Hasil pemeriksaan mikroskopik Hasil pemeriksaan karakteristik

34 organoleptik warna coklat serta memiliki rasa dan bau yang khas. Gambar serbuk simplisia dapat dilihat pada Lampiran 5, halaman 57.

4.2.2 Hasil pemeriksaan mikroskopik

Hasil pemeriksaan mikroskopik pada serbuk simplisia tumbuhan ganggang merah Kappaphycus alvarezii terlihat adanya sel-sel parenkim berbentuk poligonal tidak beraturan, yang berisi pigmen berwarna merah dan terdapat pula sel-sel propagule yang merupakan sel yang berperan untuk perkembangbiakan atau propagation. Dapat dilihat pada Lampiran 6, halaman 58. Uraian mikroskopik mencakup pengamatan terhadap bagian simplisia dan fragmen pengenal dari serbuk simplisia Depkes RI, 1995. Serbuk simplisia ganggang merah memiliki fragmen pengenal berupa sel- sel parenkim berbentuk poligonal tidak beraturan, yang berisi pigmen berwarna merah dan terdapat pula sel-sel propagule.

4.2.3 Hasil pemeriksaan karakteristik

Hasil pemeriksaan karakteristik dari serbuk simplisia tumbuhan ganggang merah Kappaphycus alvarezii dapat diliat pada Tabel 4.1 berikut: Tabel 4.1 Hasil pemeriksaan karakteristik simplisia ganggang merah No. Karakteristik Hasil Pemeriksaan 1. Kadar Air 7,81 2. Kadar sari larut dalam air 30,32 3. Kadar sari larut dalam etanol 10,33 4. Kadar abu total 18,14 5. Kadar abu tidak larut dalam asam 0,55 Monografi simplisia tumbuhan ganggang merah Kappaphycus alvarezii tidak tercantum dalam Materia Medika Indonesia MMI, sehingga tidak ada acuan dalam menentukan parameternya. Universitas Sumatera Utara 35 Tabel 4.1 menunjukkan kadar air pada simplisia tumbuhan ganggang merah Kappaphycus alvarezii sebesar 7,81, kadar tersebut memenuhi persyaratan umum yaitu lebih kecil dari 10. Kadar air yang lebih besar dari 10 dapat menjadi media pertumbuhan kapang dan jasad renik lainnya Depkes RI, 1985. Penetapan kadar sari yang larut dalam air menyatakan jumlah zat yang tersari dalam pelarut air seperti glikosida, gula, gom, protein, enzim, zat warna dan asam-asam organik, sedangkan penetapan kadar sari yang larut dalam etanol menyatakan jumlah zat yang tersari dalam pelarut etanol seperti glikosida, antrakinon, steroid, flavonoid, klorofil, saponin, tanin dan yang larut dalam jumlah sedikit yaitu lemak Depkes RI, 1995. Penetapan kadar abu total dan kadar abu tidak larut asam bertujuan untuk memberikan jaminan bahwa simplisia tidak mengandung logam berat tertentu melebihi nilai yang ditetapkan karena dapat berbahaya toksik bagi kesehatan. Penetapan kadar abu total menyatakan jumlah kandungan senyawa anorganik dalam simplisia misalnya Mg, Ca, Na, Zn dan K. Kadar abu tidak larut dalam asam untuk mengetahui kadar senyawa anorganik yang tidak larut dalam asam misalnya silikat. Abu total terbagi dua yaitu abu fisiologis dan abu non fisiologis. Abu fisiologis adalah abu yang berasal dari jaringan tumbuhan itu sendiri sedangkan abu non fisiologis adalah sisa setelah pembakaran yang berasal dari bahan-bahan luar yang terdapat pada permukaan simplisia WHO, 1998. Kadar abu total simplisia tumbuhan ganggang merah Kappaphycus alvarezii diperoleh sebesar 18,14, tingginya kadar abu pada simplisia tumbuhan ganggang merah Kappaphycus alvarezii disebabkan karena tumbuhan ganggang Universitas Sumatera Utara 36 merah Kappaphycus alvarezii mengandung mineral kalium, natrium, kalsium, dan magnesium Hardoko, 2007. Penetapan kadar abu yang tidak larut dalam asam menyatakan jumlah silika pada simplisia, diperoleh dengan cara melarutkan abu total dalam asam klorida WHO, 1998. Perhitungan pemeriksaan karakteristik serbuk simplisia tumbuhan ganggang merah Kappaphycus alvarezii dapat dilihat pada Lampiran 8, halaman 60.

4.3 Hasil Skrining Fitokimia