41
dari tabel 4.1diatas cara menentukan tegangan tarik dan reganganya maka kita dapat menggukan rumus persamaan.
δ
max
=
�
���
�
………………………………………………………….....4.1 ε =
∆� �
� 100 ………………………………………………………4.2 Untuk mencari pertambahan panjang dan luas maka gunakan persamaan
ΔL = L
I
– L ………………………………………………………… 4.3
A = lebar x tebal………………………………………………………4.4
Dari persaman diatas maka dapat dihitung tegangan tarik dan regangan untuk variasi komposisi sebagai berikut :
Maka : A
= 8,30 X 6,03 = 50,05 mm ΔL = 53,29 – 50 = 3,19 mm
Maka kekuatan tarik δmaks stress spesimen adalah : δ
max
=
�
���
�
=
1050 �
53,29 ��
= ��, �� ���
2
ε =
∆� �
=
3,19 ��
50 ��
� 100 = �, �� Maka didapat nilai tegangan untuk variasi komposisi adalah sebesar
20,98 ���
2
dan regangannya adalah sebesar
�, �� pada variasi komposisi
PP 78 ,PE 20 dan AL 2 .. Dari hasil perhitungan tabel diatas untuk variasi komposisi maka di
dapatlah nilai tegangan tarik rata - rata yang paling optimum terdapat pada
komposisi PP 78 , PE 20 dan AL 2 yaitu sebesar 20,92 Nmm
2
dan untuk regangan rata- rata yang paling optimum terdapat pada komposisi PP 70 , PE 20
dan AL 10 nya sebesar 10,76
4.2.2 Grafik Hasil Pengujian Tarik Variasi komposisi.
Pengujian tarik dilakukan untuk mendapatkan kekuatan material yang telah mengalami proses percampuran menggunakan mixer buatan sendiri, hasil
pengujian tarik seperti diperlihatkan pada gambar 4.2 berikut.
Universitas Sumatera Utara
42 Gambar 4.2 Grafik hasil pengujian tarik variasi komposisi
Gambar 4.2 memperlihatkan rata-rata kekuatan tarik campuran PP, PE dan AL cenderung mengalami peningkatan seiring dengan pengurangan campuran
komposisi alumunium. Kekuatan tarik yang paling optimum dicapai pada komposisi PP 78 ,PE 20 dan AL 2 sebesar 20,92 Nmm
2
. Pengujian tarik yang telah dilakukan juga diperoleh elongation campuran, hasilnya seperti
diperlihatkan pada gambar 4.3 berikut ini:
Gambar 4.3 Grafik Pengaruh percampuran komposisi terhadap elongation.
Gambar 4.3 memperlihatkan pengurangan percampuran komposisi alumunium akan menurunkan elongation pada komposisi Al 2 sebesar 3,3 . Elongation
paling tinggi diperoleh pada komposisi AL 10 sebesar 10,76 .Berbedanya variasi komposisi dan adanya cacat pada material merupakan beberapa faktor
yang mempengaruhi elongation.
Universitas Sumatera Utara
43
4.2.3 Hasil injeksi dan pengujian tarik variasi Komposisi
Bentuk sampel variasi komposisi setelah di injeksi menggunakan mesin hidrolic hot press yang akan di uji tarik dapat dilihat pada gambar 4.4
Gambar 4.4 Sampel dari hasil hidrolic hot press
Keterangan gambar 4.4 sebagai berikut : a.
Sampel uji tarik formula 1 PP 70 ,PE 20 dan AL 10 b.
Sampel uji tarik formula 2 PP 72 ,PE 20 dan AL 8 c.
Sampel uji tarik formula 3 PP 74 ,PE 20 dan AL 6 d.
Sampel uji tarik formula 4 PP 76 ,PE 20 dan AL 4 e.
Sampel uji tarik formula 5 PP 78 ,PE 20 dan AL 2 Setelah di lakukan proses injeksi hidrolic hot press selanjutnya sampel di
lakukan pengujian tarik di dapatkan hasil nya yaitu berbentuk sampel patahan setelah dilakukan pengujian tarik lihat pada gambar 4.5 berikut :
Universitas Sumatera Utara
44
Gambar 4.5
Bentuk patahan pengujian tarik variasi komposisi
Keterangan gambar 4.5 sebagai berikut : a.
Bentuk patahan uji tarik formula 1 PP 70 ,PE 20 dan AL 10 b.
Bentuk patahan uji tarik formula 2 PP 72 ,PE 20 dan AL 8 c.
Bentuk patahan uji tarik formula 3 PP 74 ,PE 20 dan AL 6 d.
Bentuk patahan uji tarik formula 4 PP 76 ,PE 20 dan AL 4 e.
Bentuk patahan uji tarik formula 5 PP 78 ,PE 20 dan AL 2 Dari hasil pengujian tarik di atas dapat di lihat berbagai bentuk patahan yang
terjadi pada sampel lihat pada gambar 4.6 Berikut:
Bentuk patahan yang berbeda yang terletak pada bagian leher sampel dan bagian tengah sampel lihat pada gambar 4.7 berikut :
Gambar 4.6 Bentuk patahan yang berbeda variasi komposisi
Universitas Sumatera Utara
45
Dari gambar 4.6 dan 4.7 memperlihatkan bentuk patahan yang berbeda dapat di jelaskan bahwa campuran variasi komposisi bahan yang di gunakan dapat
mempengaruhi bentuk patahan dari setiap sampel setelah di lakukan pengujian tarik dan juga pada setiap sampel terdapat kekosongan void yang menyebabkan
bentuk patahan terjadi pada bagian tengah sampel dan leher sampel.
4.2.4 Hasil foto makro untuk sampel variasi komposisi pencampuran