103
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
A.  Kesimpulan
Berdasarkan  hasil  pembahasan  pada  bab  sebelumnya,  maka  dapat  diambil beberapa kesimpulan sebagai berikut:
1. Kesadaran  konsumen  bahwa  mereka  memiliki  hak,kewajiban  serta
perlindungan  hukum  atas  mereka  harus  diberdayakan  dengan  meningkatkan pengetahuan atas Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1999 tentang perlindungan
konsumen,  dan  juga  perlindungan  oleh  lembaga  jasa  keuangan  yang  berperan dalam  mengawasi  berjalannya  Perusahaan  Asuransi,  mengingat  faktor  utama
perlakuan  yang  semena-mena  oleh  Perusahaan  Asuransi  kepada  pemegang polis  sebagai  konsumen  adalah  kurangnya  kesadaran  serta  pengetahuan
konsumen akan hak-hak serta kewajiban mereka. 2.
Otoritas  Jasa  Keuangan  merupakan  sebuah  lembaga  yang  dirancang  untuk melakukan  pengawasan  secara  ketat  lembaga  keuangan  seperti  perbankan,
pasar modal, perusahaan pembiayaan, dana pensiun, dan asuransi. Berlakunya UU  Nomor  21  Tahun  2011  tentang  OJK  serta  Peraturan  OJK  mengatur  lebih
dalam  tentang  hak-hak  dan  kewajiban  pemegang  polis  dan  perusahaan asuransi, serta mengatur tentang sanksi yang dapat dikenakan bagi perusahaan
asuransi bila melanggar ketentuan dari OJK tersebut.
Universitas Sumatera Utara
3. Otoritas  Jasa  Keuangan  berperan  dalam  pemberian  maupun  pencabutan  izin
usaha perusahaan perasuransian  yang diatur dalam Undang-undang Nomor 40 Tahun  2014  tentang  perasuransian.  Lembaga  Otoritas  JasaKeuangan  dapat
memberikan  sanksi  administratif  apabila  dalam  kegiatan  usaha  sebuah perusahaan  asuransi  melanggar  ketentuan  dari  Pasal-pasal  yang  telah
ditetapkan oleh OJK.
B.  Saran
Berdasarkan kesimpulan yang diperoleh dalam penelitian ini, ada beberapa saran yang  diharapkan  dapat  membantu  memperbaiki  kondisi  yang  ada  pada  saat  ini,  antara
lain:
1. Sebaiknya  Perusahaan  Asuransi  maupun  pemegang  polis  menaati  kewajiban-
kewajibannya  yang  telah  ditetapkan  sebelumnya,  agar  hak-hak  kedua  pihak juga dapat dipenuhi, serta diperlukan kejelasan dari isi pasal-pasal dalam polis
sehingga  dapat  dipahami  pemegang  polis  maupun  perusahaan  asuransi,  agar tidak  terjadi  kesalahpahaman  yang  dapat  menimbulkan  sengketa,  dan
merugikan kedua belah pihak. 2.
Sebaiknya  lembaga  Otoritas  Jasa  Keuangan  sebagai  pengawas  kegiatan  jasa keuangan harus lebih independen, transparansi dan akuntabilitas, jangan hanya
berupa  peraturan  yang  ditulis  tanpa  dilaksanakan,  untuk  dapat  menunjukan bahwa  Otoritas  Jasa  Keuangan  dapat  memberikan  kinerja  yang  baik  dan
maksimal  dengan  bukti  keadaan  sektor  jasa  keuangan  yang  lebih  baik  dari sebelum terbetuknya Otoritas Jasa Keuangan.
Universitas Sumatera Utara
3. Sebaiknya diatur mengenai aspek perlindungan hukum legal protection bagi
karyawan pengawas OJK dan dituangkan ke dalam peraturan hukum, misalnya Peraturan  OJK.  Hal  ini  bertujuan  agar  ke  depannya  dalam  pelaksanaan  tugas
pengawasan,  para  OJK  lebih  percaya  diri  untuk  melakukan  tindakan  hukum. Selain  itu  juga  penting  untuk  dibentuk  suatu  peradilan  khusus  specialist
tribunal  di  lingkungan  OJK,  sebagai  bentuk  akuntabilitas  yang  bersifat ajudikatif.
Universitas Sumatera Utara
20
BAB II PENGATURAN PERLINDUNGAN HUKUM BAGI PEMEGANG POLIS
ASURANSI DI INDONESIA
A. Asuransi sebagai Bentuk Perjanjian Pengalihan Risiko