37 Keterangan: + Positif
: mengandung golongan senyawa Negatif : tidak mengandung golongan senyawa
4.4 Ekstraksi
Hasil ekstraksi 100 g simplisia dengan cara perkolasi menggunakan pelarut etanol 96, bertujuan untuk mengekstraksi senyawa yang terdapat pada
simplisia ganggang merah, baik bersifat polar maupun non polar, diperoleh ekstrak etanol ganggang merah sebanyak 41,756 g rendemen : berat ekstrak
berat simplisia x 100 = 41,756 g 100 g x 100 = 41,756.
4.5 Pengujian Aktivitas Antidiabetes Ekstrak Etanol Ganggang Merah EEGM
4.5.1 Uji Pendahuluan dan Orientasi Dosis
Mencit uji dikelompokkan secara acak menjadi 8 kelompok perlakuan yang terdiri dari 2 ekor mencit dan diberi perlakuan secara oral yaitu kelompok
kontrol yang diberi suspensi Na-CMC 0,5, kelompok uji dengan 5 variasi dosis perlakuan yaitu suspensi EEGM dosis 100 mgkg bb, EEGM dosis 200 mgkg bb,
EEGM dosis 250 mgkg bb, EEGM dosis 300 mgkg bb, EEGM dosis 400 mgkg bb, EEGM dosis 500 mgkg bb, dan suspensi glibenklamid dosis 0,65 mgkg bb.
Sebelum pengujian dilakukan, mencit dipuasakan tidak diberi makan tetapi tetap diberi minum selama 18 jam, lalu ditimbang berat badan mencit
masing-masing dan diberi tanda pada ekor. Kemudian masing-masing mencit diukur KGD puasa mencit menggunakan alat glucometer EasyTouch®GCU untuk
mengetahui KGD awal. Mencit diberi perlakuan kemudian setelah tiga puluh menit kemudian diberi larutan glukosa 50 dosis 3 gkg bb sebagai loading dose,
Universitas Sumatera Utara
38 lalu pada menit ke- 30, 60, 90, dan 120 diukur KGD masing-masing mencit
menggunakan alat glucometer. Berdasarkan hasil uji pendahuluan menggunakan metode toleransi glukosa
yang telah dilakukan dengan pemberian ekstrak etanol ganggang merah EEGM Kappaphycus alvarezii per oral dosis 100 mgkg bb, 200 mgkg bb, 250 mgkg bb,
300 mgkg bb, 400 mgkg bb, dan 500 mgkg bb, penurunan kadar glukosa darah sudah terlihat pada semua dosis. Pada dosis 100 mgkg bb, 200 mgkg bb, dan 400
mgkg bb menunjukkan penurunan kadar glukosa yang lebih cepat dibandingkan dengan yang lainnya. Dengan demikian, berdasarkan hasil uji pendahuluan yang
telah dilakukan maka ditetapkan dosis untuk penelitian selanjutnya digunakan dosis 100 mgkg bb, 200 mgkg bb, dan 400 mgkg bb.
4.5.2 Uji Aktivitas Antidiabetes Ekstrak Etanol Ganggang Merah EEGM dengan Metode Induksi Aloksan
Mencit uji dikelompokkan secara acak menjadi 5 kelompok perlakuan yang terdiri dari 5 ekor mencit dan diberi perlakuan secara oral yaitu kelompok
kontrol yang diberi suspensi Na-CMC 0,5, kelompok uji dengan 3 variasi dosis perlakuan yaitu suspensi EEGM dosis 100 mgkg bb, EEGM dosis 200 mgkg bb,
EEGM dosis 400 mgkg bb, dan suspensi metformin 65 mgkg bb. Sebelum pengujian dilakukan, mencit dipuasakan tidak diberi makan
tetapi tetap diberi minum selama 18 jam, lalu ditimbang berat badan mencit masing-masing dan diberi tanda pada ekor. Kemudian masing-masing mencit
diukur KGD puasa mencit menggunakan alat glucometer EasyTouch®GCU untuk mengetahui KGD awal. Hasil pengukuran KGD mencit rata-rata setelah puasa
Universitas Sumatera Utara
39 selama 18 jam, sebelum mencit diinduksi aloksan dosis 150 mgkg bb ditunjukkan
pada Tabel 4.3.
Tabel 4.3 Hasil pengukuran KGD puasa mencit rata-rata sebelum diinduksi
aloksan 150 mgkg bb Kel.
Kelompok Perlakuan Rata-rata KGD puasa mgdL ± SEM
1. Na-CMC 0,5
99,4 ± 5,05 2.
EEGM 100 mgkg bb 83,2 ± 6,32
3. EEGM 200 mgkg bb
95,2 ± 5,17 4.
EEGM 400 mgkg bb 88,2 ± 3,92
5. Metformin 65 mgkg bb
88,4 ± 6,77 Hasil tes homogenitas diperoleh nilai signifikan 0,619
pada α = 0,05 yang menunjukkan tidak terdapat perbedaan yang signifikan di antara kelompok
kontrol, kelompok uji dan kelompok pembanding. Hal ini menunjukkan bahwa hewan coba yang digunakan dalam kondisi fisiologis yang homogen, yakni dalam
kadar glukosa darah normal sehingga dapat digunakan sebagai hewan uji. Mencit diinduksi dengan aloksan dosis 150 mgkg bb secara
intraperitoneal, diamati tingkah laku dan bobot badan, serta diukur KGD pada hari ke-3 hingga hari berikutnya sampai menunjukkan kenaikan KGD dan mencit
mulai dapat digunakan dalam pengujian. Mencit ya ng telah memiliki KGD ≥ 200
mgdL disebut mencit diabetes. Hasil rata-rata dari peningkatan KGD ditunjukkan pada Tabel 4.4
Tabel 4.4 Hasil pengukuran KGD mencit rata-rata setelah diinduksi aloksan
dosis 150 mgkg bb Kel.
Kelompok Perlakuan Rata-rata KGD diabetes mgdL ± SEM
1. Na-CMC 0,5
551,0 ± 24,29 2.
EEGM 100 mgkg bb 395,0 ± 24,42
3. EEGM 200 mgkg bb
510,8 ± 37,89 4.
EEGM 400 mgkg bb 513,0 ± 35,39
5. Metformin 65 mgkg bb
513,0 ± 35,39 Berdasarkan Tabel 4.4 terlihat bahwa pemberian aloksan dosis 150 mgkg
bb untuk semua hewan percobaan menghasilkan kadar glukosa darah ≥ 200
Universitas Sumatera Utara
40 mgdL. Hal ini menunjukkan bahwa mencit yang digunakan untuk percobaan
dalam keadaan hiperglikemia. Hasil tes homogenitas diperoleh p = 0,387 pada α = 0,05 yang menunjukkan tidak terdapat perbedaan yang signifikan di antara
kelompok kontrol, kelompok uji, dan kelompok pembanding. Hal ini menunjukkan bahwa hewan coba yang digunakan dalam kondisi fisiologis yang
homogen, yakni mencit sudah dalam kondisi diabetes sehingga dapat digunakan sebagai hewan uji. Pemberian perlakuan dimulai setelah mencit positif diabetes
hari ke-1, setiap hari diberi sediaan uji selama 2 minggu, dan dilakukan pen gukuran KGD pada hari ke-3, 6, 9, 12, dan 15.
Data KGD mgdL pada masing-masing mencit pada semua kelompok perlakuan dilakukan perhitungan persen penurunan KGD antar individu,
kemudian dianalisis secara statistik menggunakan ANOVA lalu dilanjutkan uji Post Hoc Tukey HSD untuk melihat perbedaan nyata antar perlakuan. Hasil
persentase penurunan KGD rata-rata mencit setelah perlakuan mulai terlihat pada hari ke-3. Hasil pengukuran penurunan KGD hari ke-3 dapat dilihat pada Tabel
4.5.
Tabel 4.5 Hasil persentase penurunan KGD rata-rata mencit hari ke-3 setelah
perlakuan
Kelompok Uji penurunan KGD rata-rata setelah perlakuan
mgdL ± SEM hari ke-3
p Kontrol Na-CMC 0,5
5,98 ± 1,90 -
0,007 EEGM 100 mgkg bb
16,79 ± 4,68 0,102
0,712 EEGM 200 mgkg bb
12,57 ± 1,01 0,512
0,187 EEGM 400 mgkg bb
11,24 ± 3,12 0,706
0,104 Metformin 65 mgkg bb
22,02 ± 2,45 0,007
-
Universitas Sumatera Utara
41 Keterangan :
berbeda signifikan dengan kelompok kontrol Na-CMC berbeda signifikan dengan kelompok pembanding metformin
Berdasarkan Tabel 4.5 dapat dilihat bahwa seluruh kelompok pemberian induksi aloksan mengalami penurunan KGD. Hasil penurunan yang didapat dari
semua kelompok mencit yang diberi perlakuan EEGM dosis 100 mgkg bb, 200 mgkg bb, dan 400 mgkg bb sudah menunjukkan penurunan KGD pada hari ke-3
namun belum menunjukkan efek perbedaan yang nyata menurut statistik jika dibandingkan dengan kelompok Na-CMC dan Metformin. Tetapi kelompok
pembanding Metformin menunjukkan efek perbedaan yang nyata menurut statistik jika dibandingkan dengan kelompok Na-CMC.
Pada hari ke-6 terjadi penurunan KGD dari kelompok yang diberikan EEGM dosis 100 mgkg bb, 200 mgkg bb, dan 400 mgkg bb dan metformin
dosis 65 mgkg bb. Hasil pengukuran penurunan KGD hari ke-6 dapat dilihat pada Tabel 4.6.
Tabel 4.6 Hasil persentase penurunan KGD rata-rata mencit hari ke-6 setelah
perlakuan
Kelompok Uji penurunan KGD rata-rata setelah perlakuan
mgdL ± SEM hari ke-6
p Kontrol Na-CMC 0,5
12,09 ± 2,26 -
0,000 EEGM 100 mgkg bb
29,55 ± 7,41 0,046
0,111 EEGM 200 mgkg bb
26,05 ± 2,02 0,149
0,033 EEGM 400 mgkg bb
31,24 ± 3,71 0,025
0,188 Metformin 65 mgkg bb
44,43 ± 2,18 0,000
- Keterangan :
berbeda signifikan dengan kelompok kontrol Na-CMC berbeda signifikan dengan kelompok pembanding metformin
Universitas Sumatera Utara
42 Berdasarkan Tabel 4.6 persentase penurunan rata-rata setiap kelompok
pemberian EEGM dosis dosis 100 mgkg bb, 200 mgkg bb, dan 400 mgkg bb, serta metformin 65 mgkg bb mengalami peningkatan dibandingkan pada hari ke-
3. Pemberian EEGM dosis 100 mgkg bb, 400 mgkg bb, dan Metformin memiliki nilai signifikan 0,05 jika dibandingkan dengan kelompok hewan coba yang
diberikan Na-CMC. Hal ini menunjukkan bahwa pemberian EEGM dosis 100 mgkg bb, 400 mgkg bb, dan metformin memberikan efek berbeda nyata menurut
statistik jika dibandingkan dengan kelompok kontrol Na-CMC. Sedangkan kelompok pemberian EEGM dosis 200 mgkg bb belum menunjukkan efek
berbeda yang nyata menurut statistik jika dibandingkan dengan kelompok kontrol Na-CMC. Pemberian EEGM dosis 100 mgkg bb dan 400 mgkg bb memiliki
nilai signifikan 0,05 jika dibandingkan dengan kelompok pembanding metformin. Hal ini menyatakan bahwa pemberian EEGM dosis 100 mgkg bb dan
400 mgkg bb belum memberikan efek berbeda nyata menurut statistik jika dibandingkan dengan kelompok pembanding metformin. Sedangkan pemberian
EEGM dosis 200 mgkg bb memberikan efek penurunan KGD yang sama seperti kontrol Na-CMC menurut statistik dengan memiliki nilai signifikan 0,05 yang
berarti tidak terdapat perbedaan yang nyata dengan kontrol Na-CMC. Pada hari ke-9 terjadi peningkatan penurunan KGD mencit bila
dibandingkan dengan KGD hari ke-6 pada kelompok pemberian EEGM dosis 100 mgkg bb, 200 mgkg bb, 400 mgkg bb dan metformin 65 mgkg bb. Hasil
penurunan KGD dapat dilihat pada Tabel 4.7.
Universitas Sumatera Utara
43
Tabel 4.7 Hasil persentase penurunan KGD rata-rata mencit hari ke-9 setelah
perlakuan
Kelompok Uji penurunan KGD rata-rata setelah perlakuan
mgdL ± SEM hari ke-9
p Kontrol Na-CMC 0,5
19,73 ± 2,24 -
0,000 EEGM 100 mgkg bb
45,72 ± 5,82 0,000
0,009 EEGM 200 mgkg bb
38,84 ± 1,29 0,008
0,000 EEGM 400 mgkg bb
45,86 ± 4,17 0,000
0,009 Metformin 65 mgkg bb
64,69 ± 2,11 0,000
- Keterangan :
berbeda signifikan dengan kelompok kontrol Na-CMC berbeda signifikan dengan kelompok pembanding metformin
Pada tabel 4.7 dapat dilihat bahwa pada hari ke-9 terjadi penurunan KGD pada kelompok yang diberikan Na-CMC, tapi penurunan yang terjadi hanya
sedikit 19,73. Sedangkan untuk kelompok hewan percobaan yang diberikan EEGM dosis 200 mgkg bb terjadi penurunan sebesar 38,84 lebih kecil
dibandingkan penurunan KGD pada kelompok hewan coba yang diberi EEGM dosis 100 mgkg bb, 400 mgkg bb dan metformin yaitu 45,72, 45,86, dan
64,69. Sedangkan untuk kelompok pemberian EEGM dosis 100 mgkg bb dan 400 mgkg bb terjadi penurunan yang relatif sama. Berdasarkan nilai
signifikannya, terdapat perbedaan yang nyata antara kelompok pemberian EEGM dosis 100 mgkg bb, 200 mgkg bb, dan EEGM dosis 400 mgkg bb serta
metformin dengan kelompok hewan coba yang diberi Na-CMC. Apabila dibandingkan dengan kelompok metformin 65 mgkg bb hewan coba yang
diberikan EEGM dosis 100 mgkg bb, 200 mgkg bb, dan 400 mgkg bb terdapat perbedaan yang nyata.
Universitas Sumatera Utara
44 Pada hari ke-12 juga terjadi peningkatan penurunan KGD pada seluruh
kelompok perlakuan jika dibandingkan pada hari ke-9. Data persentase penurunan KGD mencit perlakuan hari ke-12 dapat dilihat pada Tabel 4.8.
Tabel 4.8 Hasil persentase penurunan KGD rata-rata mencit hari ke-12 setelah
perlakuan
Kelompok Uji penurunan KGD rata-rata setelah perlakuan
mgdL ± SEM hari ke-12
p Kontrol Na-CMC 0,5
27,29 ± 2,96 -
0,000 EEGM 100 mgkg bb
64,25 ± 2,63 0,000
0,094 EEGM 200 mgkg bb
56,24 ± 1,88 0,000
0,001 EEGM 400 mgkg bb
65,25 ± 3,28 0,000
0,160 Metformin 65 mgkg bb
73,66 ± 1,03 0,000
- Keterangan :
berbeda signifikan dengan kelompok kontrol Na-CMC berbeda signifikan dengan kelompok pembanding metformin
Berdasarkan Tabel 4.8 kelompok hewan coba yang diberikan EEGM dosis 100 mgkg bb, 200 mgkg bb, 400 mgkg bb dan metformin 65 mgkg bb
mempunyai nilai signifikan 0,05 jika dibandingkan dengan kelompok hewan coba yang diberikan Na-CMC. Hal ini menyatakan bahwa persen penurunan KGD
pada kelompok perlakuan yang diberikan EEGM dosis 100 mgkg bb, 200 mgkg bb, 400 mgkg bb, dan metformin 65 mgkg bb berbeda nyata jika dibandingkan
dengan kelompok Na-CMC. Kelompok hewan coba yang diberikan Na-CMC juga mengalami penurunan KGD. Pada kelompok hewan coba yang diberikan EEGM
dosis 100 mgkg bb dan 400 mgkg bb mempunyai nilai signifikan 0,05 jika dibandingkan dengan kelompok hewan coba yang diberi metformin. Hal ini
menyatakan bahwa tidak terdapat perbedaan yang nyata antara kelompok EEGM
Universitas Sumatera Utara
45 dosis 100 mgkg bb dan 400 mgkg bb dengan kelompok metformin. Sedangkan
kelompok EEGM dosis 200 mgkg bb mempunyai nilai signifikan 0,05 jika dibandingkan dengan kelompok metformin. Hal ini menyatakan bahwa kelompok
EEGM dosis 200 mgkg bb terdapat perbedaan yang nyata jika dibandingkan dengan kelompok metformin.
Pada hari ke-15 terjadi peningkatan persentase penurunan KGD. Persentase penurunan KGD yang berturut-turut dari besar ke kecil adalah kontrol
Na-CMC, EEGM dosis 100 mgkg bb, EEGM dosis 200 mgkg bb, EEGM dosis 400 mgkg bb, dan metformin 65 mgkg bb. Data persentase penurunan KGD
pada hari ke-15 dapat dilihat pada Tabel 4.9.
Tabel 4.9 Hasil persentase penurunan KGD rata-rata mencit hari ke-15 setelah
perlakuan
Kelompok Uji penurunan KGD rata-rata setelah perlakuan
mgdL ± SEM hari ke-15
p Kontrol Na-CMC 0,5
33,78 ± 1,53 -
0,000 EEGM 100 mgkg bb
72,48 ± 1,79 0,000
0,000 EEGM 200 mgkg bb
80,20 ± 0,85 0,000
0,219 EEGM 400 mgkg bb
80,65 ± 0,87 0,000
0,321 Metformin 65 mgkg bb
84,30 ± 1,29 0,000
- Keterangan :
berbeda signifikan dengan kelompok kontrol Na-CMC berbeda signifikan dengan kelompok pembanding metformin
Berdasarkan Tabel 4.9 terdapat perbedaan yang nyata persentase penurunan KGD antara kelompok hewan coba yang diberi EEGM dosis 100
mgkg bb, 200 mgkg bb, 400 mgkg bb dan metformin 65 mgkg bb jika dibandingkan dengan kelompok hewan coba yang diberi Na-CMC. Hal ini
Universitas Sumatera Utara
46 ditunjukkan dengan nilai signifikan 0,05. Apabila dibandingkan antara
kelompok hewan coba yang diberi EEGM dosis 100 mgkg bb, 200 mgkg bb dan 400 mgkg bb dengan kelompok hewan coba yang diberi metformin 65 mgkg bb,
kelompok hewan coba yang diberi EEGM dosis 100 mgkg bb terdapat perbedaan yang nyata dengan kelompok hewan coba yang diberi metformin nilai signifikan
0,05. Sedangkan kelompok hewan coba yang diberi EEGM dosis 200 mgkg bb dan 400 mgkg bb tidak terdapat perbedaan yang nyata jika dibandingkan dengan
kelompok hewan coba yang diberi metformin dosis 65 mgkg bb. Hal ini menyatakan bahwa kerja EEGM dosis 200 mgkg bb dan dosis 400 mgkg bb
dalam menurunkan KGD mencit yang diinduksi aloksan efektifitasnya menyerupai metformin dosis 65 mgkg bb. Jika dilihat dari nilai persentase
penurunan KGD kelompok hewan coba yang diberikan metformin dosis 65 mgkg bb tetap memiliki nilai penurunan KGD yang lebih tinggi dibandingkan dengan
kelompok hewan coba yang diberikan EEGM dosis 200 mgkg bb dan
EEGM dosis 400 mgkg bb.
Berdasarkan hasil di atas dapat disimpulkan bahwa pemberian EEGM dosis 100 mgkg bb, 200 mgkg bb, dan 400 mgkg bb telah dapat menurunkan
KGD mencit yang diinduksi aloksan. Pemberian EEGM dosis 100 mgkg bb dan EEGM dosis 400 mgkg bb mengalami penurunan KGD yang tidak berbeda
signifikan pada hari ke-3, 6, 9, dan 12, namun pada hari ke-15 EEGM dosis 200 mgkg bb dan EEGM dosis 400 mgkg bb mengalami penurunan KGD yang tidak
berbeda signifikan dengan metformin. Peningkatan dosis obat seharusnya menigkatkan respon yang sebanding dengan dosis yang ditingkatkan, namun
dengan peningkatan dosis respon akhirnya menurun karena sudah tercapainya
Universitas Sumatera Utara
47 dosis yang sudah tidak dapat meningkatkan respon lagi Zastrow dan Bourne,
2001. Penurunan KGD dengan pemberian EEGM disebabkan adanya senyawa
bioaktif yang terkandung dalam EEGM yang dapat menghambat terjadinya oksidasi sel pankreas akibat induksi aloksan sehingga kerusakan lanjut dapat
diminimalkan. Ekstrak etanol ganggang merah mengandung fitosterol yang berfungsi sebagai antioksidan dan mampu menahan laju absorbsi glukosa darah
dari saluran cerna menuju pembuluh darah sehingga mampu menahan laju peningkatan kadar glukosa darah Suhartono., dkk, 2005. Data persentase
penurunan kadar glukosa darah dari hewan coba selama perlakuan dapat dilihat
pada Gambar 4.1.
Universitas Sumatera Utara
48
Gambar 4.1 Grafik Persentase Penurunan Rata-rata KGD Mencit Setelah
Perlakuan
10 20
30 40
50 60
70 80
90
Hari Ke-3 Hari Ke-6
Hari ke-9 Hari Ke-12
Hari Ke-15
P er
sent a
se P
enurun a
n K
G D
Waktu Pengamatan
kontrol Na-CMC 0,5 EEGM 100 mgkg bb
EEGM 200 mgkg bb EEGM 400 mgkg bb
Metformin 65 mgkg bb
Keterangan:
Universitas Sumatera Utara
49
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan dapat disimpulkan bahwa :
a. Golongan senyawa yang terdapat pada simplisia ganggang merah Kappaphycus
alvarezii selain karagenan adalah adanya glikosida, saponin, dan steroidtriterpenoid.
b. Karakteristik simplisia ganggang merah Kappaphycus alvarezii yang diperoleh
adalah kadar air 7,81, kadar sari larut dalam air 30,32, kadar sari larut dalam etanol 10,33, kadar abu total 18,14, dan kadar abu tidak larut dalam
asam 0,55, karakteristik yang diperoleh dapat dijadikan sebagai informasi dan acuan pada penelitian selanjutnya.
c. Ekstrak Etanol Ganggang Merah EEGM Kappaphycus alvarezii dosis 100
mgkg bb, 200 mgkg bb, dan 400 mgkg bb dapat menurunkan kadar glukosa darah mencit yang diinduksi aloksan dengan masing-masing persentase
penurunan yaitu 72,48, 80,20, dan 80,65 dan menunjukkan perbedaan signifikan terhadap Na-CMC 0,5 dengan nilai signifikan 0,000.
5.2 Saran
Disarankan peneliti selanjutnya mengevaluasi keamanan dan efikasi penggunaan ganggang merah Kappaphycus alvarezii sebagai obat antidiabetes
oral.
Universitas Sumatera Utara