Definisi Diabetes Mellitus Diabetes Mellitus DM

13 b. Pankreas Peran insulin dan glukagon penting pada metabolisme karbohidrat. Glukagon menyebabkan glikogenolisis dengan merangsang adenilsiklase, enzim yang dibutuhkan untuk mengaktifkan fosforilase. Enzim fosforilase penting untuk glikogenolisis. Bila cadangan glikogen di hepar menurun maka glukoneogenesis akan lebih aktif Suherman dan Nafrialdi, 2012.

2.4 Diabetes Mellitus DM

2.4.1 Definisi Diabetes Mellitus

Diabetes mellitus adalah suatu sindroma klinik yang ditandai oleh poliuria, polidipsia dan polifagia, disertai peningkatan kadar glukosa darah atau hiperglikemia glukosa puasa ≥ 126 mgdL atau postprandial ≥ 200 mgdL atau glukosa sewaktu ≥ 200 mgdL Suherman dan Nafrialdi, 2012. Diabetes mellitus DM merupakan suatu penyakit yang melibatkan hormon endokrin pankreas, antara lain insulin dan glukagon. Manifestasi utamanya mencakup gangguan metabolisme lipid, karbohidrat, dan protein yang pada gilirannya merangsang kondisi hiperglikemia. Kondisi hiperglikemia tersebut akan berkembang menjadi diabetes mellitus dengan berbagai macam bentuk manifestasi komplikasi Nugroho, 2006. Diabetes mellitus dibagi menjadi 2 kategori utama berdasarkan sekresi insulin endogen untuk mencegah munculnya ketoasidosis, yaitu 1 diabetes mellitus tergantung insulin IDDM = insulin dependent diabetes mellitus atau tipe I, dan 2 diabetes mellitus tidak tergantung insulin NIDDM = non-insulin dependent diabetes mellitus atau tipe II Nugroho, 2006. Universitas Sumatera Utara 14 Diabetes mellitus DM tipe I diperantarai oleh degenerasi sel Langerhans pankreas akibat inveksi virus, pemberian senyawa toksin, diabetogenik streptozotosin, aloksan, atau secara genetik wolfram sindrome yang mengakibatkan produksi insulin sangat rendah atau berhenti sama sekali. Diabetes mellitus DM tipe II disebabkan karena dua hal yaitu 1 penurunan respon jaringan perifer terhadap insulin, peristiwa tersebut dinamakan resistensi insulin, dan 2 penurunan kemampuan sel pankreas untuk mensekresi insulin sebagai respon terhadap beban glukosa Nugroho, 2006. 2.4.2 Penatalaksanaan Diabetes Mellitus Penatalaksanaan Diabetes Mellitus terdiri dari terapi nonfarmakologis dan terapi farmakologis. 1. Terapi Nonfarmakologis a. Diet Terapi diet direkomendasikan untuk semua orang DM. Guna pencapaian hasil metabolisme yang optimal dan pencegahan serta pengobatan komplikasi. Untuk DM tipe 1, fokusnya pada mengatur pemberian insulin dengan diet seimbang untuk mencapai dan mempertahankan berat badan yang sehat. Diet karbohidrat dan rendah lemak jenuh 7 dari total kalori, dengan fokus pada makanan seimbang yang dianjurkan. Sangat penting untuk pasien memahami hubungan antara asupan karbohidrat dan kontrol glukosa. Selain itu, pasien dengan DM tipe 2 memerlukan pembatasan kalori untuk penurunan berat badan. Seperti kebanyakan pasien dengan DM tipe 2 kelebihan berat badan atau obesitas, tidur dan antara-makan makanan ringan tidak diperlukan jika manajemen farmakologis sesuai Triplitt, dkk., 2008. Universitas Sumatera Utara 15 b. Aktivitas Fisik Latihan aerobik meningkatkan resistensi insulin dan dapat mengontrol gula darah pada sebagian besar individu, dan mengurangi faktor risiko kardiovaskular, berkontribusi untuk penurunan berat badan atau pemeliharaan, dan meningkatkan kesejahteraan. dinilai dengan pencitraan, sebelum mulai moderat untuk intens latihan Triplitt, dkk., 2008. Kontraksi otot dapat menyebabkan glukosa lebih banyak masuk ke dalam sel. Karenanya pasien DM sangat dianjurkan untuk melakukan olahraga secara teratur Suherman dan Nafrialdi, 2012. 2. Terapi Farmakologis a. Obat Antidiabetik Oral ADO 1. Golongan Sulfonilurea Dikenal 2 generasi sulfonilurea, generasi 1 terdiri dari tolbutamid, tolazamid, asetoheksimid dan klorpropamid, generasi 2 yang potensi hipoglikemik lebih besar adalah gliburid =glibenklamid, glipizid, gliklazid dan glimepirid. Mekanisme kerjanya merangsang sekresi insulin dari granul sel- sel Langerhans pankreas Suherman dan Nafrialdi, 2012.. 2. Meglitinid Golongan meglitinid terdiri dari repaglinid dan nateglinid yang mekanisme kerjanya sama dengan sulfonilurea tetapi struktur kimianya sangat berbeda Suherman dan Nafrialdi, 2012. 3. Biguanida Sebenarnya dikenal 3 jenis ADO dari golongan biguanida : fenformin, buformin, dan metformin, tetapi fenformin telah ditarik dari peredaran karena Universitas Sumatera Utara 16 sering menyebabkan asidosis laktat. Sekarang yang banyak digunakan adalah metformin. Mekanisme kerja biguanida sebenarnya bukan obat hipoglikemik tetapi suatu antihiperglikemik, tidak menyebabkan rangsangan sekresi insulin dan umumnya tidak menyebabkan hipoglikemia. Metformin menurunkan produksi glukosa di hepar dan meningkatkan sensitivitas jaringan otot dan adiposa terhadap insulin. Meski masih kontroversial, adanya penurunan produksi glukosa hepar, banyak data yang menunjukkan bahwa efeknya terjadi akibat penurunan glukoneogenesis Suherman dan Nafrialdi, 2012. 4. Tiazolidinedion Tiazolidinedion m erupakan agonist potent dan selektif PPAR , mengaktifkan PPAR membetuk kompleks PPAR -RXR dan terbentuklah GLUT baru. Di jaringan adiposa PPAR mengurangi keluarnya asam lemak menuju ke otot, dan karenanya dapat mengurangi resistensi insulin. Pendapat lain, aktivasi hormon adiposit dan adipokin, yang nampaknya adalah adiponektin. Senyawa ini dapat meningkatkan sensitivitas insulin melalui peningkatan AMP kinase yang merangsang transport glukosa ke sel dan meningkatkan oksidasi asam lemak Suherman dan Nafrialdi, 2012. 5. Penghambat enzim α-glikosidase Penghambat enzim α-glikosidase dapat memperlambat absorpsi polisakarida starch , dekstrin, dan disakarida di intestin. Dengan menghambat kerja enzim α- glikosidase di intestin, dapat mencegah peningkatan glukosa plasma pada orang normal dan pasien DM. Karena kerjanya tidak mempengaruhi sekresi insulin, maka tidak akan menyebabkan efek samping hipoglikemia Suherman dan Nafrialdi, 2012. Universitas Sumatera Utara 17 b. Insulin Insulin masih merupakan obat utama untuk DM tipe I dan beberapa jenis DM tipe II. Suntikan insulin dapat dilakukan dengan berbagai cara, seperti intravena, intramuskular, dan umumnya pada penggunaan jangka panjang lebih disukai pemberian subkutan SK. Preparat insulin dapat dibedakan berdasarkan lama kerjanya kerja cepat, sedang, dan panjang, dan berdasarkan spesiesnya human dan porcine. Human insulin merupakan hasil teknologi rekombinan DNA, dalam larutan yang cair lebih larut dari porcine insulin, karena adanya treonin di tempat alanin dan mempunyai ekstra gugus hidroksil. Sekarang ini sebagian besar preparat insulin berada pada pH netral sehingga lebih stabil dan dapat disimpan untuk beberapa hari pada suhu ruangan Suherman dan Nafrialdi, 2012. Dosis dan konsentrasi insulin dinyatakan dengan unit U. Satu unit insulin kira-kira sama dengan insulin yang dibutuhkan untuk menurunkan glukosa puasa 45 mgdL 2,5 mM pada kelinci. Produksi insulin pada orang normal, sehat yang kurus, antara 18-40 U per hari atau 0,2-0,5 Ukg bb per hari; dan hampir 50 disekresi pada keadaan basal, 50 yang lain karena adanya asupan makanan. Sekresi basal insulin sekitar 0,5-1 Ujam; setelah asupan glukosa oral dalam jumlah besar, sekresi meningkat menjadi 6 Ujam. Pada orang non diabetik dengan obesitas dan resisten insulin, sekresi meningkat 4x lipat atau lebih tinggi. Pada berbagai populasi pasien DM tipe I, rata-rata dosis insulin yang dibutuhkan berkisar antara 0,6-0,7 Ukg bb per hari, sedangkan pasien obesitas membutuhkan dosis lebih tinggi 2Ukg bb per hari karena adanya resistensi jaringan perifer terhadap insulin Suherman dan Nafrialdi, 2012. Universitas Sumatera Utara 18

2.5 Aloksan