputusan Presiden tanggal 9 April 1946. TKR Jawatan Penerbangan ditetapkan menjadi Angkatan Udara Republik
Indonesia yang merupakan satu angkatan yang merdeka dan mempunyai kedudukan yang sederajat serta sejajar dengan Angkatan Darat dan Angkatan
Laut.
50
Komodor Udara S. Suryadharma tetap menjadi kepala staf dan Komodor
Muda Udara A. Adisutjipto sebagai wakilnya.
Pada tanggal 27 Desember 1949 adalah merupakan saat yang bersejarah bagi bangsa Indonesia karena sesudah melalui perjuangan bersenjata yang berat
akhirnya Belanda mengakui kedaulatan negara Republik Indonesia yang telah diproklamasikan pada tanggal 17 Agustus 1945. Setelah pengakuan kedaulatan
tersebut, dilakukan penyerahan wewenang baik sipil maupun militer ke tangan bangsa Indonesia sendiri. Dengan demikian tibalah saatnya bagi angkatan
bersenjata Indonesia untuk memasuki suatu tahap baru yaitu tahap konsolidasi dan pembinaan.
C. Perintisan Kekuatan AURI sampai Tahun 1950-an