BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
5.1 Hasil Penelitian
Pada bab ini akan diuraikan hasil penelitian dan pembahasan mengenai faktor-faktor yang mempengaruhi remaja merokok. Penelitian ini dilakukan
dengan jumlah responden remaja laki-laki yang sebanyak 88 responden. 5.1.1 Data Demografi
Tabel 5.1.1 Distribusi frekuensi remaja berdasarkan karakteristik di kecamatan Sipispis kabupaten Serdang Bedagai pada Bulan Januari Tahun
2014
Distribusi f
Umur
13 tahun 22
33,8 14 tahun
25 38,5
15 tahun 18
27,7
Agama
Islam 55
84,6 Khatolik
3 4,6
Protestan 7
10,8
Suku
Batak 32
49,2 Jawa
30 46,2
Lain-lain 3
4,6
Uang Jajan Perhari
Rp 5000,00 32
49,2 Rp 5000,00-Rp 20.000,00
28 43,1
Rp 20.000,00 5
7,7
Alasan Merokok
Iseng 19
29,2 Penasaran
27 41,5
Diajak Teman 6
9,2 Agar Terlihat Dewasa
12 18,5
Lain-lain 1
1,5
Universitas Sumatera Utara
Tabel diatas menunjukkan bahwa berdasarkan karakteristik umur, umur 14 tahun sebanyak 25 orang 38,5, agama islam sebanyak 55 orang 84,6, suku batak
sebanyak 32 orang 49,2, uang jajan perhari Rp 5000,00 sebanyak 32 orang 49,2 dan alasan merokok karena penasaran sebanyak 27 orang 41,5.
Tabel 5.2.1. Distribusi frekuensi dan persentase berdasarkan faktor yang mempengaruhi remaja merokok
Distribusi f
Orang tua
Mempengaruhi 34
52 Tidak Mempengaruhi
31 48
Teman
Mempengaruhi 51
78,4 Tidak Mempengaruhi
14 21,6
Kepribadian
Mempengaruhi 39
60 Tidak Mempengaruhi
26 40
Iklan
Mempengaruhi 31
48 Tidak Mempengaruhi
34 52
Berdasarkan tabel di atas. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa kategori yang pertama adalah teman sebanyak 51 atau 78,4, pengaruh
kepribadian 39 atau 40, pengaruh orang tua sebanyak 34 atau 52, pengaruh iklan 31 atau 48.
5.2 Pembahasan
Dari hasil penelitian yang didapatkan bahwa terdapat 65 remaja laki-laki adalah perokok. Dari karakteristik umur 14 tahun sebanyak 25 orang 38,5,
agama islam sebanyak 55 orang 84,6, suku batak sebanyak 32 orang 49,2, uang jajan perhari Rp 5000,00 sebanyak 32 orang 49,2 dan alasan merokok
Universitas Sumatera Utara
karena penasaran sebanyak 27 orang 41,5 dan faktor yang mempengaruhi tertinggi adalah faktor teman sebanyak 51 atau 78,4.
5.2.1 Remaja Merokok Perilaku merokok dapat dilihat dari sudut pandang yang merugikan. Ada
banyak alasan yang melatarbelakangi perilaku merokok pada remaja secara umum. Menurut Kurt Lewin 1947 dalam Soegeng , 2007 bahwa perilaku
merokok merupakan fungsi lingkungan dan individu. Artinya perilaku merokok selain disebabkan faktor diri sendiri,juga disebabkan oleh faktor lingkungan. Ada
berbagai faktor yang diasumsikan sebagai faktor penyebab timbulnya perilaku merokok pada remaja. Berdasarkan penelitian dan teori mengenai penyebab
timbulnya perilaku merokok pada remaja, ternyata penyebabnya sangatlah kompleks baik dari segi internal maupun eksternalyang keduanya saling
mendukung Wahyuni, 2006.
Penyebab lain munculnya kebiasaan merokok remaja disebabkan karena mereka ingin mencoba rokok itu karena mereka melihat orang yang merokok kelihatan
nikmat dan mereka merasa penasaran, selain itu juga mereka ingin mencari pergaulan dan terpengaruh oleh temannya sehingga remaja tersebut pun merokok.
Tujuan utama bagi remaja untuk merokok yakni untuk mencari perhatian dari
orang banyak. Remaja menganggap dengan merokok akan terlihat gagah Dewi,
2013.
Remaja mengatakan dengan merokok dapat memperbaiki mood. Beberapa orang remaja rokok dapat menambah semangat, namun itu dapat menurunkan
Universitas Sumatera Utara
mood. Seperti pada penelitian Komalasari, 2006 disebutkan, remaja yang merokok memiliki resiko 4 kali yang lebih besar untuk mengalami depresi dari
remaja yang tidak merokok. Kesimpulan yang dapat diambil adalah bahwa ketertarikan indidvidu dengan rokok sudah dirasakan sejak masih anak-anak
melalui proses yang sangat komplek. Awal individu mengenal rokok adalah lewat observasi mereka pada perilaku merokok orang tuanya yang menimbulkan rasa
penasaran dan terdorong untuk mencoba merokok. Setelah itu penayangan iklan rokok pada televisi terutama yang menampilkan model-model anak muda,
semakin membuat individu tertarik untuk mencoba rokok dan meniru model dalam iklan rokok tersebut. Kemudian masalah-masalah yang dialami oleh
individu seperti masalah keluarga, masalah sekolah, dan masalah-masalah lainnya semakin membuat individu semakin terdorong untuk mulai merokok.
Meskipun faktor-faktor pendukung tersebut sudah sejak anak-anak dirasakan namun keberanian untuk mulai merokok setelah mereka mendapatkan teman
sebaya yang merokok. Sehingga adanya ajakan langsung ataupun adanya ajakan tidak langsung, maka remaja memutuskan untuk mulai merokok tanpa adanya
keterpaksaan meskipun mereka mengetahui bahaya rokok. Meskipun pertama kali mereka tidak merasakan kenikmatan rokok, namun mereka tetap mempertahankan
perilaku merokok tersebut karena ada kejanggalan jika tidak merokok ditengah teman-teman yang merokok dan faktor pribadi yang mengharuskan mereka untuk
merokok Mulyadi, 2007.
Universitas Sumatera Utara
Dari pembahasan dapat dilihat jika remaja merokok disebabkan karena banyak faktor. Oleh karena itu pada uraian peneliti akan menjelaskan masing-
masing dari faktor yang mempengaruhi remaja tersebut merokok. 5.2.2 Faktor Pengaruh Teman
Faktor teman adalah faktor yang paling tinggi mempengaruhi remaja merokok yaitu sebanyak 78,4. Penelitian ini sesuai dengan penelitian
sebelumnya yaitu Zahro, dkk, 2005 yang mengatakan dari 131 responden 63 merokok dikarenakan teman sebaya mereka. Sejalan dengan hasil penelitian yang
lain Wahyuni, 2006 menyatakan bahwa remaja pada umumnya bergaul dengan sesama mereka, karakteristik persahabatan remaja dipengaruhi oleh kesamaan
usia, jenis kelamin dan ras. Jika dapat dimengerti bahwa sikap, pembicaraan, minat, penampilan dan perilaku teman sebaya lebih besar pengaruhnya daripada
keluarga. Hal ini terjadi disebabkan pada waktu pulang sekolah, maupun ada kesempatan untuk berkumpul dengan teman sebaya di kampung, remaja lebih
sering diselingi dengan merokok. Responden yang awalnya tidak merokok, namun karena ada tawaran untuk ikut merokok, maka remaja pun akhirnya ikut
merokok. Melihat dari suku responden yang sebagian besar merupakan suku batak yaitu sebanyak 49,2 sesuai dengan penelitian Wahyuni, 2006 menyatakan
bahwa suku mempengaruhi remaja merokok di karenakan pada suku batak silsilah marga dan keturunan sangat mempengaruhi hubungan pertemanan dan
persaudaraan. Kesamaan dalam menggunakan obat-obatan dan merokok sangat berpengaruh kuat dalam pemilihan teman. Remaja lebih banyak dan lebih suka
berada di luar rumah dengan teman sebayanya.
Universitas Sumatera Utara
5.2.3 Pengaruh Kepribadian Soejiningsih 2004 mengatakan bahwa pada usia tersebut remaja
digolongkan pada masa remaja awal dimana pada fase ini remaja masih terheran dengan perubahan yang terjadi pada dirinya sendiri. Mereka mengembangkan
fikiran-fikiran baru dan ditambah dengan berkurangnya kendali terhadap EGO yang menyebabkan mereka sulit dimengerti orang dewasa. Pada tahap ini juga
remaja membutuhkan teman yang cukup banyak dan remaja tersebut makin senang jika temannya banyak yang menyukainya. Difase ini juga timbul kondisi
kebingungan karena ia tidak tahu harus memilih yang mana peka atau tidak perduli. Pada faktor pengaruh kepribadian remaja, peneliti mendapatkan hasil
faktor kepribadian menyebabkan seorang remaja merokok yaitu sebanyak 60. Sejalan dengan penelitian yang dilakukan Komalasari 2006 juga yang
menyatakan bahwa jika seseorang itu dalam keadaan tertekan atau memiliki banyak masalah yang sulit dipecahkan maka seseorang tersebut akan
mengalihkannya dengan merokok. Didukung oleh penelitian Kemala 2007 mengatakan bahwa semakin positif kepribadian seseorang maka kemungkinan
kecil remaja tersebut untuk melakukan perbuatan merokok. Sebaliknya semakin buruk kepribadian seseorang maka semakin mudah seseorang untuk melakukan
perbuatan merokok. Rasa penasaran yang tinggi pada fase tumbuh kembang remaja awal ini memungkinkan bahwa seorang remaja akan mencoba hal-hal yang
mereka anggap baru dalam kehidupan sehari-hari, terutama dalam hal merokok. Mereka anggap rokok adalah suatu hal yang baru yang harus mereka coba.
Universitas Sumatera Utara
5.2.4 Pengaruh Orang Tua Faktor orang tua dengan persentase 52. Penelitian sejalan dengan
penelitian yang dilakukan Komalasari 2006 sebanyak 38 pengaruh orang tua mempengaruhi remaja menjadi seorang perokok. Oleh sebab itu penelitian
sebelumnya tersebut menjelaskan bahwa jika orang tua dari remaja tersebut adalah perokok kemungkinan besar anak-anaknya juga akan merokok. Hal ini
dikarenakan orang tua adalah orang yang dihormati seorang anak di rumah dan figur orang tua adalah hal yang sedikit banyaknya akan ditiru oleh anaknya.
Terutama dalam hal merokok, meski sebagian orang tua yang merokok anaknya tidak pula merokok. Akan tetapi sebagian besar orang tua yang merokok maka
anaknya pun akan turut serta merokok. Terlebih lagi jika orang tua tidak pernah mengingatkan anaknya untuk tidak merokok dan tidak pernah mengontrol dengan
siapa anaknya berteman kemungkinan besar seorang anak menganggap bahwa apa yang dilakukan olehnya adalah perbuatan yang wajar.
Pola asuh ini biasanya memberikan pengawasan yang sangat longgar. Memberikan kesempatan pada anaknya untuk melakukan sesuatu tanpa
pengawasan yang cukup dari orang tua, mereka cenderung tidak menegur atau memperingatkan anak apabila anak sedang dalam bahaya, dan sangat sedikit
bimbingan yang diberikan oleh mereka, anak dibiarkan sesukanya. Dalam pemberian pola asuh yang baik dimungkinkan anak akan mencontoh perilaku
yang baik dari orang tuanya. Namun apabila orang tua yang mempunyai kebiasaan atau perilaku yang tidak baik seperti ayah ataupun ibu yang juga
Universitas Sumatera Utara
memiliki kebiasaan merokok, anak pun akan mencontoh dari perilaku orang tuanya Azizah, 2008.
Trirahayu 2009 mengatakan remaja bersikap merokok karena memang tidak ada teguran orang tua responden. Oleh karena itu pengaruh positif yang kuat
dari orang tua responden akan mengakibatkan sikap lemah responden dalam merokok.
Hal ini dapat dilihat dari distribusi sikap remaja dalam merokok. Pengaruh positif orang tua yang kuat menjadikan sikap responden dalam merokok lemah,
sebaliknya pengaruh positif orang tua yang lemah maka akan menjadikan sikap dalam merokok responden menjadi baik. Pengaruh lemah diartikan bahwa orang tua tetap
mengawasi dan menegur apabila melakukan tindakan merokok di rumah, namun apabila sudah di luar rumah kontrol orang tua tidak begitu kuat, yang disebabkan responden
bergaul dengan teman sebaya yang merokok. 5.2.5 Pengaruh Iklan
Faktor iklan mempengaruhi remaja untuk merokok. Hal ini sejalan dengan penelitian Ginting 2011 mengatakan bahwa informasi melalui iklan dinilai
berpengaruh langsung maupun tidak langsung terhadap persepsi, pemahaman dan tingkah laku remaja. Iklan rokok tidak lagi gencar membujuk konsumen untuk
membujuk produknya, tetapi cenderung hanya mengingatkan produknya kepada konsumen tertentu dengan kata-kata yang mudah diingat. Iklan rokok telah
membuka kemungkinan multi interpretasi dengan sangat terbuka. Iklan rokok menghadirkan sebuah persfektif dari fragmen-fragmen, dari suara-suara, teks dan
kode. Remaja dalam hal ini merupakan masa transisi antara masa kanak-kanak ke masa dewasa, sehingga sering kali menghadapkan individu pada situasi yang
membingungkan. Situasi-situasi yang menimbulkan konflik ini sering
Universitas Sumatera Utara
menyebabkan banyak tingkah laku yang aneh, canggung kalau tidak dikontrol bisa menimbulkan perilaku yang menyimpang kearah negatif.
Ketidaksetabilan emosi menyebabkan mereka mempunyai rasa ingin tahu dan dorongan untuk mencari tahu. Pertumbuhan kemampuan intelektual pada
masa ini cenderung membuat mereka bersikap kritis, tersalur melalui perbuatan- perbuatan yang sifatnya eksperimen dan eksploratif. Melihat tayangan iklan rokok
di televisi, cenderung mempengaruhi siswa remaja untuk mencoba produk yang ditawarkan iklan tersebut, tanpa memikirkan dampaknya terhadap kesehatan. Lain
halnya dengan penelitian Kurniawan 2012 yang menyatakan bahwa diduga karena adanya peraturan pemerintah yang terkait iklan dan promosi rokok. Dalam
Peraturan Pemerintah PP No 19 Tahun 2003 Tentang Pengamanan Rokok Bagi Kesehatan bagi iklan dan promosi, pasal 17 menyatakan bahwa iklan rokok tidak
boleh merangsang atau menyarankan orang untuk merokok. Oleh karena itu dalam iklan rokok selalu ditampilkan tentang bahaya merokok. Akan tetapi
masyarakat masih belum menaati peringatan tersebut.
5.3 Keterbatasan penelitian