45
Dari gambar 4.6 dan 4.7 memperlihatkan bentuk patahan yang berbeda dapat di jelaskan bahwa campuran variasi komposisi bahan yang di gunakan dapat
mempengaruhi bentuk patahan dari setiap sampel setelah di lakukan pengujian tarik dan juga pada setiap sampel terdapat kekosongan void yang menyebabkan
bentuk patahan terjadi pada bagian tengah sampel dan leher sampel.
4.2.4 Hasil foto makro untuk sampel variasi komposisi pencampuran
foto makro dilakukan untuk melihat distribusi PP, PE dan AL pada campuran yang paling optimum pada Formula 5 setelah mengalami proses
percampuran menggunakan mixer, photo hasil percampuran seperti diperlihatkan
pada gambar 4.8 berikut :
Gambar 4.8 Foto makro Variasi komposisi PP 78 ,PE 20 dan AL 2 .
Gambar 4.8 memperlihatkan perbedaan komposisi akan mengakibatkan perubahan pada material Bahan PP no.1 berwarna kecoklatan pemanasan hingga
temperatur 150
o
C mengakibatkan perubahan warna PP dari berwarna bening menjadi agak kecoklatan. Bahan PE no.2 setelah mengalami pemanasan hingga
temperatur 150
o
C menghasilkan warna kehitaman dikarenakan temperatatur cair bahan ini lebih rendah dibanding material PP. Bahan AL no.3 yang ditambahkan
pada campuran terlihat berwarna putih bersinar pada temperatur 150
o
C.
4.2.5 Hasil foto mikro untuk sampel variasi komposisi pencampuran
foto mikro dilakukan menggunakan mikroskop optik untuk melihat permukaan sampel variasi komposisi pencampuran yang paling optimum pada
Formula 5, hasil pengujian seperti diperlihatkan pada gambar 4.9 berikut ini:
Universitas Sumatera Utara
46 Gambar 4.9 Foto mikro Variasi komposisi PP 78 ,PE 20 dan AL 2
Gambar 4.9 memperlihatkan permukaan campuran dengan variasi percampuran.serbuk alumunium 3 yang ditambahkan Memiliki bentuk
memanjang yang dipotong dengan ukuran tertentu. Penambahan serbuk alumunium ini bertujuan untuk meningkatkan kekuatan material diantara matrik
PP dan PE. Photo skala mikro memperlihatkan juga kenaikan temperature menyebabkan permukaan campuran lebih gelap yang diakibatkan oleh elemen PE
2 yang memiliki titik leleh paling rendah telah terbakar gosong dan bahan PP yang terlihat lebih bening 1 dan pengaruh variasi komposisi juga sangat
berpengaruh terhadap kekuatan tarik nya dan di dapatkan nilai yang paling optimum sebesar 20,92 Nmm
2
dengan komposisi PP 78,PE 20 dan serbuk alumunium 2. fenomena lain ditemui dari hasil photo makro memperlihatkan
adanya kekosongan yang terbentuk diantara matrik PP dengan serbuk alumunium,lihat pada gambar 4.10 berikut
Universitas Sumatera Utara
47 Gambar 4.10 Foto makro variasi komposisi pencampuran PP, PE dan AL yang terdapat
Void.
Gambar 4.10 diatas memperlihatkan adanya kekosongan void diantara AL dan matrik PP, keberadaan void ini tentunya akan menyebabkan penurunan kekuatan
dari campuran. Banyak faktor yang dapat menyebabkan terbentuknya void pada komposit,void bisa diakibatkan oleh adanya udara yang terperangkap pada saat
proses percampuran dilakukan juga proses percampuran menggunakan mixer yang kurang baik akan mempengaruhi pembentukan void.
4.3 Hasil pengujian variasi putaran dan temperatur 4.3.1 Tabel hasil pengujian tarik variasi putaran
Setelah melakukan pengujian tarik pada variasi putaran dan temperatur
Pada tabel 4.2 di atas menggunakan variasi putaran yaitu N
1
= 52 rpm, N
2
=100 rpm dan N
3
= 144 rpm dengan komposisi bahan Polypropylene = 70 , Polyetylene = 20 dan Alumunium powder = 2 .untuk variasi putaran ini pada
Formula 1 T
1
=160 C Formula 2 T
2
=170 C dan Formula 3 T
3
=180 C didapatkan
hasil data lihat pada tabel 4.2 berikut:
Universitas Sumatera Utara
48
Formula Temperatur
C Putaran
nRpm Lebar
W mm
Tebal T
mm Luas
A mm
2
Panjang Awal L
mm Panjang
Akhir Li mm
Perubahan Panjang
ΔL mm
Gaya N
Tegangan δ
u
Nmm
2
Reganagan ε
Komposisi
Fomula 1 160
c n1=52
8,41 6,02
50,63 50
52,89 2,89
850 16,79
5,78 PP 78.PE 20
AL 2 n2=100
8,32 6,04
50,25 50
53,34 3,34
900 17,91
6,68 n3=144
8,34 6,07
50,62 50
52,22 2,22
900 17,78
4,44 Fomula 2
170 c
n1=52 8,39
6,22 52,18
50 51,48
1,48 750
14,37 2,96
PP 78.PE 20 AL 2
n2=100 8,30
6,09 50,55
50 53,04
3,04 850
16,81 6,08
n3=144 8,36
6,04 50,91
50 52,85
2,85 550
10,80 5,70
Fomula 3 180
c n1=52
8,38 6,14
51,45 50
51,34 1,34
550 10,69
2,68 PP 78.PE 20
AL 2 n2=100
8,42 6,13
51,61 50
51,94 1,94
400 7,75
2,88 n3=144
8,33 6,16
51,31 50
51,00 1,00
300 5,85
2,00
Untuk menghitung nilai tegangan tarik dan regangannya dari tabel 4.2 diatas dapat menggunakan rumus persamaan 4.1 dan persamaan 4.2.dilihat dari tabel pengujian tarik untuk variasi putaran diatas maka didapatkan nilai putaran yang paling optimum adalah terdapat pada
putaran N
2
= 100 rpm yaitu mempunyai tegangan tarik rata - rata = 17,91 Nmm
2
dan nilai regangan rata – ratanya sebesar = 6,68 pada
formula 1 T
1
=160 C.
Universitas Sumatera Utara
49
4.3.2 Grafik hasil pengujian tarik sampel variasi putaran dan temperatur