Central Sterilized Supply Department CSSD

Di RSUP H. Adam Malik dilakukan dengan melaksanakan hand hygiene dan five moment. f. Mengurangi resiko pasien jatuh Pengurangan resiko pasien jatuh di RSUP H. Adam Malik sudah dilakukan dengan baik yaitu dengan penandaan gelang berwarna kuning kepada pasien yang memiliki resiko jatuh.

3.5 Central Sterilized Supply Department CSSD

Central Sterilization Supply Department CSSD atau Instalasi Sterilisasi Pusat ISP merupakan instalasi pusat sterilisasi yang melayani semua unit dirumah sakit yang membutuhkan kondisi steril Depkes RI, 2009. Tujuannya adalah untuk melayani unit-unit yang membutuhkan kondisi steril seperti : Rawat inap, rawat jalan, IGD, IBP, CS, IDT, dan PK. Instalasi CSSD ini merupakan tindakan pencegahan terhadap infeksi nosokomial dirumah sakit. Kondisi yang diharapkan mesti bersih dan steril bebas dari mikroba. Instalasi pusat sterilisasi dipimpin oleh seorang apoteker dan dibantu oleh wakil kepala instalasi, tata usaha dan tiga pokja lainnya. Instalasi CSSD berada dibawah tanggung jawab Direktur Umum dan Operasional. Adapun struktur organisasi Instalasi SterilisasiPusat di RSUP H. Adam Malik dapat dilihat pada gambar 3.2. Universitas Sumatera Utara Gambar 3.2. Struktur organisasi Instalasi Sterilisasi Pusat RSUP H. Adam Malik Medan. Instalasi Pusat Sterilisasi CSSD mempunyai satu orang kepala instalasi, satu orangwakil kepala instalasi, satu orang tata usaha, satu orang Ka. Pokja distribusi, Ka. Pokja Sterilisasi, Pokja penyediaan, dan beberapa orang pelaksana. Standar gedung yang harus dipedomani yaitu sistem satu arah. Sehingga diharapkan mencegah kontaminasi silang yang mungkin dapat terjadi. Ruangan yang tersedia di instalasi sterilisasi pusat yaitu : a. Ruang lantai 1 ISP yang terdiri dari ruang kotor dekontaminasi, ruang sterilisasi dan ruang bersih. b. Ruang Depo ISP dilantai 3 yang terdiri dari ruang kotor dekontaminasi, ruang steril, ruang sterilisator Etilen Oksida. Alur kerja yang terjadi di CSSD yaitu: a. Penerimaan alat-alat yang perlu disterilkan dari unit-unit diloket penerimaan. b. Masuk ruang dekontaminasi, alat akan dicuci dan dibersihkan. c. Menuju ruang bersih, disini alat akan dikemas, diberi label dan indikator. d. Proses sterilisasi e. Alat yang sudah disterilisasi akan masuk ke ruang steril dan disimpan disana sebelum digunakan kembali. Universitas Sumatera Utara Gambar 3.3 Alur Kerja Instalasi Pusat Sterilisasi. Cara sterilisasi ada dua macam, yaitu: a. Sterilisasi suhu tinggi 134 o Dengan stim uap air bertekanan tinggi yang digunakan untuk alat-alat yang tahan terhadap suhu panas seperti logam, kain katun yang tahan panas, dll. C b. Sterilisasi suhu rendah 50 o –60 o Prinsip kerjanya memakai sterilan. Digunakan untuk alat-alat yang tidak tahan panas seperti jenis-jenis plastik. Sterilisasi suhu rendah menggunakan reagen sebagai sterilan yaitu: C i. Ethylen Oksida proses sterilisasi selama 11-12 jam Universitas Sumatera Utara ii. H 2 O 2 iii. Formaldehid proses sterilisasi selama 4-4,5 jam proses sterilisasi selama 1-1,5 jam Sterilan harus ada jaminan dapat mensterilkan bahanalat yang telah disterilkan benar-benar steril. Untuk menjamin steril alat bahan diperlukan mekanisme yang ketat. Oleh karena itu, perlu melakukan proses monitoring proses sterilisasi. Hal-hal yang harus diperhatikan untuk kontrol kualitas adalah: a. Pemberian nomor lot pada setiap kemasan b. Data mesin sterilisasi c. Waktu expired date Pemantauan proses sterilisasi secara rutin dilakukan dengan indikator sterilisasi terdiri dari: a. Indikator mekanik adalah bagian dari instrument mesin sterilisasi dengan sistem steam seperti indikator suhu dan tekanan yang menunjukkan alat sterilisasi bekerja dengan baik. b. Indikator kimia adalah indikator yang menandai terjadinya paparan sterilisasi pada obyek yang disterilkan, dengan adanya perubahan warna. Indikator kimia yang digunakan yaitu indikator eksternal Autoclave tape, indikator internal Comply. c. Indikator Bowie-Dick. Indikator ini hanya digunakan untuk sterilisasi uap. Dilakukan 1 x sehari. d. Indikator biologi adalah sediaan berisi populasi mikroorganisme spesifik dalam bentuk spora yang bersifat resisten terhadap beberapa parameter yang terkontrol dan terukur dalam suatu proses sterilisasi tertentu. Universitas Sumatera Utara e. Indikator mikrobiologi berkaitan dengan expired date instrumen yang mengalami proses sterilisasi. Contohnya kassa setelah dilakukan uji mikrobiologi expired date bisa sampai tiga bulan dengan syarat disimpan di lemari tertutup, terpisah dari alat-alat lain dan penyimpanannya di suhu sejuk. Barangalat yang telah disterilkan di Instalasi CSSD RSUP H. Adam Malik mempunyai waktu expire date selama tujuh hari. Namun setelah diuji mikrobiologi selama tiga bulan masih bebas dari mikroorganisme. Universitas Sumatera Utara

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Rumah Sakit Umum H. Adam malik

Rumah Sakit Umum Pusat H. Adam Malik adalah Rumah Sakit Umum kelas A yang mempunyai pelayanan medis spesialistik dan subspesialistik yang luas, sesuai dengan SK Menkes No. 335MenkesSKVII1990. RSUP H. Adam Malik dipimpin oleh seorang direktur utama dan dibantu oleh 4 direktur yang mengepalai direktorat masing-masing. RSUP H. Adam Malik merupakan rumah sakit yang menyelenggarakan program latihan untuk berbagai profesi. Berdasarkan Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 340MENKESPERIII2010 tentang Klasifikasi Rumah Sakit pasal 4, Rumah sakit umum kelas A harus mempunyai minimal 4 spesialis dasar, 5 spesialis penunjang medis, 12 spesialis lain dan 13 subspesialis. Jumlah tempat tidur minimal 400 empat ratus buah. Dilihat dari jumlah spesialisasi yang ada RSUP. H. Adam Malik sudah memenuhi kriteria rumah sakit kelas A, dimana RSUP. H. Adam Malik memiliki 20 Staf Medik Fungsional SMF dan 28 Spesialisasi Kedokteran dan sudah mempunyai tempat tidur besar dari 400 empat ratus buah. Peran apoteker di RSUP H. Adam Malik tidak hanya pada Instalasi Farmasi Rumah Sakit tetapi juga berperan serta pada Panitia Farmasi dan Terapi PFT, tim Program Pengendalian Resistensi Antibiotik PPRA, dan Instalasi CSSD dan Instalasi Gas Medis. Peran apoteker dalam tim PPRA, sebagai ketua pilar farmasi klinis dan memberikan kontribusi dalam terbitnya pedoman penggunaan antibiotik di Rumah Sakit. Universitas Sumatera Utara