observasi yang telah dilakukan, ada beberapa skripsi yang memiliki topik sama, namun dalam hal permasalahan dan pembahasannya yang jelas berbeda dengan isi
skripsi ini yakni: 1.
Abraham N.N.Sebayang 040200129, Perlindungan hukum bagi pemegang polis dari perusahaan Asuransi jiwa yang pailit.
2. Irvan Agustyn 060200134, Aspek perlindungan hukum terhadap pemegang
polis Bancassurance produk kerjasama antara Bank dan Perusahaan Asuransi Studi kasus PT.Sun Life Financial Medan.
3. Rebekka Dosma Sinaga090200125, Sistem Koordinasi antara Bank Indonesia
dan Otoritas jasa keuangan dalam pengawasan bank setelah lahirnya Undang- undang Nomor 21 Tahun 2011 Tentang Otoritas Jasa Keuangan.
Skripsi ini asli ditulis dan diproses melalui pemikiran penulis, referensi dari peraturan-peraturan, buku-buku, kamus hukum, internet, bantuan dari pihak-
pihak yang berkompeten dalam bidangnya yang berkaitan dengan skripsi ini. Dengan demikian keaslian skripsi ini dapat dipertanggung jawabkan secara
ilmiah.
E. Tinjauan Pustaka
1. Pengertian asuransi
Asuransi ialah suatu kemauan untuk menetapkan kerugian-kerugian kecil sedikit yang sudah pasti sebagai pengganti substitusi kerugian-kerugian besar
yang belum pasti.
11
11
A. Abbas Salim, Dasar-dasar Asuransi Principles of Insurance, Jakarta: CV. Rajawali, 1989, hlm. 1.
Universitas Sumatera Utara
Unsur-unsur asuransi seperti yang terdapat pada Pasal 246 KUHD adalah:
a. perjanjian;
b. kewajiban tertanggung membayar premi;
c. kewajiban penanggung memberikan ganti kerugian atau membayar
sejumlah uang; d.
adanya peristiwa yang belum pasti terjadi. Hukum asuransi mengenal tiga asas pokok yaitu asas indemnitas, asas
kepentingan, dan asas itikad baik. a.
Asas indemnitas Kata indemnitas berasal dari bahasa latin yang berarti ganti kerugiaan.
inti asas indemnitas adalah seimbang antara kerugian yang betul-betul diderita tertanggung dengan jumlah ganti kerugiaannya.
12
Dalam hukum asuransi, asas indemnitas tersirat dalam Pasal 246 KUHD yang memberi
batasan tentang asuransi atau pertanggungan, yaitu sebagai perjanjian yang bermaksud memberikan penggantian untuk suatu kerugian, kerusakan atau
kehilangan yang mungkin diderita oleh tertanggung sebagai akibat terjadinya suatu bahaya yang pada saat ditutupnya perjanjian tidak dapat
dipastikan apakah akan terjadi atau tidak.
13
Asas ini hanya berlaku terhadap asuransi kerugian saja, tidak berlaku terhadap asuransi sejumlah uang.
b. Asas kepentingan
12
H.M.N. Poerwosutjipto, Op.Cit., hlm. 58.
13
Gunanto, Asuransi Kebakaran di Indonesia Jakarta: Tirta Pustaka, 1984, hlm. 34.
Universitas Sumatera Utara
Asas kepentingan dalam hukum asuransi diatur dalam Pasal 250 dan 268 KUHD. Pasal 250 KUHD menyebutkan: Apabila seseorang yang telah
mengadakan suatu pertanggungan untuk diri sendiri, atau apabila seseorang yang untuknya telah diadakan suatu pertanggungan, pada saat diadakannya
pertanggungan itu tidak mempunyai suatu kepentingan terhadap barang yang dipertanggungkan itu, maka si penanggung tidaklah diwajibkan
memberi ganti rugi. c.
Asas itikad baik Asas itikad baik diatur dalam Pasal 251 KUHD yang berbunyi sebagai
berikut: “Setiap keterangan yang keliru atau tidak benar, ataupun setiap tidak
memberitahukan hal-hal yang diketahui oleh si tertanggung, betapapun itikad baik ada padanya, yangdemikian sifatnya sehingga
seandainya si tertanggung telah mengetahui keadaan yang sebenarnya, perjanjian itu tidak akan ditutup dengan syarat-syarat yang sama,
mengak ibatkan batalnya pertanggungan.”
Yang dimaksud dengan itikad baik adalah kemauan baik dari setiap pihak untuk melakukan perbuatan hukum agar akibat dari kehendakperbuatan
hukum itu dapat tercapai dengan baik. 2.
Pengertian polis asuransi Menurut Pasal 1 angka 6 Peraturan Otoritas Jasa Keuangan Nomor
23POJK.052015 tentang Produk Asuransi dan Pemasaran Produk Asuransi:
Universitas Sumatera Utara
“Polis Asuransi adalah akta perjanjian asuransi atau dokumen lain yang dipersamakan dengan akta perjanjian asuransi, serta dokumen lain yang
merupakan satu kesatuan yang tidak terpisahkan dengan perjanjian asuransi, yang dibuat secara tertulis dan memuat perjanjian antara pihak
perusahaan asuransi dan pemegang polis ”.
3. Pengertian pemegang polis
Menurut Pasal 1 Angka 22 Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2014 tentang Perasuransian:
“Pemegang Polis adalah pihak yang mengikatkan diri berdasarkan perjanjian dengan perusahaan asuransi, perusahaan asuransi syariah,
perusahaan reasuransi, atau perusahaan reasuransi syariah untuk mendapatkan pelindungan atau pengelolaan atas risiko bagi dirinya,
tertanggung, atau peserta lain ”.
4. Pengertian Otoritas Jasa Keuangan
Undang- Undang Otoritas Jasa Keuangan: “Otoritas Jasa Keuangan, yang
selanjutnya disingkat dengan OJK, adalah lembaga yang independen dan bebas dari campur tangan pihak lain, yang mempunyai fungsi, tugas, dan wewenang
pengaturan, pengawasan, pemeriksaan, dan penyidikan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 6 Undang-
Undang OJK”. Undang-Undang tentang OJK ini pada dasarnya hanya mengatur
mengenai pengorganisasian dan tata pelaksanaan kegiatan keuangan dari lembaga yang memiliki kekuasaan didalam pengaturan dan pengawasan terhadap sektor
jasa keuangan. Oleh karena itu, dengan dibentuknya OJK diharapkan dapat
Universitas Sumatera Utara
mencapai mekanisme koordinasi yang lebih efektif didalam penanganan masalah- masalah yang timbul didalam sistem keuangan. Dengan demikian dapat lebih
menjamin tercapainya stabilitas sistem keuangan dan adanya pengaturan dan
pengawasan yang lebih terintegrasi.
Menurut UU Otoritas Jasa Keuangan, OJK dibentuk dengan tujuan untuk menetapkan peraturan mengenai tata cara penetapan perintah tertulis terhadap
lembaga jasa keuangan dan pihak tertentu. Perintah tertulis adalah perintah secara tertulis untuk melaksanakan atau tidak melaksanakan kegiatan tertentu guna
memenuhi ketentuan peraturan perundang-undangan di sektor jasa keuangan danatau mencegah dan mengurangi kerugian Konsumen, masyarakat, dan sektor
jasa keuangan. Perintah tertulis diberikan antara lain untuk mengganti pengurus atau pihak tertentu di Lembaga Jasa Keuangan, menghentikan, membatasi, atau
memperbaiki kegiatan usaha atau transaksi, menghentikan atau mengubah perjanjian antara Lembaga Jasa Keuangan dengan pihak lain yang diduga
merugikan konsumen, masyarakat, dan sektor jasa keuangan, serta menyampaikan informasi, dokumen, danatau laporan tertentu kepada OJK.
Perlindungan hukum terhadap konsumen yang diberikan oleh negara haruslah segera dapat diimplementasikan dalam kerangka kehidupan ekonomi.
Hal ini penting mengingat bahwa perlindungan konsumen haruslah menjadi salah satu perhatian yang utama karena berkaitan erat dengan kesehatan dan
keselamatan masyarakat sebagai konsumen.
Universitas Sumatera Utara
F. Metode Penelitian