Grafik hasil pengujian tarik sampel variasi putaran dan temperatur Hasil injeksi dan pengujian tarik variasi Putaran dan temperatur

49

4.3.2 Grafik hasil pengujian tarik sampel variasi putaran dan temperatur

Variasi putaran dan temperatur yang paling optimum terdapat pada Formula 1 temperatur 160 C dengan komposisi PP 78 ,PE 20 dan AL 2. hasilnya seperti diperlihatkan pada gambar 4.11 berikut ini. Gambar 4.11 Grafik Hasil pengujian tarik sampel variasi putaran 52 Rpm,100 Rpm dan 144 Rpm pada Temperatur 160 c dengan komposisi PP 78 ,PE 20 dan AL 2. Gambar 4.11 memperlihatkan hasil pengujian tarik dengan komposisi PP 78 PE 20 dan AL 2 pada Temperatur 160 c di peroleh nilai paling optimum 17,91 Nmm 2 pada putaran 100 Rpm.berbedanya variasi putaran sangat berpengaruh terhadap kekuatan tarik dari setiap sampel, Pengujian tarik yang telah dilakukan juga diperoleh elongation , hasilnya seperti diperlihatkan pada gambar 4.12 berikut ini: Gambar 4.12 Grafik elongation variasi putaran dan temperatur 160 C Universitas Sumatera Utara 50 Gambar 4.12 memperlihatkan Peningkatan Temperatur akan menurunkan elongation pada Temperatur 160 C dan Pada putaran n2= 100 rpm sebesar 6,68 dan elongation terendah sebesar 4,44 . Berbedanya variasi putaran menyebabkan adanya cacat pada material merupakan beberapa faktor yang mempengaruhi elongation.

4.3.3 Hasil injeksi dan pengujian tarik variasi Putaran dan temperatur

Untuk hasil variasi putaran dan temperatur menggunakan variasi komposisi yang paling optimum yaitu: PP 78,PE 20 dan AL 2 dengan menggunakan variasi putaran N1=52 rpm, N2=100 rpm, N3=144 rpm pada temperatur T 1 =160 C,T 2 =170 C,T 3 =180 C. Bentuk sampel variasi putaran dan temperatur yang paling optimum formula 1 pada setelah di injeksi menggunakan mesin hidrolic hot press yang akan di uji tarik dapat dilihat pada gambar 4.13 berikut: Gambar.4.13 a,b,c Sampel setelah di injeksi variasi putaran dan temperatur yang paling optimum pada formula 1 Universitas Sumatera Utara 51 Keterangan gambar 4.14 sebagai berikut : a. Sampel uji tarik formula 1, Temperatur= 160 C, Putaran N1=52 Rpm b. Sampel uji tarik formula 1, Temperatur= 160 C, Putaran N2= 100 Rpm c. Sampel uji tarik formula 1, Temperatur= 160 C, Putaran N3= 144 Rpm Setelah di lakukan proses injeksi hidrolic hot press selanjutnya sampel di lakukan pengujian tarik pada formula 1 di dapatkan hasilnya yaitu berbentuk sampel patahan setelah dilakukan pengujian tarik lihat pada gambar 4.14 berikut: Gambar 4.14 a,b,c Sampel bentuk patahan setelah di uji tarik variasi putaran dan temperatur yang paling optimum formula 1 Keterangan gambar 4.14 sebagai berikut : a. Bentuk patahan formula 1, Temperatur= 160 C, Putaran N1=52 Rpm b. Bentuk patahan formula 1, Temperatur= 160 C, Putaran N2= 100 Rpm c. Bentuk patahan formula 1, Temperatur= 160 C, Putaran N3= 144 Rpm Dari hasil pengujian tarik di atas dapat di lihat berbagai bentuk patahan yang terjadi pada sampel lihat pada gambar 4.15 Berikut: Universitas Sumatera Utara 52 Gambar 4.15 Bentuk patahan yang berbeda sampel variasi putaran dan temperatur formula 1 Bentuk patahan yang berbeda yang terletak pada bagian leher sampel dan bagian tengah sampel lihat pada gambar 4.16 berikut : Gambar 4.16 Bentuk patahan yang berbeda foto makro Universitas Sumatera Utara 53 Dari gambar 4.15 dan 4.16 memperlihatkan bentuk patahan yang berbeda dapat di jelaskan bahwa variasi putaran dan temperatur yang di gunakan dapat mempengaruhi bentuk patahan dari setiap sampel setelah di lakukan pengujian tarik dan juga pada setiap sampel terdapat kekosongan void yang menyebabkan bentuk patahan yang berbeda terjadi pada bagian tengah sampel dan leher sampel.

4.3.4 Hasil foto makro untuk sampel variasi putaran dan temperatur.