Identifikasi Sampel Pengamatan stabilitas sediaan maskara krim

34

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Identifikasi Sampel

Hasil identifikasi menerangkan bahwa sampel yang digunakan dalam penelitian adalah daun jambu biji Psidium guajava L. 4.2 Hasil Pemeriksaan Mutu Fisik Sediaan 4.2.1 Homogenitas sediaan Hasil percobaan yang dilakukan pada sediaan maskara krim tidak diperoleh butiran-butiran, maka sediaan maskara krim dikatakan homogen.

4.2.2 Penentuan pH sediaan

Pengukuran pH sediaan dilakukan dengan menggunakan alat pH meter. Cara:Alat terlebih dulu dikalibrasi dengan menggunakan larutan dapar standar netral pH 7,01 dan larutan dapar pH asam pH 4,01 hingga alat menunjukkan harga pH tersebut. Kemudian elektroda dicuci dengan akuades, lalu dikeringkan dengan tissue. Sampel dibuat dalam konsentrasi 1, yaitu ditimbang 0,5 g sediaan dan dilarutkan dalam 50 ml akuades. Kemudiaan elektroda dicelupkan kedalam larutan tersebut. Dibiarkan alat menunjukkan nilai pH sampai konstan. Angka yang ditunjukkan pH meter merupakan pH sediaan Rawlins, 1977. Universitas Sumatera Utara 35 Ditentukan pH sediaan dengan menggunakan pH meter. Hasil percobaan yang dilakukan adalah sebagai berikut: Tabel 4.1 Data Pengukuran pH sediaan maskara krim pada saat selesai dibuat No Formula pH I II III Rata-rata 1 F0 6,0 6,1 6,1 6,06 2 F1 6,0 6,1 6,1 6,07 3 F2 5,9 6,0 6,1 6,00 4 F3 5,9 6,0 6,0 5,97 5 F4 5,9 6,0 5,9 5,93 6 F5 6,0 6,0 6,1 6,03 Keterangan: Formula F0: Blanko dasar maskara krim tanpa ekstrak Formula F1: Konsentrasi ekstrak daun jambu biji 2,5 Formula F2: Konsentrasi ekstrak daun jambu biji 5 Formula F3: Konsentrasi ekstrak daun jambu biji 7,5 Formula F4: Konsentrasi ekstrak daun jambu biji 10 Formula F5: Konsentrasi ekstrak daun jambu biji 12,5 Tabel 4.2 Hasil pH sediaan minggu ke-1 awal hingga penyimpanan minggu ke-12 akhir pH Formula F0 F1 F2 F3 F4 F5 Minggu ke- 1 6,37 6,23 6,17 6,06 5,93 5,83 Minggu ke-4 6,23 6,1 6 5,9 5,86 5,76 Minggu ke- 8 6,16 6 5,96 5,86 5,73 5,63 Minggu ke- 12 6,0 5,93 5,8 5,76 5,63 5,53 Keterangan: Formula F0: Blanko dasar maskara krim tanpa ekstrak Formula F1: Konsentrasi ekstrak daun jambu biji 2,5 Formula F2: Konsentrasi ekstrak daun jambu biji 5 Formula F3: Konsentrasi ekstrak daun jambu biji 7,5 Formula F4: Konsentrasi ekstrak daun jambu biji 10 Formula F5: Konsentrasi ekstrak daun jambu biji 12,5 Universitas Sumatera Utara 36 Hasil penentuan pH sediaan pada saat selesai dibuat, diperoleh bahwa pH pada formula F0: 6,37; F1: 6,23; F2: 6,17; F3: 6,06; F4: 5,93; F5:5,83. Setelah penyimpanan selama 12 minggu terjadi perubahan pH pada setiap sediaan yaitu: F0: 6,0; F1:5,93; F2: 5,8; F3: 5,76; F4: 5,63 F5: 5,53. Perubahan pH yang terjadi pada sediaan krim yaitu seluruh sediaan mengalami penurunan pH setelah penyimpanan selama 12 minggu. Hal ini dapat disebabkan oleh pengaruh kondisi lingkungan seperti udara selama penyimpanan, dimana oksigen dapat mempengaruhi kestabilan dari zat-zat yang mudah teroksidasi seperti hal nya minyak. Hal ini sebagaimana yang diungkapkan oleh Ansel2005, bahwa oksidasi dari suatu zat obat yang rentan kebanyakan terjadi bila zat tersebut dipaparkan ke cahaya, atau dikombinasi dalam formulasi dengan zat-zat kimia lainnya tanpa melihat ke pengaruhnya terhadap oksidasi dengan tepat. Kestabilan dari obat-obat yang dapat dioksidasi dapat dipengaruhi oleh oksigen sehingga penambahan antioksidan perlu untuk menstabilkannya.Ketidakstabilan tersebut sangat berpengaruh terhadap pH sediaan. Namun demikian, berdasarkan hasil penentuan pH tersebut dapat diketahui bahwa meskipun terjadi penurunan pH setelah penyimpanan 12 minggu tetapi masih menunjukkan kisaran pH yang sesuai dengan pH kulit yaitu 4,5-6,5 sehingga tidak beresiko untuk menimbulkan reaksi yang negatif pada kulit.

4.3 Pengamatan stabilitas sediaan maskara krim

Ketidakstabilan formulasi obat dapat dideteksi dalam beberapa hal dengan suatu perubahan dalam penampilan fisik, warna, bau, dan tekstur dari formulasi tersebut. Umumnya suatu emulsi dianggap tidak stabil secara fisik jika semua atau Universitas Sumatera Utara 37 sebagian dari cairan fase tidak teremulsikan dan membentuk suatu lapisan yang berbeda pada permukaan atau dasar emulsi. Oleh sebab itu perlu dilakukan uji evaluasi selama 3 bulan dan dianggap sebagai stabilitas minimum yang harus dimiliki oleh suatu emulsi Ansel, 2005. Berikut ini adalah data hasil pengamatan stabilitas sediaan maskara krim saat selesai dibuat dan setelah penyimpanan selama 12 minggu. Tabel 4.3 Data pengamatan terhadap kestabilan sediaan maskara krim pada saat selesai dibuat dan setelah 1, 4, 8, dan 12 minggu pada penyimpanan suhu kamar. N o Formul a Pengamatan Setelah Selesai dibuat 1 minggu 4 minggu 8 minggu 12 minggu X y Z x y Z x y Z x y z x y z 1 F0 - - - - - - - - - - - - - - - 2 F1 - - - - - - - - - - - - - - - 3 F2 - - - - - - - - - - - - - - - 4 F3 - - - - - - - - - - - - - - - 5 F4 - - - - - - - - - - - - - - - 6 F5 - - - - - - - - - - - - - - - Keterangan: Formula F0: Blanko dasar maskara krim tanpa ekstrak Formula F1: Konsentrasi ekstrak daun jambu biji 2,5 Formula F2: Konsentrasi ekstrak daun jambu biji 5 Formula F3: Konsentrasi ekstrak daun jambu biji 7,5 Formula F4: Konsentrasi ekstrak daun jambu biji 10 Formula F5: Konsentrasi ekstrak daun jambu biji 12,5 X: Perubahan warna Y: Perubahan bau Z: Pemisahan fase -: Tidak ada perubahan √: Terjadi perubahan Berdasarkan hasil uji stabilitas pada sediaan selama 12 minggu, maka diperoleh hasil pada Tabel 4.4 diatas yang menunjukkan bahwa seluruh sediaan dari tiap formula tidak mengalami perubahan warna, bau, dan tidak terjadi pemisahan fase baik pada pengamatan minggu ke-1, ke-4, ke-8 dan minggu ke-12 Universitas Sumatera Utara 38 selama penyimpanan pada suhu kamar. Hal ini menunjukkan bahwa sediaan stabil secara fisik Setiawan, 2010. Berdasarkan pengujian sediaan maskara dilakukan pada bulu mata sintesis yang meliputi perlekatan maskara pada bulu mata sintesis, kecepatan waktu pengeringan, kelentikan bulu mata, dan panjang bulu mata. Berikut ini adalah data hasil peningkatan persentase ketebalan bulu mata setelah dioleskan ke bulu mata sintesis. Tabel 4.4 Data peningkatan persentase ketebalan maskara krim Sediaan I II III Rata-rata Sebelum dioles 0,105 0,104 0,104 0,104 Sesudah dioles 0,131 0,129 0,124 0,128 F1 0,117 0,116 0,116 0,116 F2 0,122 0,121 0,122 0,121 F3 0,126 0,127 0,127 0,126 F4 0,133 0,129 0,130 0,130 F5 0,140 0,142 0,145 0,142 Keterangan : Sebelum diloes: Bulu mata tanpa maskara Sesudah dioles : Bulu mata dengan maskara pembanding Formula F1 : Ekstrak daun jambu biji 2,5 Formula F2 : Ekstrak daun jambu biji 5 Formula F3 : Ekstrak daun jambu biji 7,5 Formula F4 : Ekstrak daun jambu biji 10 Formula F5 : Ekstrak daun jambu biji 12,5 Berdasarkan data yang diperoleh setelah pengukuran ketebalan seperti pada data diatas, terlihat bahwa terdapat peningkatan persentase ketebalan bulu mata pada tiap formula dimana persentase ketebalan semakin meningkat dan peningkatan persentase ketebalan berbeda antar formula yang satu dengan yang lainnya. Universitas Sumatera Utara 39 Secara umum, terlihat bahwa setiap formula menunjukkan peningkatan persentase ketebalan sebelum penggunaan dan setelah penggunaan maskara krim, dimana persentase ketebalan semakin meningkat.

4.4 Pengujian Sediaan Maskara