Tinjauan Yuridis Pertanggungjawaban Agen Dalam Perjanjian Jual Beli Gas Elpiji (Studi Pada Pt.Pertamina Dan Pt.Rasita Mulia)
DAFTAR PUSTAKA A. Buku
Komariah, 2008, Hukum Perdata, UMM Press, Malang.
Soebekti, 1992, Kitab Undang-undang Hukum Perdata, cetakan XXV, PT. Pradnya Paramita, Jakarta.
M. Harahap Yahya,1982, Segi-segi Hukum Perjanjian, Alumni, Jakarta.
Widjaja Gunawan, 2003, Hapusnya Perikatan, Raja Grafindo Persada, Jakarta.
Prodjodikoro Wirjono, 1993, Asas-asas Perjanjian, Sumur, Bandung.
Mariam Darus, 2001, Kompilasi Hukum Perikatan, Citra Aditya Bakti, Bandung.
Mariam Darus,1993,KUHperdata Buku III Hukum Perikatan Dengan Penjelasan, Alumnim Bandung.
Rahman Hasanuddin, 2003, Contract Drafting, PT. Citra Aditya bakti, Bandung.
Santoso Gempur, 2005, Metedologi Penelitian Kuantitatif dan Kualitatif, Prestasi Pustaka Publisher, Jakarta.
Prodjodikoro Wiryono, 1981, Hukum Perdata Tentang Persetujuan-Persetujuan Tertentu, Penerbit Sumur, Bandung.
Chaidir Mashudi, 1995, Bab-bab Hukum Perikatan, Mandar Maju, Bandung.
Chaidir Mashudi,2001,Pengertian-Pengertian Elementer Hukum Perjanjian Perdata, Mandar Maju, Bandung.
Subekti, 1980, Pokok-Pokok Hukum Perdata, PT. Intermasa, Jakarta.
Hadikusuma Hilman,2001,Hukum Perekonomian Adat Indonesia, PT. Citra aditya Bakti, Bandung.
J. Satrio, 1995, Hukum Perikatan, Perikatan Yang Lahir Dari Perjanjian buku I, PT Citra aditya Bakti, Bandung.
(2)
XXV, PT. Pradnya Paramita, Jakarta.
Siti Nurbaiti, 2009, Hukum Pengangkutan Darat (Jalan dan Kereta Api), Penerbit Universitas Trisakti, Jakarta.
Miru Ahmad,2010,Hukum Kontrak Perancangan, Raja Grafindo Persada, Jakarta.
Simamora Rudi, 2000, Hukum Minyak dan Gas bumi, Penerbit Djambatan, Jakarta.
B. Peraturan dan Perundang-undangan Kitab Undang Undang Hukum Perdata
Kitab Undang-Undang Hukum Dagang
Undang-Undang Nomor 22 Tahun 2009 tentang Lalu Lintas Angkutan Jalan (Lembaran Negara RI Tahun 2009 No.96, Tambahan Lembaran Negara No. 5025)
Undang-undang no.8 tahun 1971 tentang perusahaan Pertambangan Minyak dan gas Bumi Negara (PERTAMINA)
C. Website
Adiatmaputra. 2014. Kenaikan Gas Elpiji 7 Maret 2014)
Pertamina, 2010. Agen Elpiji Pertamina, http:/ (diakses tanggal 20 Februari 2014)
Pertamina, 2010, Visi dan Misi Pertamina, http: tanggal 20 Februari 2014
Januardy, 2013, KPPU Nilai Kenaikan Harga Elpiji 12 KG langgar UU Migas,
Samie prasasta, 2012, Wanprestasi dalam Perjanjian Shareshareilmu,
(3)
Ade Didik Irawan, 2000, Pengantar Ilmu hukum
Maret 2014).
Pertamina, 2009, Pedoman Teknis Transportasi Elpiji dengan moda angkutan darat
Samuel Ramuka, 2012, Jenis jenis perjanjian dalam hukum pengangkutan yaitu shareilmu.wordpress.com/2012/02/05/jenis-jenis-perjanjian-yang-lazim-dipe rgunakan-dalam-praktek/, (diakses tanggal 14 Maret 2014)
D. Jurnal
Uli Sinta,2006,Pengangkutan Suatu Tinjauan Hukum Multimoda Transport Angkatan Laut, Angkutan Darat dan Angkutan Udara, USU Press, Medan. Pertamina,2009,Perjanjian Keagenan Elpiji Antara PT.Pertamina dengan PT.Rasita Mulia, Medan.
Pertamina, 2009, Perjanjian Keagenan Elpiji antara PT.Pertamina (Persero) dengan PT. Rasita Mulia No. SPJ-091/f11100/2012-S3, Medan.
Pertamina, Perjanjian Keagenan Elpiji antara PT.Pertamina (Persero) dengan PT. Rasita Mulia No. SPJ-091/f11100/2012-S3, Medan, 2009.
E. Hasil Wawancara
Hasil wawancara, Staf operasi dan pemasaran PT.Rasita Mulia, Marthin, Sabtu 15 Februari 2014
Hasil wawancara dengan Bapak Yudi Yanurwinda sebagai LPG & Gas Product Reg I Manager PT.Pertamina, 15 Februari 2014.
(4)
PERJANJIAN JUAL BELI GAS ELPIJI ANTARA PT.PERTAMINA
DENGAN PT.RASITA MULIA
A. Keabsahan Perjanjian Kerjasama
Sebagai badan usaha yang didirikan melalui Akta Pendirian Perseroan
Terbatas nomor 23 diperbuat di hadapan Notaris Jantoni Tarigan, Sarjana Hukum,
Magister Kenotariatan, di Kabanjahe dan telah mendapatkan pengesahan dari
Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia, maka dengan demikian PT. Rasita
Mulia secara sempurna dapat digolongkan sebagai Badan Hukum, yakni sebagai
pembawa atau penyandang hak dan kewajiban dalam hubungan hukum.
Pada dasarnya ketika PT. Rasita Mulia didirikan sebagai badan usaha,
pada saat yang sama telah terpenuhi dengan serta merta syarat mengenai
kecakapan hukum sebagai subyek perjanjian. Sehingga dengan demikian ketika
PT.Rasita Mulia membuat perjanjian jual beli bahan bakar gas elpiji, maka selaku
subyek hukum harus mampu untuk menempatkan dirinya pada keadaan yang
dapat dinyatakan wenang secara hukum, yakni dengan tunduk kepada ketentuan
perundang-undangan tentang perniagaan bahan bakar gas elpiji dengan memenuhi
segala sesuatu yang menjadi persyaratannya yang diberikan oleh PT.Pertamina.
PT. Pertamina mengajak masyarakat untuk berpartisipasi membangun
bangsa dengan menjadi pengusaha agen Elpiji Pertamina melalui pengembangan
(5)
telah mendukung program konversi pemerintah dan mendukung peningkatan
kesejahteraan masyarakat.41
Dengan jaringan mencapai ribuan unit yang tersebar di seluruh Indonesia,
keagenan Elpiji Pertamina merupakan kebanggaan bangsa Indonesia dalam
memberikan kenyamanan dan kemudahan bagi masyarakat untuk memenuhi
kebutuhan energi sehari-hari.
Agen elpiji merupakan badan usaha yang berbadan hukum (PT/Koperasi).
Saat ini terdapat lebih dari 1500 agen elpiji yang tersebar di seluruh Indonesia.
Agen elpiji membeli Elpiji secara cash kepada Pertamina, dengan lokasi
pengambilan berada di LPG FP Pertamina atau SPBBE.
PT. Rasita Mulia merupakan salah satu agen elpiji di Tanah Karo.
Perusahaan ini telah mendapat sertifikat resmi dari Pertamina sebagai Agen Elpiji
dengan Nomor Induk Agen Pertamina (NIAP) : 2.1.2.732120 yang dapat
mendistribusikan Elpiji tersebut kepada masyarakat di Tanah Karo.42
Dalam perjanjian keagenan PT.Pertamina dan PT.Rasita Mulia
menerangkan bahwa:43
1. Bahwa PT.Rasita Mulia menyatakan mempunyai kemampuan untuk ditunjuk
sebagai Agen Elpiji oleh PT.Rasita Mulia
2. Bahwa PT.Rasita Mulia bermaksud menunjuk PT.Rasita Mulia sebagai Agen
Elpiji, dan PT.Rasita Mulia sepakat untuk menjadi Agen Elpiji sesuai dengan
ketentuan-ketentuan yang telah di sepakati
41
Diakses dari, angkutan darat, jam 21.00
(6)
3. Berdasarkan hal-hal tersebut diatas, kedua belah pihak setuju untuk membuat
perjanjian dengan ketentuan dan syarat-syarat yang telah di sepakati.
Setelah adanya perjanjian kerjasama antara PT.Rasita Mulia dan
PT.Pertamina maka kedua belah pihak harus memenuhi hak dan kewajiban yang
telah disepakati bersama sesuai dengan undang-undang yang berlaku. Berikut ini
merupakan persyaratan yang harus dipenuhi oleh PT. Rasita Mulia untuk
memenuhi hak dan kewajiban yang telah disepakati :
Persyaratan menjadi Agen Elpiji (PT. Rasita Mulia)
1. Minimal Order 500pcs, bisa dicampur macam-macam tipe maksimal 3 tipe
2. Masa berlaku ke Agenan 2 bulan sejak tanggal order. Jika dalam 2 bulan tidak
melakukan order, maka agen kami anggap mengundurkan diri.
3. Tidak menjual produk pengaman gas elpiji yang lain.
4. Bersedia melayani konsumen yang berada diwilayahnya.
Dengan adanya kesepakatan perjanjian kerjasama maka PT.Rasita Mulia
dan PT.Pertamina akan melakukan Perjanjian Jual beli Gas Elpiji. Perjanjian jual
beli tersebut dilakukan secara online payment Banking System (OPBS) melalui
Formulir Setoran Pembayaran Produk Pertamina.
B. Deskripsi PT.Rasita Mulia
PT.Rasita Mulia adalah Perusahaan yang didirikan berdasarkan Akta
Nomor. 04 tanggal 10 Februari 2004 yang dibuat dihadapan Jantoni Tarigan SH,
Notaris di Kabanjahe, yang telah mendapatkan pengesahan dari Menteri Hukum
(7)
Ginting No.33 Kabanjahe, dengan demikian bertindak untuk dan atas nama
Perusahaan tersebut di atas.44
PT.Rasita Mulia bergerak dalam bidang pendistribusian elpiji khususnya
elpiji kemasan 12 kg. Perusahaan ini berdiri sejak tanggal 23 Desember 2004
beralamat di Jalan Jamin Ginting No.33 Kabanjahe, Kabupaten Karo, Sumatera
Utara. No.telepon (0628) 21779.
Pada tanggal 12 November 2009, Pertamina sebagai perusahaan Negara
yang menangani Minyak dan Gas telah memberikan Izin sebagai Agen Resmi gas
elpiji dengan Nomor Induk Agen Pertamina (NIAP) : 2.1.2.732120
Sejak berdiri PT.Rasita Mulia telah memiliki pangsa pasar yang cukup
besar. Perusahaan ini selalu berusaha meningkatkan pelayanan kepada para
customer, karena berkat customer perusahaan ini menjadi semakin maju dan
berkembang. Berat isi elpiji yang dijual dijamin sesuai dengan ketentuan karena
diambil langsung dari SPBBE resmi Pertamina. Perusahaan ini berperan
mendistribusikan elpiji kepada masyarakat maupun perusahaan yang
menggunakan elpiji sebagai bahan bakar untuk proses produksinya.
PT.Rasita Mulia dilengkapi oleh armada pengangkutan yang telah lolos uji
standart demi memenuhi kebutuhan dari pelanggan. Dapat dipastikan bahwa
armada angkutan yang dimiliki dapat diandalkan untuk pick up and delivery. Hal
ini menjadi komitmen perusahaan untuk pemenuhan kebutuhan mitra peusahaan
antara lain: pedagang retail, AMP, Panglong, minimarket, hotel, pabrik, industri
44
(8)
rumah tangga, restaurant, rumah sakit, dan banyak lagi perusahaan industri yang
menggunakan elpiji sebagai bahan bakar utamanya.45
Perusahaan ini juga menyediakan lingkugan kerja yang aman dan efektif
untuk staff karena perusahaan menyadari bahwa dedikasi dari para staff adalah
kontributor yang utama untuk mendukung keberhasilan perusahaan.
C. Hak dan Kewajiban Para Pihak Dalam Perjanjian Kerjasama
Akibat hukum suatu kontrak/perjanjian pada dasarnya lahir dari adanya
hubungan hukum dari suatu perikatan, yaitu dalam bentuk hak dan kewajiban.
Pemenuhan hak dan kewajiban inilah yang merupakan salah satu bentuk dari pada
akibat hukum suatu kontrak/perjanjian. Kemudian hak dan kewajiban ini tidak
lain adalah hubungan timbal balik dari para pihak, maksudnya adalah kewajiban
di pihak pertama merupakan hak di pihak kedua, begitu pun sebaliknya,
kewajiban dipihak kedua merupakan hak bagi pihak pertama. Dengan demikian
akibat hukum di sini tidak lain adalah pelaksanaan dari pada suatu
kontrak/perjanjian itu sendiri.
Hak adalah wewenang yang diberikan hukum objektif kepada subjek
hukum untuk melakukan segala sesuatu yang dikehendakinya sepanjang tidak
bertentangan dengan peraturan perundangan.46
Sedangkan yang dimaksud dengan kewajiban adalah beban yang diberikan
oleh hukum kepada subjek hukum.47
45
Hasil wawancara, Staf operasi dan pemasaran PT.Rasita Mulia, Marthin, Sabtu 15 Februari 2014.
(9)
Prestasi merupakan kewajiban yang harus dipenuhi para pihak dalam
suatu kontrak. Prestasi pokok tersebut dapat berwujud: benda, tenaga atau
keahlian, tidak berbuat sesuatu.48
Sehubungan dengan kewajiban pihak-pihak sebagaimana disebutkan
defenisi perjanjian suatu peristiwa dimana seorang berjanji kepada seorang lain,
atau dimana dua orang saling berjanji untuk melaksanakan sesuatu. Dalam
perjanjian hal yang harus dilakukan (kewajiban) itu dinamakan prestasi.
Sebagaimana disebut dalam Pasal 1234
KUHPerdata prestasi terbagi kepada tiga macam: menyerahkan sesuatu, berbuat
sesuatu dan tidak berbuat sesuatu.
Dalam perjanjian kerjasama PT.Pertamina dengan PT.Rasita Mulia telah
mengatur mengenai hak dan kewajiban para pihak sebagimana ditentukan dalam
pasal 7 Perjanjian Keagenan Elpiji No. SPJ-091/F11100/2012-S3, disebutkan
bahwa:49
Hak Agen Elpiji (PT.Rasita Mulia) :
1. Mendapatkan harga lebih murah daripada harga eceran
2. Melayani konsumen kami sesuai dengan agen tersebut
3. Satu kota satu agen, jadi tidak ada agen lain didaerah tersebut.
Kewajiban Agen Elpiji (PT.Rasita Mulia) :
1. Menyerahkan tabung kosong yang akan diisi Elpiji di Supply Point, dan
mengangkut Tabung tersebut yang telah diisi elpiji atas beban dan tanggung
jawab Agen elpiji;
(10)
2. Melaksanakan penyerahan Tabung isi Elpiji kepada konsumen dan
mengumpulkan/mengambil kembali Tabung tersebut dengan sebaik-baiknya.
Semua biaya yang timbul sehubungan dengan penyerahan, pengumpulan dan
penyerahan tabung tersebut menjadi beban dan tanggung jawab Agen elpiji;
3. Melayani konsumen dengan baik dan sopan;
4. Menjaga dan bertanggung jawab terhadap keutuhan tabung Elpiji beserta
peralatan/perlengkapan yang diserahkan oleh PT.Rasita Mulia;
5. Bekerjasama secara baik dengan PT.Pertamina untuk kelancaran penyaluran
dan distribusi Elpiji untuk memenuhi kebutuhan masyarakat;
6. Aktif dan bertanggung jawab dalam pengusahaan dan pelayanan kepada
konsumen dan menjaga kelancaran penyaluran Elpiji kepada konsumen serta
wajib menjaga citra PT.Pertamina terhadap masyarakat dengan menjamin
pelayanan yang memuaskan dan optimal bagi para konsumen;
7. Memenuhi, memperhatikan, melaksanakan ketentuan, dan mematuhi
sanksi-sanksi Keagenan Elpiji yang telah ditetapkan oleh PT.Rasita Mulia50
8. Memiliki Karyawan yang cukup, terampil dan memperhatikan syarat-syarat
keselamatan serta membina karyawannya dengan baik.
9. Bersama dengan karyawannya ikut memberikan penjelasan, penyuluhan
mengenai Elpiji serta menanamkan kesadaran safety kepada konsumen;
10.Melengkapi karyawannya dengan Identity Card, pakaian seragam, dengan
mencantumkan secara jelas nama Agen, logo Elpiji, dan nama petugas yang
(11)
11.Mempunyai pemodalan/dana yang cukup untuk mengusahakan Agen Elpiji
yang dibuktikan:51
(i) apabila modal mandiri, dengan Surat Referensi Bank
(ii) apabila modal pinjaman, dengan Surat pernyataan dukungan dari
Lembaga Keuangan/Bank Nasional
(iii) dengan melampirkan surat pernyataan tentang sumber dana dari
PT.Rasita Mulia
12.Memiliki perijinan (SIUP, SITU, HO, Ijin Lokasi, IMB, dll) sesuai
persyaratan Pemda setempat;
13.Memiliki kantor dan gudang, minimal seluaas 400 m2. Gudang digunakan
untuk menyimpan tabung kosong maupun isi, terbuat dari bahan yang tidak
mudah terbakar. Lantai gedung dibuat setinggi bak truk;
14.Memiliki APAR yang cukup, baik di gudang ataupun di truk
15.Memiliki gas detector;
16.Memiliki kendaraan untuk mengangkut Elpiji, minimal 2:1 unit truk dan 1
unit pick up (warna dan spesifikasi sesuai dengan ketentuan yang ditetapkan
PT,Pertamina dan mengangkut tabung Elpiiji sesuai pedoman-pedoman
keselamatan yang ditentukan oleh PT.Pertamina;52 17.Memiliki alat timbangan yang sudah ditera Metrologi;
18.Memasang Papan nama perusahaan;
(12)
20.Menyediakan alat-alat pencegah kebakaran sesuai dengan instansi yang
berwenang;
21.Menyediakan dan memasang plastic wrap yang mempunyai identitas, alamat
dan telepon PT.Rasita Mulia pada tabung Elpiji yang dipasarkan
22.Memasang tanda-tanda bahaya ditempat penimbunan Tabung isi Elpiji
maupun penimbunan Tabung kosong; dan
23.Melakukan pemeliharaan atas sarana-sarana yang ada dengan baik sehingga
terjamin kelancaran dan kehandalan operasi.
Hak PT.Pertamina:53
1.Berhak memantau dan memberi petunjuk kepada PT.Rasita Mulia sehubugan
dengan Perjanjian ini, termasuk tata kerja dan administrasi, yang meliputi
administrasi penjualan Tabung dan Elpiji
2.Berhak memeriksa baik secara teknis terhadap perlengkapan dan peralatan yang
dipergunakan dan/atau secara administratif untuk kelancaran pelayanan Elpiji
3.Berhak menolak untuk mengisi tabung yang diserahkan oleh Agen elpiji
apabila menurut pertimbangan dan penilaian PT.Rasita Mulia tabung tersebut
bukan tabung Elpiji PT.Rasita Mulia
Kewajiban PT.Pertamina:54
1.Memberi Petunjuk dalam penggunaan, pengangkutan, sistem administrasi serta
penggunaan elpiji dan jaminan keselamatan kerja.
(13)
2.Memberikan Tabung Gas Elpiji yang sesuai dengan alat ukur yang sesuai
dengan Ketentuan Dinas Metrologi.
3.Memberikan Pelayanan yang baik kepada Konsumen dan Agen elpiji
D. Wanprestasi Dalam Perjanjian Kerjasama Dan Akibat Hukumnya
Wanprestasi dapat diartikan sebagai tidak terlaksananya prestasi karena
kesalahan debitur baik karena kesengajaan atau kelalaian55
Tidak terpenuhinya kewajiban itu ada dua kemungkinan alasan, yaitu:
1.Karena kesalahan debitur, baik karena sengaja atau kelalaian
2.Karena keadaan memaksa (force majeur), jadi diluar kemampuan debitur,
debitur tidak bersalah.
Wanprestasi adalah keadaan dimana seseorang telah lalai untuk memenuhi
kewajiban yang diharuskan oleh undang-undang. Jadi wanprestasi merupakan
akibat daripada tidak dipenuhinya perikatan hukum. Jika tidak ditentukan lain
daripada isi kontrak tersebut, maka seseorang/debetur harus segera memenuhi
prestasi.56
Wanprestasi dan Akibat hukum kepada Agen Elpiji :57
55
Diakses dari Samie prasasta, Shareshareilmu,
Jenis Sanksi Keterangan
(14)
Catatan:58
Jenis Pelanggaran Akibat Hukum Keterangan
JAMINAN MUTU
1.Tidak tepat isi: untuk tabung 12 Kg, berat isi 12 Kg B, D Mengacu pada Ketentuan Dinas Metrologi
2. Tidak menjaga mutu Elpiji B, D -
3.Menjual tabung Elpiji tanpa dilengkapi plastic wrap (nama agen dan no. Telepon harus terbaca)
A, B, C, D Diberikan waktu selama 1 (satu) bulan sejak dikeluarkannya Surat peringatan untuk memperbaiki,melengkapi,menyesuaikan/menyeragamk an bentuk standart plastic wrap pada tabung Elpiji tersebut
4.Menjual tabung Elpiji tanpa dilengkapi dengan accessories seperti: Tutup pengaman tabung (security seal cap) untuk berat tabung Elpiji
A, B, C, D Diberikan batas waktu selama 2 (dua) minggu sejak dikeluarkannya Surat Peringatan untuk melengkapi accessories.
PEMASARAN ELPIJI DAN HARGA:59
1.Menjual Elpiji di luar batas daerah pemasaran yang telah ditetapkan baginya, terkecuali terlebih dahulu
mendapat ijin tertulis dari PT.Pertamina B, D -
2.Menjual PNBP tabung dan isi Elpiji langsung kepada pihak lain
B, D -
3.Menambah atau mengurangi harga jual Elpiji ke konsumen, selain harga yang sudah ditetapkan oleh
PT.Pertamina A, B, C, D
Diberikan batas waktu selama 1 (satu) minggu sejak dikeluarkannya surat peringatan untuk memperbaiki
FASILITAS :
1.Tidak memiliki timbangan yang sesuai dengan toleransi Metrologi dan atau telah ditera terlebih dahulu oleh Metrologi
A, B, C, D Diberikan batas waktu selama 2 (dua) minggu sejak dikeluarkannya surat Peringatan untuk memiliki timbangan yang sesuai dengan toleransi Metrologi dan atau telah didera terlebih dahulu oleh Metrologi
B Skorsing suplai selama 2 minggu
C Skorsing suplai selama 1 bulan
(15)
2.Timbangan belum ditera ulang/belum mendapatkan surat bebas tera dari metrologi
A, B, C, D Diberikan batas waktu selama 2 (dua) minggu sejak dikeluarkannya Surat Peringatan untuk menera ulang/ mendapatkan surat bebas tera dari metrologi
3.Tidak memiliki kendaraan atas nama perusahaan untuk pendistribusian Elpiji
A, B, C, D Diberikan batas waktu selama 4 (empat) bulan sejak dikeluarkannya Surat Peringatan untuk memiliki kendaraan untuk pengangkutan tabung Elpiji tersebut
4.Tidak memiliki Gudang yang layak untuk Penyimpanan tabung Elpiji sesuai standart
A,B,C/D Diberikan batas waktu selama 3 (tiga) bulan sejak dikeluarkannya Surat Peringatan untuk mempersiapkan Gudang penyimpanan Tabung Elpiji
5.Tidak memiliki fasilitas alat pemadam kebakaran A, B, C/D Diberikan batas waktu selama 2 (dua) minggu sejak dikeluarkannya surat Peringatan untuk memiliki fasilitas alat pemadam kebakaran
6. Tidak memasang papan nama di lokasi usaha A, B, C, D Diberikan batas waktu selama 2 (dua) minggu sejak dikeluarkannya surat peringatan untuk memasang papan nama di lokasi usaha
LAIN-LAIN60
1.Tidak membuat administrasi dan pelaporan A, B Diberikan batas waktu selama 2(dua) minggu sejak dikeluarkannya surat perinngatan untuk membuat dan melengkapi administrasi pelaporan
2.Membuat/menambahkan tanda/logo pada tabung Elpiji A, B Diberikan batas waktu selama 2(dua) minggu sejak dikeluarkannya surat peringatan untuk menghapus tanda/logo
3. Menjual merk lain selain produk PT.Pertamina A, B, D Diberikan batas waktu selama 2(dua) minggu sejak dikeluarkannya surat peringatan untuk tidak menjual merk lain selain produk PT.Pertamina
4. Menjual tabung lain selain tabung PT.Pertamina (tabung ilegal)
(16)
TINJAUAN YURIDIS PERTANGGUNGJAWABAN AGEN DALAM
PERJANJIAN JUAL BELI GAS ELPIIJI ANTARA PT. PERTAMINA
DENGAN PT. RASITA MULIA
A. Pengaturan Tentang Jual Beli Gas Elpiji dalam Perjanjian Kerjasama
antara PT.Pertamina dengan PT.Rasita Mulia
Berdasarkan asas konsensualisme, maka saat terjadinya perjanjian jual beli
gas elpiji adalah dilihat dari kapan terjadinya sepakat antara penjual dan pembeli.
Saat terjadinya kesepakatan tersebut tergantung bilamana pembeli menyatakan
niatnya untuk membeli membeli bahan bakar gas elpiji, dan penjual
menyanggupinya.
PT. Rasita Mulia merupakan salah satu agen elpiji di Tanah Karo.
Perusahaan ini telah mendapat sertifikat resmi dari Pertamina sebagai Agen Elpiji
dengan Nomor Induk Agen Pertamina (NIAP) : 2.1.2.732120 yang dapat
mendistribusikan Elpiji tersebut kepada masyarakat di Tanah Karo.61
Sebagaimana diamanatkan dalam pasal 3 Undang-undang No.44 Prp tahun
1960 bahwa pengusahaan pertambangan minyak dan gas bumi hanya
diselenggarakan oleh negara dan selanjutnya negara menyerahkan pelaksanaan
pengusahaan pertambangan minyak dan gas bumi tersebut kepada perusahaan
milik negara. Untuk memberikan landasan hukum yang kuat dan pasti atas
pendirian perusahaan negara maka dikeluarkanlah Undang-Undang no.8 tahun
61
(17)
1971 tentang perusahaan Pertambangan Minyak dan Gas Bumi Negara
(PERTAMINA) yang diundangkan dalam lembaran Negara No.76 tahun 1971.62 Prinsip-prinsip dasar yang diatur dalam Undang-Undang No.8 tahun 1971
adalah sebagai berikut:
(1) Pertamina didirikan untuk menjalankan pengusahaan minyak dan gas bumi yang
meliputi kegiatan ekplorasi, eksploitasi, pemurnian dan pengolahan,
pengangkutan dan penjualan dibidang-bidang lain sepanjang masih ada
hubungannnya dengan pertambangan minyak dan gas bumi;
(2) untuk maksud diatas, kepada Pertamina diberikan kuasa pertambangan atas
seluruh wilayah hukum pertambangan Indonesia, sepanjang mengenai
pertambangan minyak dan gas bumi;
(3) dengan pertimbangan tertentu, Pertamina dapat bekerja sama dengan pihak lain
dalam menjalankan pengusahaan ekplorasi dan eksploitasi pertambangan minyak
dan gas bumi dalam bentuk Kontrak Production Sharing
(4) diaturnya struktur perusahaan, permodalan, kepengurusan dan pembukuan
sedemikian rupa sehingga dapat menjamin penyelenggaran, pengusahaan
pertambangan minyak dan gas bumi sesuai dengan semangat
perundang-undangan yang berlaku
Dari uraian diatas terlihat bahwa kepada Pertamina diberikan wewenang
yang sangat luas. Itu terlihat dari wilayah kerjanya, kegiatan usahanya dan
struktur perusahaan serta keuangannya. Kewenangan yang sedemikian rupa tidak
(18)
Pasal 33 UUD 1945 yaitu memanfaatkan kekayaan alam, minyak dan gas bumi,
untuk sebesar-besarnya kemakmuran rakyat.63
Sebagaimana dijelaskan diatas bahwa pengusahaan pertambangan minyak
dan gas bumi yang dilaksanakan oleh Pertamina mencakup seluruh kegiatan dari
hulu ke hilir yang meliputi kegiatan eksplorasi, eksploitasi, pemurnian dan
pengolahan, pengangkutan dan penjualan dan belakangan berkembang sampai
dengan pengusahaan perhotelan, katering, asuransi dan beberapa kegiatan bisnis
lainnya yang sebenarnya tidak terkait langsung kegiatan perminyakan.
Perkembangan terakhir ini dimungkinkan terjadi karena adanya ketetentuan Pasal
6 ayat 2 Undang-Undang No. 8 tahun 1971 yang mengatakan: “Dengan
persetujuan Presiden dapat dilakukan perluasan bidang-bidang usaha, sepanjang
masih ada hubungannya dengan pengusahaan minyak dan gas bumi termaksud
pada ayat (1) Pasal ini, serta didasarkan pada anggaran perusahaan, rencana kerja
tahunan dan rencana investasi perusahaan”.64
Dalam perjanjian keagenan PT.Pertamina dan PT.Rasita Mulia
menerangkan bahwa:
1. Bahwa PT.Rasita Mulia menyatakan mempunyai kemampuan untuk ditunjuk
sebagai Agen Elpiji oleh PT.Rasita Mulia
2. Bahwa PT.Pertamina bermaksud menunjuk PT.Rasita Mulia sebagai Agen
Elpiji, dan PT.Rasita Mulia sepakat untuk menjadi Agen Elpiji sesuai dengan
ketentuan-ketentuan yang telah di sepakati
63
Rudi M Simamora, Op.Cit, hal. 89.
64
(19)
3. Berdasarkan hal-hal tersebut diatas, kedua belah pihak setuju untuk membuat
perjanjian dengan ketentuan dan syarat-syarat yang telah di sepakati.
Setelah adanya perjanjian kerjasama antara PT.Rasita Mulia dan
PT.Pertamina maka kedua belah pihak harus memenuhi hak dan kewajiban yang
telah disepakati bersama sesuai dengan undang-undang yang berlaku.
Perjanjian kerjasama yang telah disepakati oleh kedua belah pihak
membuat adanya hubungan hukum. Untuk menjadi Agen Elpiji baru haruslah
memenuhi persyaratan umum dalam perjanjian jual belinya, yaitu:65
1. Agen Elpiji Bersedia membayar uang jaminan terlebih dahulu minimal 50%
kepada PT.Pertamia
2. PT. Pertamina menetapkan jumlah alokasi elpiji yang akan disalurkan kepada
PT.Rasita Mulia secara bulanan yang besarnya akan disampaikan melalui surat
LGP & Gas products Region I Manager.
3. PT.Rasita Mulia memesan Elpiji dari PT.Rasita Mulia sebesar Alokasi Elpiji
Bulanan sebagaimana yang ditetapkan oleh PT.Rasita Mulia
Setelah adanya kesepakatan antar kedua belah pihak, maka PT.Rasita
Mulia dan PT.Pertamina membuat perjanjian jual beli untuk menyempurnakan
kerjasama yang telah dibina. PT.Rasita Mulia membeli Elpiji secara cash kepada
Pertamina, dengan cara pembayaran terlebih dahulu ke Bank BNI secara online.
PT.Pertamina dan Bank BNI bekerjasama dalam memaksimalkan
kapasitas perusahaan nasional dalam mendukung industri minyak dan gas.
(20)
nasional sebagai mitra dalam memberikan sumbangsih bagi sektor industri
minyak dan gas bumi.66
KPS ONJW bersama SKK Migas, telah menunjuk PT BNI (persero) Tbk
sebagai Trustee dan Agen Pembayar dimana TPAA akan menjadi perjanjian
pertama untuk proyek penjualan gas domestik di Indonesia yang menggunakan
Bank Nasional dengan skema Trust.67
Dengan adanya kerjasama ini maka perjanjian jual beli terdapat di dalam
Formulir Setoran Pembayaran Produk Pertamina, dengan cara Online Payment
Banking System (OPBS) yang terdapat di Bank BNI.68
Dengan demikian Agen Elpiji tidak terkecuali PT.Rasita Mulia harus
membayar terlebih dahulu gas elpiji yang akan dibeli dan membayar gas elpiji
tersebut secara online payment banking system (OPBS) ke Bank BNI. Dengan
adanya kerjasama ini mempermudah agen elpiji untuk melakukan proses
pembelian serta pembayaran secara online.
Pembayaran harus dilakukan satu hari sebelum pengambilan Gas Elpiji.
Jadi sudah ada perjanjian terlebih dahulu melalui Bank BNI. Setelah dilakukan
pembayaran secara online Payment Banking System maka pihak bank BNI akan
memberikan bukti setoran yang akan menjadi bukti telah terjadinya perjanjian jual
beli.
65
Pertamina, Op.Cit, hal. 3.
66
Berdasarkan wawancara dengan Bapak Yudi Yanurwinda sebagai LPG & Gas Product Reg I Manager PT.Pertamina, 15 Februari 2014.
67
Adiatmaputra,
68
(21)
Perjanjian Jual beli adalah suatu persetujuan, dengan mana pihak yang
satu mengikatkan dirinya untuk menyerahkan suatu kebendaan, dan pihak yang
lain untuk membayar harga yang telah dijanjikan.69
Berdasarkan pasal 1457 KUHPerdata, PT.Pertamina dan PT Rasita Mulia
telah mengikatkan dirinya untuk menyerahkan Gas elpiji kepada PT.Rasita Mulia,
dan PT.Rasita Mulia membayar harga yang telah dijanjikan.
Setelah dilakukannya pembayaran secara Online Payment System
Banking, maka PT.Rasita Mulia dapat mengambil gas elpiji ke SPPBE (Stasiun
Pengisian dan pengangkutan Bulk Elpiji) yang telah ditunjuk oleh
PT.Pertamina.70
Dengan prosedur diatas, PT.Rasita Mulia harus memenuhi persyaratan
transaksi pembayaran dan prosedur pengambilan gas elpiji yang telah ditentukan
oleh PT.Pertamina.
Pembayaran secara online ke Bank BNI merupakan bukti terjadinya jual
beli antara PT.Pertamina dengan PT.Rasita Mulia. Setelah adanya transaksi
pembayaran yang dilakukan oleh PT.Rasita Mulia maka perusahaan ini dapat
mengambil gas ke SPPBE yang telah ditentukan oleh PT.Pertamina dengan mobil
pengangkutan yang sudah memenuhi standarisasi kendaraan operasional dengan
warna dan spesifikasi sesuai dengan ketentuan yang ditetapkan PT.Pertamina
minimal sejumlah 1(satu) unit truck dan 1 (satu) unit pick up dan mengangkut
69
Pasal 1457 KUHPerdata
70
Hasil wawancara, Staf operasi dan pemasaran PT.Rasita Mulia, Marthin, Sabtu 15 Februari 2014
(22)
tabung Elpiji sesuai pedoman-pedoman keselamatan yang ditentukan oleh
PT.Pertamina.71
Mengacu pada Undang-Undang (UU) Nomor 22 Tahun 2001 tentang
minyak dan Gas bumi (UU Migas), penetapan harga tidak lagi tergantunga pada
pelaku usaha, dalam hal ini PT.Pertamina, tetapi pada Pemerintah.
72
Pola persaingan dan penetapan harga elpiji, sebagaimana bahan bakar
minyak dan gas lainnya tunduk pada Undang-Undang (UU) nomor 22 tahun 2001
tentang Minyak dan Gas Bumi (UU Migas), yang kemudian diubah dengan
Putusan MK Nomor 002/PUU-1/2013 tanggal 15 Desember 2004 yang
menyatakan tidak mengikat pada pasal 28 UU Migas ini.
Pasal 28 UU Migas semula menentukan bahwa: (2) harga BBM/gas bumi
diserahkan pada mekanisme persaingan usaha yang sehat dan wajar. MK dalam
putusannya menyatakan pasal ini tidak mengikat. MK kemudian menetapkan
bahwa campur tangan pemerintah kebijakan penentuan harga haruslah menjadi
kewenangan yang diutamakan untuk cabang-cabang produksi yang penting bagi
negara dan menguasai hajat hidup rakyat banyak, seperti BBM dan gas bumi ini.
Karena MK berpendapat bahwa penentuan/penetapan harga BBM tetap di tangan
pemerintah. Dalam putusan ini, MK tidak membedakan BBM dan Gas Bumi
subsidi ataupun non subsidi, sehingga putusan ini sebenarnya mencakup pula
71
Pertamina, Perjanjian Keagenan Elpiji Antara PT.Pertamina dengan PT.Rasita Mulia, Pasal 7 Hak dan kewajiban ayat (m), hal. 6.
72
Januardy, “KPPU Nilai Kenaikan Harga Elpiji 12 KG langgar UU Migas”, diaksses dari
(23)
penetapan/penentuan harga Elpiji yang menurut definisi Pasal 1 angka 2 dan 3
UU Migas merupakan bagian dari produk BBM dan gas bumi.73
Pada Pasal 28 Undang-undang (UU) nomor 22 tahun 2001 menjelaskan
bahwa:
(1) Bahan Bakar Minyak serta hasil olahan tertentu dipasarkan di dalam negeri
untuk memenuhi kebutuhan masyarakat wajib memenuhi standar dan mutu
yang ditetapkan oleh Pemerintah
(2) Harga bahan bakar minyak dan harga gas bumi diserahkan pada mekanisme
persaingan usaha yang sehat dan wajar
(3) Pelaksanaan kebijaksanaan harga sebagaimana dimaksud dalam ayat (2) tidak
mengurangi tanggung jawab sosial pemerintah terhadap golongan masyarakat
tertentu.
Dari Penjelasan diatas dan pasal 28 ini menjelaskan bahwa Pemerintah
dan PT.Pertamina bekerja sama dalam pelaksanaan kebijaksanaan penentuan
harga Gas elpiji.
Pada Pasal 6 Perjanjian Keagenan Gas Elpiji disebutkan mengenai Harga,
tata cara pembelian dan penyerahan elpiji, yaitu:74
1. Harga jual elpiji dan Tabung isi Elpiji dari PT.Pertamina kepada PT.Rasita
Mulia dan harga jual Elpiji dari PT.Rasita Mulia kepada konsumen ditetapkan
oleh Pemerintah dan PT.Pertamina, harga jual tersebut dapat diubah sesuai
keputusan Pemerintah dan PT.Pertamina
73
(24)
2. PT.Rasita Mulia harus membeli Elpiji dan tabung isi Elpiji secara langsung
dari PT.Pertamina dengan pembayaran secara tunai ke rekening PT.Pertamina
melalui Bank persepsi yang ditunjuk PT.Pertamina sebelum penyerahan Elpiji
dan/atau Tabung isi Elpiji dilakukan oleh PT.Pertamina kepada PT.Rasita
Mulia
3. PT.Rasita Mulia tidak diperbolehkan mengadakan perubahan harga jual Elpiji
yang telah ditetapkan PT.Pertamina kepada konsumen.75
4. Penyerahan Elpiji oleh PT.Pertamina kepada PT.Rasita Mulia dilakukan
dengan harga dan ketentuan-ketentuan/syarat-syarat penyerahan yang
ditetapkan oleh PT.Pertamina yang berlaku pada tanggal /saat penyerahan.
5. Apabila terjadi kenaikan harga elpiji pada saat penyerahan, maka atas
kekurangan setor harus dapat dibayarkan secara tunai oleh PT.Rasita Mulia ke
rekening PT.Pertamina melalui bank persepsi yang ditunjuk PT.Pertamina
selambat-lambatnya 10 (sepuluh) hari kerja setelah penyerahan. Keterlambatan
atas kekurangan setor tersebut akan dibebani biaya tambahan sebesar bunga
SBI pada tanggal tersebut ditambah 1,75% dikalikan jumlah hari keterlambatan
dikalikan jumlah kekurangan setor.
6. Apabila terjadi penurunan harga jual Elpiji pada saat penyerahan maka
kelebihan pembayaran dari PT.Rasita Mulia akan diperhitungkan pada
pembayaran harga Elpiji untuk penyerahan Elpiji berikutnya.76
7. a. Peralihan hak dan tanggung jawab PT.Pertamina atas Tabung, jumlah dan
75
Ibid.
76
(25)
mutu Elpiji yang diserahkan kepada PT.Rasita Mulia adalah pada saat
penyerahan diatas truck PT.Rasita Mulia di Supply Point.
b. Setelah Elpiji diserahkan dari PT.Pertamina kepada PT.Rasita Mulia maka
segala resiko kerugian dan sebagainya menjadi beban dan tanggung jawab
PT.Rasita Mulia.
8. Jumlah/berat Elpiji yang diserahkan oleh PT.Pertamina kepada PT.Rasita
Mulia, tercantum dalam hasil peerhitungan atau yang dipergunakan di Supply
Point. Hasil perhitungan tersebut adalah mutlak, final dan tidak dapat
disangkal/dibantah lagi, namun PT.Rasita Mulia berhak menyaksikan
kebenaran alat-alat pengukur yang dipergunakan PT.Pertamina dengan
memakai takaran-takaran yang berlaku dan telah ditera dengan sah serta
disetujui oleh PT.Pertamina.
B. Pelaksanaan Perjanjian Kerjasama antara PT.Pertamina dengan
PT.Rasita Mulia tentang Jual Beli Gas Elpiji
Pada dasarnya perjanjian kerjasama umumnya berawal dari adanya
perbedaan kepentingan para pihak bersangkutan. Perumusan hubungan perjanjian
kerjasama senantiasa diawali proses negoisasi yag dicoba dipertemukan melalui
adanya kesepakatan para pihak. Maka melalui perjanjian ini perbedaan dapat
diakomodir dan selanjutnya dibingkai dengan perangkat hukum, sehingga
mengikat para pihak yang bertujuan agar mekanisme hubungan perikatan dapat
bekerja secara seimbang dan terarah.
(26)
Bentuk perjanjian baku tersebut merupakan konsep yang telah dipersiapkan oleh
kantor Pusat, yang mana setiap perjanjian yang dibuat oleh perwakilan
PT.Pertamina yang ada di seluruh Indonesia memakai perjanjian baku tersebut,
tanpa ada kesempatan pihak Agen untuk mengusulkan penambahan atau
pengurangan isi/klausul dalam perjanjian tersebut.77
Perjanjian kerjasama jual beli pada PT.Pertamina dengan PT.Rasita Mulia
sudah sah dan mengikat berdasarkan Pasal 1320 KUHPerdata sebagaimana
disebutkan seperti halnya dengan perjanjian-perjanjian lain pada umumnya adalah
suatu perjanjian konsensual artinya ia sudah sah dan mengikat pada detik
tercapainya sepakat mengenai unsur-unsur pokoknya yaitu barang dan harga.78 Adanya kesepakatan, persetujuan dan tanda tangan kedua pihak dalam
perjanjian kerjasama dagang antara PT.Pertamina dengan PT.Rasita Mulia berarti
kedua belah pihak telah menyetujui isi dan maksud perjanjian dan dengan
demikian berlaku Pacta Sunt Servanda yaitu perjanjian tersebut mengikat kedua
belah pihak sebagaimana undang-undang.79
Perjanjian kerjasama dagang antara PT.Pertamina dengan PT. Rasita
Mulia di samping telah sepakat dan disetujui kedua belah pihak juga dibuat Asas Pacta Sunt Servanda ini
berhubungan dengan akibat perjanjian dan tersimpul dalam kalimat “berlaku
sebagai undang-undang bagi mereka yang membuatnya” pada akhir Pasal 1338
ayat (1) KUHPerdata. Dengan demikian, perjanjian kerjasama yang dibuat secara
sah oleh para pihak mengikat para pembuatnya sebagai undang-undang.
77
Wawancara dengan Martin, Manager PT.Rasita Mulia, pada tanggal 14 Februari 2014
78
Subekti, Op.Cit hal.40
(27)
dengan tertulis dan ditanda tangani oleh kedua belah pihak dan perjanjian ini
dibuat dengan tertulis dan ditanda tangani oleh kedua belah pihak yakni sifatnya
perjanjian dibawah tangan tidak berbentuk akta notaris. Sebagaimana hasil
wawancara penulis dengan Informan Martin Manager PT.Rasita Mulia sampai
sejauh ini perjanjian kerjasama jual beli antara PT.Pertamina dan PT.Rasita Mulia
belum pernah dilakukan dengan akta Notaris, alasannya apabila memakai jasa
Notaris akan ada penambahan biaya yang harus dikeluarkan oleh perusahaan
untuk akta.80
Dari wawancara di atas menunjukkan bahwa prosedur perjanjian kerja
sama antara PT.Pertamina dengan PT.Rasita Mulia dilaksanakan secara tertulis,
sehingga apabila suatu saat terjadi salah satu pihak mengingkari perjanjian dapat
diajukan ke Pengadilan.
Dengan demikian dengan adanya perjanjian secara tertulis, maka pihak
Pertamina dengan Pihak Rasita Mulia masing-masing dilindungi haknya. Para
pihak yang mengadakan kerja sama melakukan perjanjian tanpa adanya paksaan
dari pihak manapun juga. Keduanya secara sukarela dan penuh keyakinan, dengan
cara itu masing-masing memperoleh kepastian hukum.
Perjanjian kerjasama jual beli antara PT.Pertamina dengan PT.Rasita
Mulia telah memenuhi pasal Terjadinya jual-beli 1458 KUHPerdata81
80
Hasil wawancara, Staf operasi dan pemasaran PT.Rasita Mulia, Marthin, Sabtu 15 Februari 2014.
, yaitu:
81
(28)
1) Apabila kedua belah pihak telah sepakat mengenai harga dan barang, walaupun
barang tersebut belum diserahkan dan harganya pun belum dibayar, perjanjian
jual beli ini dianggap sudah terjadi
2) Jual beli yang memakai masa percobaan dianggap terjadi untuk sementara.
sejak disetujuinya perjanjian jual beli secara demikian, penjual terus terikat,
sedang pembeli baru terikat kalau jangka waktu percobaan itu telah lewat, dan
telah dinyatakan setuju
3) Sejak diterima uang muka dalam pembelian dengan pembayaran uang muka,
kedua belah pihak tak dapat membatalkan perjanjian jual beli itu, meskipun
pembeli membiarkan uang muka tersebut pada penjual, atau penjual
membayar kembali uang muka itu kepada pembeli.
Dengan demikian maka perjanjian antara PT.Rasita Mulia dengan
PT.Pertamina ini sah menurut hukum maka mengakibatkan kedua pihak tersebut
memiliki hubungan hukum yang mengikat satu sama lainnya. Hal in terlihat dari
perjanjian Keagenan antara PT.Pertamina dengan PT.Rasita Mulia No. SPJ-
001/F11100/2012-S3, yaitu:82
Berdasarkan ketentuan Pasal 2 Perjanjian Keagenan Elpiji tentang
Lingkup Perjanjian, yaitu:
1. PT.Pertamina menunjuk PT.Rasita Mulia, dan PT.Rasita Mulia menerima
penunjukan ini untuk menjadi Agen Elpiji.
2. Tujuan penunjukan Agen adalah untuk menyangkut, menyimpan, menyalurkan
dan memasarkan Elpiji kepada konsumen dengan memberikan pelayanan
(29)
terbaik dan menjamin mutu, kualitas dan kuantitas Elpiji di Rayon A : Kodya
Medan, Kodya Binjai, Kab.Deli Serdang, Kab.Langkat, Kab. Tanah Karo,
Kab.Dairi sesuai dengan ketentuan yang ditetapkan PT. Pertamina
3. Penunjukan PT.Rasita Mulia sebagai Agen Elpiji oleh PT.Pertamina di wilayah
pemasaran seperti tersebut pada ayat 2 Pasal ini tidak mengurangi hak
PT.Pertamina untuk dapat menunjuk/mengangkat pihak lain sebagai Agen
Elpiji lain selain PT.Rasita Mulia atau menjual langsung Elpiji kepada
industri-industri besar yang memerlukan dengan harga sesuai ketentuan PT.Pertamina
4. Untuk melaksanakan ketentuan pada Pasal 2 ayat 1 dan 2 Perjanjian ini,
PT.Rasita Mulia diwajibkan untuk memenuhi semua persyaratan dalam
perjanjian ini termasuk memiliki semua perlengkapan dan peralatan seperti
tersebut dalam Pasal 7 ayat 6 Perjanjian ini.
Berdasarkan ketentuan Pasal 3 Perjanjian Keagenan Elpiji tentang
Undang-undang, peraturan dan perijinan bahwa:83
1. Perjanjian ini diatur, diitepretasikan dan tunduk pada hukum Indonesia dan
segala penafsiran atas ketentuan-ketentuan Perjanjian ini harus didasarkan pada
peraturan perundang-undangan yang berlaku.
Dalam melaksanakan perjanjian kerjasama PT. Pertamina dan PT.Rasita Mulia
harus mematuhi segala peraturan-
2. PT.Rasita Mulia harus tunduk dan patuh kepada semua ketentuan
Perundang-undangan dan peraturan-peraturan yang dikeluarkan oleh Pemerintah baik
(30)
Perjanjian ini, antara lain mengenai pembentukan badan usaha, pendaftaran
usaha, perpajakan, keselamatan kerja, kesehatan, keamanan, kelestarian
lingkungan, pengangkutan, penyaluran dan penimbunan Elpiji dan lain-lain
3. PT.Rasita Mulia membebaskan PT.Pertamina dari segala tuntutan pihak
manapun dalam hal terjadi pelanggaran oleh PT.Rasita Mulia84
4. PT.Rasita Mulia wajib memenuhi ketentuan dan petunjuk PT.Pertamina,
khususnya yang bersangkutan dengan pengusahaan keagenan Elpiji beserta
sarana angkutannya, baik mengenai syarat-syarat keselamatan kerja, tata tertib
pelayanan, kebersihan, keamanan maupun kelancaran penyaluran Elpiji.
5. Untuk melaksanakan Perjanjian ini, PT.Rasita Mulia harus mendapatkan dan
memiliki semua surat yang diperlukan oleh dan atas nama PT.Rasita Mulia,
termasuk tapi tidak terbatas pada, perijinan (SIUP, SITU, HO, Ijin Lokasi,
IMB), sertifikat dan surat atas hak tanah/bangunan/sarana perlengkapan, surat
pemilikan dan surat-surat lainnya yang berhubungan dengan
kendaraan/fasilitas angkutan Elpiji, maupun dokumen-dokumen lainnya yang
diperlukan baik menurut hukum dan peraturan perundangan Indonesia yang
berlaku.
Didalam melaksanakan perjanjian hubungan kerjasama PT.Pertamina
dengan PT.Rasita Mulia telah mengikuti segala perjanjian secara tertulis sehingga
mengakibatkan terjalinnya hubungan yang baik antara keduanya. Kedua
perusahaan ini sangat memiliki hubungan yang erat dalam memasarkan dan
mendistribusikan gas elpiji 12 KG ke Rayon A yang telah ditentukan oleh
(31)
PT.Pertamina. Didalam pelaksanaan perjanjian kerjasama, PT.Rasita Mulia
sampai hari ini belum pernah mengingkari perjanjian yang telah di sepakati serta
pembayaran terhadap pembelian gas elpiji selalu tepat waktu sehingga jual-beli
gas elpiji selalu berjalan dengan lancar setiap hari.85
C. Batasan-batasan tanggung jawab Agen dalam perjanjian jual beli gas
elpiji
Agen resmi PT.Rasita Mulia harus tunduk dan patuh kepada semua
ketentuan perundang-undangan dan peraturan-peraturan yang dikeluarkan oleh
Pemerintah baik Pusat maupun Daerah yang berlaku dan bersangkutan dengan
pelaksanaan perjanjian yang telah disepakati.86
Agen resmi memiliki tanggung jawab yang harus dipenuhi dalam
perjanjian jual beli gas elpiji kepada PT.Pertamina. Tanggung jawab merupakan
sesuatu yang harus dilakukan agar tidak terjadi wanprestasi dalam perjanjian yang
telah disepakati.
Tanggung Jawab Agen dalam perjanjian jual beli gas elpiji:87
1. Membayar Harga elpiji dan Tabung isi Elpiji kepada PT.Pertamina, dan Harga
elpiji yang dijual kepada konsumen ditetapkan oleh PT.Pertamina, dan harga
jual tersebut dapat diubah sesuai keputusan PT.Pertamina.
85
Wawancara dengan Yudi Yanurwinda, LPG & Gas Products Reg I Manager PT.Pertamina, pada tanggal 14 Februari 2014.
86
Hasil wawancara, Staf operasi dan pemasaran PT.Rasita Mulia, Marthin, Sabtu 15 Februari 2014.
87
(32)
2. Agen harus membeli Elpiji dan tabung isi Elpiji secara langsung dari
PT.Pertamina dengan pembayaran secara tunai ke rekening PT.Pertamina
3. Agen tidak diperbolehkan mengadakan perubahan harga jual Elpiji yang telah
ditetapkan PT.Rasita Mulia kepada konsumen
4. Tanggung Jawab PT.Pertamina atas tabung, jumlah dan mutu Elpiji
diserahkan kepada PT Rasita Mulia saat penyerahan diatas truk Agen di
Supply Point.
5. Setelah Elpiji diserahkan dari PT.Pertamina kepada Agen maka segala resiko
kerugian dan sebagainya menjadi beban dan tanggung jawab Agen.
6. Agen bertanggung jawab terhadap keutuhan Tabung Elpiji beserta
peralatan/perlengkapan yang diserahkan oleh PT.Pertamina88
7. Agen bertanggung jawab dalam pengusahaan dan pelayanan kepada
konsumen dan menjaga kelancaran penyaluran Elpiji kepada konsumen serta
wajib menjaga citra PT.Pertamina terhadap masyarakat dengan menjamin
pelayanan yang memuaskan dan optimal bagi para konsumen
8. Agen bertanggung jawab dalam memamerkan/memperdagangkan/menjual
peralatan/perlengkapan Tabung Elpiji beserta pemasangannya untuk
konsumen dengan baik dan memenuhih persyaratan yang telah ditetapkan
oleh ketentuan yang berlaku, instansi yang berwenang (persyaratan dari
DEPNAKER dan instansi yang bersangkutan lainnya) dan ketentuan
(33)
BAB V PENUTUP A. Kesimpulan
1. Pengangkutan gas elpiji dilakukan oleh agen resmi Elpiji yang telah diberikan izin oleh Pertamina untuk mengangkut serta mengecerkan gas elpiji tersebut kepada masyarakat di daerah tertentu yang telah ditentukan oleh PT. Pertamina. Sebelum dilakukan pengangkutan, dipastikan tabung-tabung Elpiji sudah dalam keadaan siap kirim, yaitu memenuhi persyaratan yang telah ditentukan oleh PT.Pertamina
2. Pada dasarnya ketika PT. Rasita Mulia didirikan sebagai badan usaha, pada saat yang sama telah terpenuhi dengan serta merta syarat mengenai kecakapan hukum sebagai subyek perjanjian. Sehingga dengan demikian ketika PT.Rasita Mulia membuat perjanjian jual beli bahan bakar gas elpiji, maka selaku subyek hukum harus mampu untuk menempatkan dirinya pada keadaan yang dapat dinyatakan wenang secara hukum. Pembayaran harus dilakukan satu hari sebelum pengambilan Gas Elpiji. Jadi sudah ada perjanjian terlebih dahulu melalui Bank BNI. Setelah dilakukan pembayaran secara online Payment Banking System maka pihak bank BNI akan memberikan bukti setoran yang akan menjadi bukti telah terjadinya perjanjian jual beli. Pembayaran secara online ke Bank BNI merupakan bukti terjadinya jual beli antara PT.Pertamina dengan PT.Rasita Mulia. Setelah adanya transaksi pembayaran yang dilakukan oleh PT.Rasita Mulia maka perusahaan ini dapat mengambil gas ke SPPBE yang telah ditentukan oleh PT.Pertamina dengan mobil pengangkutan yang sudah memenuhi standarisasi kendaraan operasional dengan warna dan spesifikasi sesuai dengan ketentuan yang ditetapkan PT.Pertamina minimal sejumlah 1(satu) unit truck dan 1 (satu) unit pick up dan mengangkut tabung Elpiji sesuai pedoman-pedoman keselamatan yang ditentukan oleh PT.Pertamina
(34)
Membayar Harga elpiji dan Tabung isi Elpiji kepada PT.Pertamina, dan Harga elpiji yang dijual kepada konsumen ditetapkan oleh PT.Pertamina, dan harga jual tersebut dapat diubah sesuai keputusan PT.Pertamina.
a. Agen harus membeli Elpiji dan tabung isi Elpiji secara langsung dari PT.Pertamina dengan pembayaran secara tunai ke rekening PT.Pertamina
b. Agen tidak diperbolehkan mengadakan perubahan harga jual Elpiji yang telah ditetapkan PT.Rasita Mulia kepada konsumen
c. Tanggung Jawab PT.Pertamina atas tabung, jumlah dan mutu Elpiji diserahkan kepada PT Rasita Mulia saat penyerahan diatas truk Agen di Supply Point.
d. Setelah Elpiji diserahkan dari PT.Pertamina kepada Agen maka segala resiko kerugian dan sebagainya menjadi beban dan tanggung jawab Agen.
e. Agen bertanggung jawab terhadap keutuhan Tabung Elpiji beserta peralatan/perlengkapan yang diserahkan oleh PT.Pertamina
f. Agen bertanggung jawab dalam pengusahaan dan pelayanan kepada konsumen dan menjaga kelancaran penyaluran Elpiji kepada konsumen serta wajib menjaga citra PT.Pertamina terhadap masyarakat dengan menjamin pelayanan yang memuaskan dan optimal bagi para konsumen
g. Agen resmi elpiji bertanggung jawab dalam memamerkan serta memperdagangkan/menjual peralatan/ perlengkapan Tabung Elpiji beserta pemasangannya untuk konsumen dengan baik dan memenuhi persyaratan yang telah ditetapkan oleh ketentuan yang berlaku, instansi yang berwenang (persyaratan dari DEPNAKER dan instansi yang bersangkutan lainnya) dan ketentuan PT.Pertamina
B. Saran
1. Menghimbau kepada pemerintah dalam penyusunan hukum nasional, khususnya hukum perdata kiranya dapat mengatur dan menentukan sejauh mana suatu peraturan itu mengatur. Terutama mempertegas serta memperbaharui Undang-undang no.8 tahun 1971 tentang perusahaan Pertambangan Minyak dan gas Bumi Negara(PERTAMINA) yang
(35)
2. Menghimbau kepada pemerintah agar dalam penyusunan hukum perdata nasional yang akan datang tetap mempertahankan azas kebebasan berkontrak yang bertanggung jawab, yang mampu memelihara keseimbangan dalam kehidupan bermasyarakat untuk mencapai kesejahteraan dan kebahagiaan hidup lahir batin yang serasi, selaras, dan seimbang.
(36)
RUANG LINGKUP PERJANJIAN PENGANGKUTAN
A. Pengertian Umum Perjanjian
Suatu perjanjian dikatakan persetujuan karena kedua belah pihak setuju
untuk melakukan sesuatu hal. Persetujuan merupakan kepentingan yang pokok
dalam dunia usaha, dan menjadi dasar dari kebanyakan transaksi dagang seperti :
jual beli barang, tanah, pemberian kredit, asuransi, dan pengangkutan barang.
Hubungan hukum yang terjadi karena perjanjian ataupun hukum disebut
dengan perikatan. Kewajiban-kewajiban yang timbul dari adanya perikatan itu
dapat dipaksakan secara hukum. Suatu perjanjian yang tidak mengikat ataupun
tidak dapat dipaksakan adalah merupakan bukan perikatan, misalnya suatu
perjanjian yang tidak memenuhi syarat-syarat sahnya suatu perjanjian.
Prof. R. Wiryono Prodjodikoro, SH. Mengatakan bahwa perjanjian dan
persetujuan adalah berbeda. Dalam hal ini beliau mengatakan :14
Selanjutnya Prof. Wiryono Prodjodikoro menyimpulkan bahwa kata
perjanjian lebih tepat digunakan untuk pengertian lebih luas dari istilah “Persetujuan dalam perundang-undangan Belanda dulu dinamakan
overeenkomsten yaitu semua kata sepakat antara dua pihak atau lebih ada dua
pihak. Dan dengan adanya perjanjian tersebut menerbitkan suatu perikatan antara
dua orang yang membuatnya. Dalam bentuknya perjanjian itu berupa suatu
rangkaian perkataan yang mengandung janji-janji atau kesanggupan yang
diucapkan atau ditulis.
(37)
persetujuan. Persetujuan adalah suatu kata sepakat antara dua pihak atau leih
mengenai harta benda kekayaan mereka yang bertujuan untuk mengikat kedua
belah pihak. Sedangkan perjanjian sebagian besar bersumber pada suatu
persetujuan antara kedua belah pihak ditambah dengan sebahagian yang
bersumber pada suatu perbuatan yang tidak melanggar hukum dari salah satu
pihak yaitu perbuatan tertentu yang bersifat sepihak.
Pasal 1313 KUHPerdata menyebutkan suatu perjanjian adalah suatu
perbuatan dengan mana satu pihak atau lebih mengikatkan dirinya terhadap satu
orang atau lebih. Jikalau dihubungkan dengan pasal 1233 KUHPerdata yang
menyebutkan bahwa perikatan lahir dari perjanjian atau dari undang-undang,
maka dapat disimpulkan bahwa suatu perjanjian melahirkan satu atau beberapa
perikatan.
Buku Ketiga KUHPerdata terdiri dari bab satu mengatur tentang
perikatan-perikatan umumnya. Bab II mengatur tentang perikatan yang dilahirkan
dari kontrak atau perjanjian. Bab III mengatur tentang perikatan yang lahir dari
undang-undang. Bab IV mengatur tentang hapusnya perikatan. Bab V sampai
dengan bab XVIII mengatur tentang perjanjian khususnya atau perjanjian
bernama.
Tentang definisi perikatan hukum / verbentenis / obligatio tidak dijumpai
dalam KUHPdt. Tidak satu pasal pun yang menguraikan apa sebenarnya yang
dimaksud dengan perikatan itu.
(38)
Menurut Prof. Soebekti, SH. :
“Suatu perikatan adalah hubungan hukum antar dua orang atau dua pihak,
berdasarkan mana pihak yang satu berhak menuntut sesuatu dari pihak lain, dan
pihak lain berkewajiban untuk memenuhi tuntutan itu”. Pihak yang berhak
menuntut sesuatu dinamakan kreditur atau si berpiutang, sedangkan pihak yang
berkewajiban memenuhi tuntutan dinamakan debetur atau di berutang.”15
Menurut Mariam Darus Badrulzaman dalam buku ketiga KUHPerdata
tidak memberikan suatu rumusan perikatan. Mariam Darus Badrulzaman
berpendapat bahwa :
“Menurut ilmu pengetahuan hukum perdata, perikatan adalah hubungan yang
terjadi di antara dua orang atau lebih, yang terletak di dalam lapangan harta
kekayaan, dimana pihak yang satu berhak atas suatu prestasi dan pihak lainnya
wajib memenuhi prestasi itu”. 16
Menurut Mashudi Moch Chidir Ali:
“Definisi suatu perikatan adalah “Suatu hubungan hukum antara dua atau
lebih pihak, dalam mana pihak satu mempunyai kewajiban memenuhi sesuatu
yang menjadi hak pihak lain (beri dan tuntut prestasi). Pihak yang mempunyai
kewajiban itu dinamakan juga pihak berhutang atau debitur, sedangkan pihak
yang mempunyai hak itu disebut juga pihak penagih atau kreditur (pihak
berpiutang). Definisi persetujuan : suatu persetujuan (overeenkomst) adalah suatu
(39)
perbuatan berdasarkan kata sepakat antara dua atau lebih pihak untuk
mengadakan akibat-akibat hukum yang diperkenankan”. 17
“Jadi sebetulnya, suatu persetujuan itu tidak lain daripada suatu perjanjian
(ofspraak) yang mengakibatkan hak-hak dan kewajiban-kewajiban (jual beli;
sewa-menyewa;persetujuan kerja dan lain-lain). Pengertian persetujuan tidak
boleh digaduhkan dengan pengertian perikatan. Perhubungan antara kedua itu
adalah sebagai sebab akibat : suatu persetujuan dapat melahirkan suatu perikatan.
Persetujuan sedemikian disebut persetujuan obligator.18 Menurut Subekti:
“Hubungan antara perikatan dan perjanjian mengatakan suatu perikatan
adalah suatu perhubungan hukum antara dua orang atau dua pihak, berdasarkan
mana pihak yang satu berhak menuntut sesuatu hal dari pihak yang lain, dan pihak
yang lain berkewajiban untuk memenuhi tuntutan itu. Sedangkan perjanjian
adalah suatu peristiwa di mana seseorang berjanji kepada seseorang lain atau
mana dua orang itu saling berjanji untuk melaksanakan sesuatu hal. Perjanjian itu
menerbitkan suatu perikatan antara dua orang yang membuatnya. Dengan
demikian, hubungan antara perikatan dengan perjanjian adalah bahwa perjanjian
itu menerbitkan perikatan. Perjanjian adalah sumber perikatan, disampingnya
sumber-sumber lain. Suatu perjanjian juga dinamakan persetujuan, karena dua
pihak itu setuju untuk melakukan sesuatu. Dapat dikatakan bahwa dua perikatan
17
(40)
(perjanjian dan persetujuan) itu adalah sama artinya. Perkataan kontrak, lebih
sempit karena ditujukan kepada perjanjian atau persetujuan yang tertulis. 19 M Yahya Harahap memberikan penjelasan mengenai perjanjian:
“Perjanjian (verbintenis) mengandung pengertian : Suatu hubungan
hukum kekayaan/harta antara dua atau lebih, yang memberikan kekuatan hak
pada satu pihak untuk memperoleh prestasi dan sekaligus mewajibkan kepada
pihak lain untuk menunaikan prestasi”. 20
Dalam pengertian singkat di atas dijumpai beberapa unsur yang memberi
wujud pengertian perjanjian (Verbintenis), antara lain: hubungan hukum
(rechtsbetrekking) yang menyangkut hukum kekayaan antara dua orang (person)
atau lebih, yang memberi hak pada satu pihak dan kewajiban pada pihak lain
tentang suatu prestasi.
M. Yahya Harahap menggunakan kata perjanjian untuk sebagai
terjemahan dari kata Verbintenis. Penggunaan terjemahan kata verbintenis masih
terdapat perbedaan pendapat, sebagaian dari para sarjana masih ada yang
menterjemahkannya menjadi perutangan. Ada yang menterjemahkannya menjadi
menjadi perjanjian, sedangkan overeenkomst diterjemahkannya menjadi
persetujuan.
Hilman Hadikusuma memberi penjelasan pengertian perikatan menurut
hukum adat mengatakan:
“Perikatan menurut hukum adat adalah hubungan hukum diantara 2 (dua)
pihak yang terjadi karena adanya perbuatan atau kesepakatan dalam bentuk
(41)
persetujuan atau perjanjian karena adanya sesuatu kepentingan. Jadi adanya
perikatan karena ada kesepakatan. Tetapi dalam hukum adat suatu perikatan dapat
terjadi karena perbuatan sepihak atau karena kepakatan dua pihak. Karena adanya
perbuata atau kesepakatan menyebabkan timbulnya “perhutangan” perorangan
atau sekelompok orang”. 21
J. Satrio berpendapat untuk tidak mempersoalkan perbedaan pendapat
penggunaan istilah tetapi akan menggunakan saja istilah yang sudah lazim dan
banyak dipakai oleh para sarjana, sedangkan perjanjian atau persetujuan untuk
overeenkomst.22
Mariam Darus Badrulzaman mengatakan bahwa unsur-unsur perikatan ada
4 (empat) yaitu:23
1. Hubungan Hukum
Maksudnya yaitu hubungan-hubungan yang terjadi dalam lalu llintas
masyarakat, hukum melekatkan “hak” pada satu pihak, dan melekatkan
“kewajiban” pada pihak lainnya. Untuk menilai suatu hubungan hukum
perikatan atau bukan, maka hukum mempinyai ukuran-ukuran (kriteria)
tertentu.
2. Kekayaan24
21
Hilman Hadikusuma, Hukum Perekonomian Adat Indonesia, PT. Citra aditya Bakti, 2001, hal. 65.
Yang dimaksud dengan kriteria perikatan adalah ukuran-ukuran yang
dipergunakan terhadap sesuatu hubungan hukum sehungga hubungan hukum
22
(42)
itu dapat disebut disebutkan suatu perikatan.
Apa yang dipergunakan sebagai kriteria itu tidak tetap, dahulu yang menjadi
kriteria ialah apakah sesuatu hubungan hukum itu dapat dinilai dengan uang
atau tidak. Apabila hubungan hukum itu dapat dinilai dengan uang maka
hubungan hukum itu adalah perikatan. Kriteria itu semakin lama semakin sukar
untuk dipertahankan, karena di dalam masyarakat terdapat juga hubungan
hukum yang tidak dapat dinilai dengan uang, namun kalau terhadapnya tidak
diberikan akibat hukum, rasa keadilan tidak akan dipenuhi, dan bertentangan
dengan salah satu tujuan daripada hukum yaitu mencapai keadilan. Oleh karena
itu sekarang kriteria diatas tidak lagi dipertahankan.
Sebagai kriteria, maka ditentukan bahwa sekalipun suatu hubungan hukum itu
tidak dapat dinilai dengan uang, tetapi kalau masyarakat atau jasa keadilan
menghendaki agar suatu hubungan itu diberi akibat hukum, maka hukum pun
akan melekatkan akibat hukum pada hubungan tadi.
3. Pihak-pihak
yaitu hubungan hukum yang terjadi antara dua orang atau lebih. Pihak yang
berhak atas prestasi, pihak yang aktif adalah kreditur atau siberutang dan pihak
yang wajib memenuhi prestasi, pihak yang pasif adalah debitur atau si
berhutang. Mereka ini yang disebut dengan subyek perikatan.
4. Prestasi
apabila dua orang mengadakan perjanjian ataupun apabila undang-undang
dengan terjadinya suatu peristiwa menciptakan suatu perikatan, jelaslah bahwa
(43)
untuk mengikat kedua orang itu memenuhi kewajiban untuk memenuhi sesuatu
disebut dengan prestasi.
Pendapat para sarjana diatas telah memberikan penjelasan bahwa
perjanjian atau persetujuan menerbitkan perikatan. Perikatan adalah abstraknya
sedangkan perjanjian adalah kongkritnya.
`
B.Jenis-Jenis dan Syarat Sahnya perjanjian
Jenis-jenis Perjanjian:25
1. Perjanjian Sepihak
Perjanjian yang dibuat dengan meletakkan kewajiban pada salah satu pihak
saja. Misalnya: perjanjian hibah. Dalam hibah ini, kewajiban hanya ada pada
orang yang menghibahkan yaitu memberikan barang yang dihibahkan,
sedangkan penerima hibah tidak mempunyai kewajiban apapun. Penerima
hibah hanya berhak menerima barang yang dihibahkan, tanpa berkewajiban
apapun kepada orang yang menghibahkan.
2. Perjanjian Timbal Balik:
Perjanjian yang dibuat dengan meletakkan hak dan kewajiban kepada kedua
pihak yang membuat perjanjian. Jadi pihak yang berkewajiban melakukan
suatu prestasi juga berhak menuntut suatu kontra prestasi.26
Misalnya:
(44)
3. Perjanjian Bernama dan Perjanjian Tidak Bernama:
Perjanjian Bernama atau Khusus:
Perjanjian yang telah diatur dengan ketentuan khusus dalam KUHPerdata Buku
ke tiga Bab V sampai dengan Bab XVIII. Misalnya: perjanjian jual beli, sewa
menyewa, hibah dan lain-lain.
Perjanjian Tidak Bernama:
Perjanjian yang tidak diatur secara khusus dalam undang-undang. Misalnya:
perjanjian leasing, perjanjian keagenan dan Agen, atau perjanjian kredit.
4. Perjanjian Obligatoir dan Perjanjian non obligatoir
Perjanjian Obligatoir:
Suatu perjanjian dimana mengharuskan atau mewajibkan seseorang membayar
atau menyerahkan sesuatu.
Perjanjian non obligatoir27
5. Perjanjian Konsensuil dan Perjanjian Riil
Perjanjian Konsensuil:
Perjanjian yang dianggap sah apabila telah terjadi kesepakatan antara pihak
yang membuat perjanjian.
yaitu perjanjian yang tidak mengharuskan seseorang
untuk membayar/menyerahkan sesuatu. Misalnya balik nama hak atas tanah.
Perjanjian Riil:
Perjanjian yang tidak hanya memerlukan kata sepakat, tetapi barangnya harus
(45)
6. Perjanjian Cuma-Cuma dan Perjanjian Atas Beban28
Perjanjian Atas Beban:
Perjanjian yang mewajibkan masing-masing pihak memberikan sesuatu,
berbuat sesuatu atau tidak berbuat sesuatu.
Misalnya: A menyanggupi memberikan kepada B sejumlah uang, jika B
menyerahlepaskan suatu barang tertentu kepada A atauMisalnya: A
menjanjikan kepada B suatu jumlah tertentu, jika B menyerahkan sebuah benda
tertentu pula kepada A
Perjanjian Cuma-cuma:
Perjanjian menurut hukum terjadi keuntungan bagi salah satu pihak saja.
Misalnya: hibah (schenking) dan pinjam pakai (Pasal 1666 dan 1740
KUHPerdata).
7. Perjanjian Formil:
Perjanjian yang memerlukan kata sepakat tetapi Undang-undang
mengharuskan perjanjian tersebut harus dibuat dengan bentuk tertentu secara
tertulis dengan akta yang dibuat oleh pejabat umum notaris atau PPAT.
Misalnya: jual beli tanah, undang-undang menentukan akta jual beli harus
dibuat dengan akta PPAT, perjanjian perkawinan dibuat dengan akta notaris.
8. Perjanjian Campuran:29
a) Perjanjian Penanggungan:
(46)
Suatu persetujuan dengan mana seorang pihak ketiga guna kepentingan si
berpiutang (kreditur), mengikatkan diri untuk memenuhi perikatannya si
berutang (debitur) manakala orang itu sendiri (debitur) tidak
memenuhinya (wanprestasi).
b)Perjanjian Standar/Klausula Baku:
Perjanjian yang mencantumkan klausul di dalam perjanjiannyadimana satu
pihak menghindarkan diri untuk memenuhi kewajibannya dengan
membayar ganti rugi seluruhnya atau terbatas, yang terjadi karena ingkar
janji atau perbuatan melawan hukum.
c) Perjanjian standar/baku dapat dibedakan dalam tiga jenis:
1. Perjanjian baku sepihak
Perjanjian yang isinya ditentukan oleh pihak yang kuat kedudukannya
di dalam perjanjian itu. Pihak yang kuat dalam hal ini ialah pihak
kreditur yang lazimnya mempunyai posisi kuat dibandingkan pihak
debitur. Misalnya: pada perjanjian buruh kolektif.
2. Perjanjian baku yang ditetapkan oleh pemerintah
Perjanjian baku yang mempunyai objek hak-hak atas tanah. Misalnya:
Dalam bidang agraria dapat formulir pengajuan akta hipotek.
3. Perjanjian baku yang ditentukan di lingkungan notaris atau advokat
Terdapat perjanjian-perjanjian yang konsepnya sejak semula sudah
disediakan untuk memenuhi permintaan dari anggota masyarakat yang
(47)
kepustakaan Belanda biasa disebut dengan “contract model”. Misal:
Surat Kuasa, Akte Pendirian.
d) Perjanjian Garansi:
Diperbolehkan untuk menanggung atau menjamin seorang pihak ketiga,
dengan menjanjikan bahwa orang ini akan berbuat sesuatu, dengan
tidak mengurangi tuntutan pembayaran ganti rugi terhadap siapa yang
telah menanggung pihak ketiga itu atau yang telah berjanji, untuk
menyuruh pihak ketiga tersebut menguatkan sesuatu jika pihak ini
menolak memenuhi perikatannya
Syarat-syarat Sahnya Perjanjian
Menurut pasal 1320 KUH Pdt, untuk sahnya perjanjian diperlukan 4
(empat) syarat, yaitu:30
1. Sepakat mereka yang mengikat dirinya
2. Kecakapan untuk membuat suatu perjanjian
3. Suatu hal tertentu
4. Suatu sebab yang halal.
Komariah, SH, M.si menjelaskan syarat-syarat sahnya perjanjian sebagai
berikut:31
Ad.1) Dengan Sepakat dimaksudkan bahwa pihak-pihak yang mengadakan
perjanjian itu harus bersepakat, setuju mengenai hal-hal yang pokok dari
(48)
dikehendaki oleh pihak yang lain. Kesepakatan kedua belah pihak dalam suatu
perjanjian itu harus diberikan secara bebas.
Ad.2) kecakapan untuk membuat suatu perjanjian. Dalam pasal 1330 KUH Pdt
disebutkan orang-orang yang tidak cakap untuk membuat suatu perjanjian, yaitu:
a) Orang-orang yang belum dewasa
b) Mereka yang ditaruh dibawah pengampuan
c) Orang perempuan yang telah kawin (dengan adanya UU No.1 Tahun
1974, ketentuan ini tidak berlaku lagi). Menurut pasal 330 KUH Pdt
belum dewasa adalah mereka yang belum mencapai umur genap 21 tahun,
dan tidak lebih dahulu telah kawin. (Komariah175)
Ad.3) Suatu hal tertentu
sebagai syarat ketiga sahnya perjanjian, menurut pasal 1320 KUHPerdata ialah
suatu hal tertentu. Ketentuan untuk hal tertentu ini menyangkut objek hukum atau
mengenai bendanya.
Ad.4) suatu sebab yang halal.
syarat keempat sahnya perjanjian menurut pasal 1320 KUHPer adalah adanya
sebab (causa)yang halal.
Syarat no. 1 dan 2 yakni sepakat mereka yang mengikat dirinya dan
kecakapan membuat suatu perjanjian disebut “syarat subyektif”, karena syarat
tersebut merupakan syarat yang harus dipenuhi oleh orangnya (subyek huum
dalam perjanjian).
(49)
C. Pengertian Pengangkutan dan hukum pengangkutan
Suatu pejanjian pengangkutan pada dasarnya merupakan suatu perjanjian
biasa, yang dengan sendirinya tunduk pada ketentuan-ketentuan yang berlaku
untuk suatu perjanjian pada umumnya, yaitu tunduk pada ketentuan yang terdapat
dalam Buku ke III KUHPerdata tentang perikatan, selama tidak ada pengaturan
khusus tentang perjanjian pengangkutan dalam peraturan perundang-undangan di
bidang angkutan.
HMN Purwosutjipto mendefinisikan pengangkutan sebagai berikut:
“Perjanjian timbal balik antara pengangkut dengan pengirim. Dimana pengangkut
mengikatkan diri untukmenyelenggarakan pengangkutan barang dan/atau orang
dari suatu tempat ke tempat tujuan tertentu dengan selamat, sedangkan kewajiban
pengirim ialah membayar ongkos angkut”. 32
Sedangkan yang dimaksud dengan angkutan adalah suatu keadaan
pemindahan orang dan atau barang dari suatu tempat ke tempat lain dengan suatu
tujuan tertentu, baik untuk memperoleh nilai tambah untuk barang/komersial
maupun untuk tujuan non komersial.
Pengangkutan didefinisikan sebagai perpindahan tempat, baik mengenai
benda-benda maupun orang, karena perpindahan itu mutlak dibutuhkan dalam
rangka mencapai dan meninggikan manfaat serta efisiensi.33
32
(50)
Dalam buku M.N. Nasution pengangkutan didefinisikan sebagai
pemindahan barang dan manusia dari tempat asal menuju tempat tujuannya.
Selanjutnya dijelaskan bahwa proses pengangkutan tersebut merupakan gerakan
dari tempat asal, dimana kegiatan angkutan itu dimulai, ke tempat tujuan, dan
kemana kegiatan pengangkutan diakhiri.34
Selanjutnya menurut Penulis pengangkutan adalah kegiatan memindahkan
sesuatu dari suatu tempat ke tempat tujuan yang menimbulkan hubungan hukum.
Menurut Hasyim Purba:
“Hukum pengangkutan merupakan ketentuan yang mengatur tentang
segala aktivitas pengangkutan yang wajib ditaati bagi setiap yang terlibat di dalam
aktivitas itu. Menurut Sution Usman Adji, dkk hukum pengangkutan adalah
sebuah perjanjian timbal balik, dimana pihak pengangkut mengikatkan diri untuk
menyelenggarakan pengangkutan barang dan/atau orang ke tempat tujuan yang
dituju, sementara pihak lainnya (pengirim-penerima; pengirim atau penerima;
penumpang) mempunyai kewajiban untuk melakukan pembayaran biaya dalam
rangka pengangkutan tersebut”.35
Dasar hukum pengaturan mengenai hukum pengangkutan di jalan, diatur
dalam:36
1. Kitab Undang-undang hukum dagang (KUHD),
buku I bab V. Bagian 2 dan 3, mulai pasal 90 sampai dengan pasal 98. Dalam
bagian ini diatur sekaligus pengangkutan perairan darat, akan tetapi hanya
34
(51)
khusus mengenai pengangkutan barang, tidak diatur dalam pengangkutan
orang. Surat angkutan dan perjanjian pengangkutan pasal 90 ayat(1) KUHD
menyebutkan surat angkutan merupakan persetujuan antara si pengirim atau
ekpeditur pada pihak satu dan pengangkut atau juragan perahu pada pihak lain
dan surat ini memuat selain apa yang kiranya telah disetujui oleh kedua belah
pihak, seperti misalnya mengenai waktu dalam mana pengangkutan telah
harus selesai dikerjakan dan mengenai penggantian kerugian dalam hal
kelambatan, memuat juga:
1) Nama dan berat ukuran barang-barang yang diangkut, begitu
juga merek-merek dan bilangannya
2) Nama orang kepada siapa barang-barang dikirim
3) Nama dan tempat si pengangkut atau juragan perahu
4) Jumlah upah pengangkutan
5) Tanggal dan Tanda tangan si pengirim atau ekspeditur.
2. Undang-Undang Nomor 22 Tahun 2009 tentang Lalu Lintas Angkutan Jalan
(Lembaran Negara RI Tahun 2009 No.96, Tambahan Lembaran Negara No.
5025)37
UU No.22 Tahun 2009 tentang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan (selanjutnya
disingkat UULLAJ) mulai diberlakukan pada tanggal 22 Juni 2009. UULLAJ
adalah undang yang terakhir diundangkan setelah 3 (tiga)
undang-undang angkutan lainnya terlebih dahulu diundang-undangkan, yaitu, Undang-Undang
(52)
tentang Pelayaran dari Undang-undang No.1 tahun 2009 tentang Penerbangan.
UULLAJ ini terdiri XXII Bab dan 326 Pasal, menggantikan Undang-Undang
No.14 tahun 1992 tentang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan, Sebagaimana
ditentukan dalam Pasal 325.
Pada saat undang-undang ini berlaku, Undang-Undang Nomor 14 Tahun
1992 tentang Lalu lintas dan angkutan Jalan (Lembaran negara Republik
Indonesia nomor 3480) dicabut dan dinyatakan tidak berlaku.38
Pada saat Undang-Undang ini mulai berlaku, semua peraturan pelaksanaan
Undang-Undang Nomor 14 Tahun 1992 tentang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1992 Tahun Nomor 49, Tambahan
Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3480) dinyatakan tetap berlaku
sepanjang tidak bertentangan atau belum diganti dengan yang baru berdasarkan
undang-undang ini.
Akan tetapi, semua peraturan pelaksana dari UU No.14 tentang 1992 masih
dinyatakan tetap berlaku sepanjang tidak bertentangan atau belum diganti dengan
yang baru, sebagaimana dinyatakan dalam Pasal 324.
Dalam Pejanjian Pengangkutan barang, obyeknya adalah benda atau
hewan, sedangkan dalam perjanjian pengangkutan orang, obyeknya adalah orang.
Dalam perjanjian Pengangkutan barang ada penyerahan barang atau hewan yang
dikuasakan dan diawasi oleh Pengangkut. Pengawasan dan penguasaan itu akan
lebih berat lagi bila yang diangkut adalah hewan dan pengangkut baru dapat
(53)
atau terlambat sampai di tempat tujuan, sedangkan dalam perjanjian
pengangkutan orang, tidak ada penyerahan kepada pengangkut, yang ada
hanyalah pengangkut berkewajiban untuk mengangkut orang sampai di tujuan
dengan selamat. Begitu juga dengan tanggung jawab pengangkut dengan pihak
ketiga. Tanggung jawab pengangkut terhadap pihak ketiga terjadi diluar
perjanjian pengangkutan, karena posisi pihak ketiga berada diluar angkutan umum
dan bukan penumpang atau pengirim barang
D. Spesifikasi Pengangkutan Gas Elpiji
Pengangkutan gas elpiji dilakukan oleh agen resmi Elpiji yang telah
diberikan izin oleh Pertamina untuk mengangkut serta mengecerkan gas elpiji
tersebut kepada masyarakat di daerah tertentu yang telah ditentukan oleh PT.
Pertamina.
Sebelum dilakukan pengangkutan, dipastikan tabung-tabung Elpiji sudah
dalam keadaan siap kirim, yaitu memenuhi persyaratan:39
a. Seluruh Tabung Elpiji yang diangkut ke atas kendaraan pengangkut telah bebas
dari kebocoran.
b. Tabung harus disusun secara rapi dan dalam posisi berdiri
c. Posisi katup tabung harus berada pada posisi mengarah ke udara terbuka/ ke
atas.
d. Lantai kendaraan pengangkut tabung elpiji harus datar.
e. Tabung harus diikat kencang atau dengan metode lain yang aman untuk
(54)
f. Penumpukan harus dilakukan secara aman. Tabung elpiji pada tumpukan
paling atas tidak boleh menonjol terhadap batas atas bak kendaraan pengangkut
dan penonjolan tidak boleh melebihi 1/4 dari tinggi tabung bagian atas.
g. Tinggi titik tengah bak truk pengangkut tabung elpiji dari permukaan jalan
tidak boleh lebih dari 95% dari lebar telapak ban terluar yang menyentuh
tanah.
h. Penutupan tabung-tabung diatas truk harus dilakukan dengan diameter penutup
yang cukup sehingga penumpukan tabung lebih stabil dari tinggi penutup harus
cukup agar katup tabung tidak rusak.
i. Penumpukan tabung elpiji ukura diatas 6 Kg sampai 15 kg dalam
pengangkutan maksimal dapat dilakukan dalam 2 susun atau berat maksimum
tumpukan adalah 45 Kg, mana yang lebih kecil.40
j. Jika dalam pengangkutan tabung ditumpuk melebihi ketentuan di atas, maka
truk harus dilengkapi dengan sistem basket/palet atau menggunakan lantai/deck
bersusun.
k. Pengangkutan tabung dari beberapa jenis ukuran, harus mempertimbangkan
aspek keamanan daari resiko guncangan, dan menghindari kerusakan tabung
dan katup.
l. Total beban tabung Elpiji yang diangkut truk tidak boleh melebihi kapasitas
(55)
BAB I
PENDAHULUAN
A.Latar Belakang
Hukum tentu sangat terkait dengan kehidupan sosial masyarakat. Dalam
konteks hubungan sosial masyarakat, dimensi hukum dapat dipahami sebagai
kaidah atau norma yang merupakan petunjuk hidup dan pedoman perilaku yang
pantas atau diharapkan. Disini hukum bermaksud mengatur tata tertib masyarakat
agar tercipta hubungan yang baik dalam melakukan hubungan hukum seperti
perjanjian.
Dalam hubungan antar sesama itu banyak diwarnai berbagai macam janji
yang merupakan pemenuhan kebutuhan hidup manusia itu sendiri, kita butuh akan
sebuah rumah maka kita dapat membelinya, maka terjadilah perjanjian yang
obyeknya sebuah rumah, kita perlu kerja sama dalam suatu kegiatan usaha dengan
pihak lain, maka kita dapat mengadakan perjanjian kerjasama dan lain
sebagainya.
Suatu perjanjian harus memenuhi syarat sahnya perjanjian, yaitu kata
(56)
suatu perjanjian telah terpenuhinya empat syarat sahnya perjanjian tersebut, maka
suatu perjanjian menjadi sah dan mengikat secara hukum bagi para pihak yang
membuatnya.2
Perjanjian atau persetujuan menurut Pasal 1313 KUHPerdata adalah suatu
perbuatan hukum dimana seseorang atau lebih mengikatkan dirinya terhadap
seseorang atau lebih atau dapat juga diartikan suatu peristiwa dimana seseorang
berjanji kepada orang lain, atau dimana dua orang saling berjanji untuk
melaksanakan sesuatu.3
Perjanjian adalah hubungan hukum yang oleh hukum itu sendiri diatur dan
disahkan cara perhubungannya. Oleh karena itu perjanjian yang mengandung
hubungan hukum antara perorangan atau person adalah hal-hal yang terletak dan
berada dalam lingkungan hukum. Hubungan hukum antara pihak yang satu
dengan yang lain tidak bisa timbul dengan sendirinya. Hubungan itu tercipta
karena adanya “tindakan hukum”. Tindakan/perbuatan hukum yang dilakukan
oleh pihak-pihaklah yang menimbulkan hubungan hukum perjanjian, sehingga
terhadap satu pihak diberi hak oleh pihak yang lain untuk memperoleh prestasi.
Sedangkan pihak yang lain itupun menyediakan diri dibebani dengan “kewajiban”
untuk menunaikan prestasi. Jadi satu pihak memperoleh “hak/recht” dan pihak
sebelah lagi memikul “kewajiban/plicht” menyerahkan atau menunaikan prestasi.
4
2
Komariah, Hukum Perdata, Penerbit UMM Press, Malang, 2008, hal. 138.
3
Soebekti, R. Tjitronudibio, Kitab Undang-Undang Hukum Perdata, cetakan XXV, PT.Pradnya Paramita, Jakarta,1992, hal.305.
4
(57)
Di dalam kehidupan sehari-hari di Indonesia, Gas Elpiji merupakan salah
satu alternatif energi bahan bakar alat dapur (terutama kompor gas). Selain
sebagian besar bahan bakar alat dapur, elpiji juga cukup banyak digunakan
sebagai bahan bakar kendaraan bermotor walaupun mesin kendaraannya harus
dimodifikasi terlebih dahulu.
Elpiji adalah brand Pertamina untuk LPG (Liquefied Petroleum Gas). LPG
merupakan gas hidrokarbon produksidari kilang minyak dan kilang gas dengan
komponen utama gas propane (C3H8) dan Butane (C4H10). Pada tekanan
atmosfir, LPG berbentuk gas, tetapi untuk kemudahan distribusinya, LPG diubah
fasanya menjadi cair dengan memberi tekanan. Dalam bentuk cair, LPG mudah
didistribusikan dalam tabung ataupun tanki.5 Di Indonesia, LPG digunakan terutama sebagai bahan bakar untuk memasak. Konsumen LPG bervariasi, mulai
dari rumah tangga, kalangan komersial (restoran, hotel) hingga industri.
Dikalangan industri, LPG digunakan sebagai bahan bakar pada industri. Di
kalangan industri, LPG digunakan sebagai bahan bakar pada industri makanan,
keramik, gelas serta bahan bakar forklift. Selain itu, LPG juga dapat digunakan
sebagai bahan baku industri aerosol serta refrigerant ramah lingkungan.6
PT. PERTAMINA merupakan salah satu pelaku ekonomi yang membuat
banyak perjanjian jual beli dengan beberapa pihak, pihak-pihak yang dimaksud
dalam penulisan ini adalah para agen dan konsumen, dimana perjanjian jual beli
tersebut dapat membuat suatu perjanjian jual beli yang dibuat oleh para pihak
masing-masing berada, hal ini terjadi karena adanya aspek-aspek hukum yang ada
(58)
yaitu hukum apa yang akan dipergunakan untuk perjanjian jual beli yang akan
dilaksanakan PT.PERTAMINA dengan agen elpiji memiliki ketentuan hukum
perdata dan hukum dagang dan perjanjian jual beli sering batal, dikarenakan
adanya perbedaan pemahaman tentang isi perjanjian yang disebabkan pihak
konsumen tidak memenuhi persyaratan tentag prosedur penjualan sehingga
menimbulkan sengketa dalam perjanjian jual beli gas elpiji, sehingga hal tersebut
menarik untuk diteliti.
Demikianlah yang menjadi alasan sehingga penulis memilih judul :
“TINJAUAN YURIDIS PERTANGGUNGJAWABAN AGEN DALAM
PERJANJIAN JUAL BELI GAS ELPIJI (STUDI PADA PT.PERTAMINA DAN
PT.RASITA MULIA)”
Penulisan ini diangkat sebagai suatu penelitian karena melihat dan
mengetahui bahwa perjanjian itu merupakan perikatan yang banyak terjadi
didalam masyarakat, mengingat dikenalnya asas kebebasan berkontrak didalam
Hukum perjanjian, sehingga banyak pula corak ragam serta ketentuan yang
diperbuat oleh para pihak, misalnya saja mengenai perjanjian jual beli yang
menjadi topik pembahasan pada skripsi ini.
B. Perumusan Masalah
Bertitik tolak dari latar belakang diatas yang menjadi permasalahan dalam
skripsi ini adalah sebagai berikut:
(1)
KATA PENGANTAR
Penulis mengucapkan Puji dan Syukur kepada Tuhan, atas Kasih
karunia-Nyalah, yang telah memberikan kesehatan, kekuatan, dan ketekunan kepada
penulis, sehingga mampu dan berhasil menyelesaikan skripsi ini.
Skripsi ini adalah salah satu syarat guna memperoleh gelar Sarjana Hukum
pada Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara. Dalam penulisan skripsi ini,
penulis menyadari terdapatnya kekurangan, namun demikian dengan berlapang
dada penulis menerima kritik dan saran yang bersifat membangun dari semua
pihak yang menaruh perhatian pada skripsi ini.
Pada kesempatan ini Penulis mengucapkan terima kasih yang
sebesar-besarnya kepada :
1. Prof. Dr. Runtung Sitepu, S.H., M.Hum selaku Dekan Fakultas Hukum
Universitas Sumatera Utara;
2. Prof. Dr. Budiman Ginting, S.H., M.Hum selaku Pembantu Dekan I Fakultas
Hukum Universitas Sumatera Utara yang telah mengajar dan membimbing
penulis selama menempuh pendidikan di Fakultas Hukum Universitas Sumatera
(2)
3. Syafrudin Sulung Hasibuan, S.H., M.H., D.F.M., selaku Pembantu Dekan II
Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara;
4. Dr. O.K. Saidin, S.H., M.Hum selaku Pembantu Dekan III Fakultas Hukum
Universitas Sumatera Utara;
5. Dr. Hasim Purba, S.H, M.Hum. selaku Ketua Departemen Hukum Perdata
sekaligus sebagai Dosen Pembimbing I penulis yang telah banyak membantu,
memberikan arahan, bimbingan dan masukan bagi Penulis;
6. Sinta Uli, S.H., M.Hum selaku KetuaDepartemen Hukum Perdata Dagang
yang telah memberikan arahan,bimbingan dan masukan bagi Penulis;
7. Aflah, S.H., M.Hum selaku Dosen Pembimbing II yang memberikan arahan,
bimbingan dan masukan, dan sangat sabar dalam membimbing Penulis;
8. Prof. Dr. Syafruddin Kalo, S.H., M.Hum. sebagai Dosen Pembimbing
Akademik dari Penulis;
9. Bapak dan ibu Dosen Penguji yang telah memberikan saran dan kritik;
10.Seluruh dosen yang telah memberikan ilmunya serta staff pengajar dan
pegawai administrasi Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara.
11.Instansi terkait, dalam hal ini PT.Pertamina , yaitu Bapak Yudi yanurwinda
(3)
Bapak Marthin sebagai Staff Operasi dan Pemasaran PT.Rasita Mulia yang
telah banyak membantu dalam riset dan wawancara.
12.Teristimewa persembahan kepada kedua Orang tua saya (Drs.Abdi
Sitepu,Msp dan Dra.Riah Ukur Tarigan) Terima kasih atas cinta dan kasih
sayang yang tak terbatas, doa-doa yang tak putus, motivasi yang selalu
membangun, bantuan moril dan materi yang tak mungkin terbalaskan.
13.Kepada Saudara Saya Kak Rima, Kak Icha, Astrid, Natanael, dan Aldo terima
kasih semangat, bantuan dan serta doa buat Penulis
14.Kepada Teman saya Ando Praska terimakasih semangat dan dukungan buat
penulis.
15.Kepada sahabat-sahabat terutama Devi Dole, Aisyah, Andrea, Reza, Fitra,
Fachrul, Amud, Elio, Bima, Andi emon yang selalu memberikan semangat
dan dukungan bagi penulis,
16.Seluruh pihak yang telah membantu terselesaikannya skripsi ini yang tidak
dapat disebutkan satu per satu dan kepada seluruh teman-teman departemen
hukum Perdata Dagang stambuk 2010 di Fakultas Hukum Universitas
(4)
Akhir kata Penulis mengucapkan terimakasih banyak kepada semua pihak
yang tidak dapat saya sebutkan satu persatu. Semoga ilmu penulis bermakna dan
berguna sampai akhir hayat dan mohon maaf apabila terdapat kesalahan dalam
skripsi ini.
Medan, April 2014
Penulis
(5)
DAFTAR ISI
ABSTRAK……… i
KATA PENGANTAR……….. ii
DAFTAR ISI………. v
BAB I : PENDAHULUAN………...……… 1
A. Latar Belakang………. 1
B. Rumusan Masalah……… 4
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian……… 5
D. Keaslian Penulisan………... 6
E. Tinjauan Kepustakaan……….. 7
F. Metode Penelitian……… 11 G. Sistematika Penulisan………. 13 BAB II : RUANG LINGKUP PERJANJIAN PENGANGKUTAN……... 15
A. Pengertian Umum Perjanjian……….. 15
B. Jenis-jenis dan syarat sahnya perjanjian………. 23
C. Pengertian pengangkutan dan hukum pengangkutan………. 29
D. Spesifikasi pengangkutan gas elpiji……… 33
BAB III : PERJANJIAN JUAL BELI GAS ELPIJI ANTARA PT.PERTAMINA DENGAN PT.RASITA MULIA ……… 36
A. Keabsahan perjanjian kerjasama………. 36
B. Deskripsi PT.Rasita Mulia……….. 38
C. Hak dan kewajiban para pihak dalam perjanjian kerjasama... 40
D. Wanprestasi dalam perjanjian kerjasama dan akibat hukumnya……… 45
(6)
BAB IV : TINJAUAN YURIDIS PERTANGGUNGJAWABAN AGEN DALAM PERJANJIAN JUAL BELI GAS ELPIJI ANTARA PT.PERTAMINA DENGAN PT.RASITA MULIA……… 49
A. Pengaturan tentang jual beli gas elpiji dalam perjanjian
kerjasama antara PT.Pertamina dengan PT.Rasita Mulia….. 49
B. Pelaksanaan perjanjian kerjasama antara PT.Pertamina dengan PT.Rasita Mulia tentang jual beli gas elpiji……… 58
C. Batasan-batasan tanggung jawab agen dalam perjanjian jual beli gas elpiji………... 64
BAB V : PENUTUP……… 67
A. Kesimpulan………... 67
B. Saran………. 69
DAFTAR PUSTAKA………. 70 LAMPIRAN