2.2 Tim Farmasi dan Terapi
Menurut Permenkes RI Nomor 58 tahun 2014 tentang Standar Pelayanan Kefarmasian di Rumah Sakit, dalam pengorganisasian Rumah Sakit dibentuk Tim
Farmasi dan Terapi TFT yang merupakan unit kerja dalam memberikan rekomendasi kepada pimpinan Rumah Sakit mengenai kebijakan penggunaan
Obat di Rumah Sakit yang anggotanya terdiri dari dokter yang mewakili semua spesialisasi yang ada di Rumah Sakit, Apoteker Instalasi Farmasi, serta tenaga
kesehatan lainnya apabila diperlukan. TFT harus dapat membina hubungan kerja dengan komite lain di dalam Rumah Sakit yang berhubunganberkaitan dengan
penggunaan Obat. Ketua TFT dapat diketuai oleh seorang dokter atau seorang Apoteker, apabila
diketuai oleh dokter maka sekretarisnya adalah Apoteker, namun apabila diketuai oleh Apoteker, maka sekretarisnya adalah dokter. TFT harus mengadakan rapat
secara teratur, sedikitnya 2 dua bulan sekali dan untuk Rumah Sakit besar rapat diadakan sekali dalam satu bulan. Rapat TFT dapat mengundang pakar dari dalam
maupun dari luar Rumah Sakit yang dapat memberikan masukan, memiliki pengetahuan khusus, keahlian-keahlian atau pendapat tertentu yang bermanfaat
bagi TFT. TFT mempunyai tugas:
a. mengembangkan kebijakan tentang penggunaan Obat di Rumah Sakit;
b. melakukan seleksi dan evaluasi Obat yang akan masuk dalam formularium
Rumah Sakit; c.
mengembangkan standar terapi; d.
mengidentifikasi permasalahan dalam penggunaan Obat;
Universitas Sumatera Utara
e. melakukan intervensi dalam meningkatkan penggunaan Obat yang rasional;
f. mengkoordinir penatalaksanaan Reaksi Obat yang Tidak Dikehendaki;
g. mengkoordinir penatalaksanaan medication error;
h. menyebarluaskan informasi terkait kebijakan penggunaan Obat di Rumah
Sakit.
2.3 Instalasi Farmasi Rumah Sakit
Instalasi farmasi di rumah sakit adalah instalasi di rumah sakit yang dipimpin oleh seorang apoteker dan dibantu oleh beberapa orang apoteker, tenaga ahli
madya farmasi D-3 dan tenaga menengah farmasi AA yang memenuhi persyaratan peraturan perundang-undangan yang berlaku, dan merupakan tempat
atau fasilitas penyelenggaraan yang bertanggung jawab atas seluruh pekerjaan serta pelayanan kefarmasian yang terdiri atas pelayanan paripurna, mencakup
perencanaan, pengadaan, produksi, penyimpanan perbekalan kesehatan, dispensing obat, pengendalian mutu dan pengendalian distribusi dan penggunaan
seluruh perbekalan kesehatan di rumah sakit serta pelayanan farmasi klinik Menkes RI, 2014.
2.3.1 Tugas dan Fungsi Instalasi Farmasi Rumah Sakit
Tugas Instalasi Farmasi Rumah Sakit, meliputi : a.
menyelenggarakan, mengkoordinasikan, mengatur dan mengawasi seluruh kegiatan pelayanan kefarmasian yang optimal dan profesional serta sesuai
prosedur dan etik profesi;
b. melaksanakan pengelolaan Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan dan Bahan Medis
Habis Pakai yang efektif, aman, bermutu dan efisien;
Universitas Sumatera Utara
c. melaksanakan pengkajian dan pemantauan penggunaan Sediaan Farmasi, Alat
Kesehatan dan Bahan Medis Habis Pakai guna memaksimalkan efek terapi
dan keamanan serta meminimalkan risiko;
d. melaksanakan Komunikasi, Informasi dan Edukasi KIE serta memberikan
rekomendasi kepada dokter, perawat dan pasien;
e.
berperan aktif dalam Tim Farmasi dan Terapi;
f. melaksanakan pendidikan dan pelatihan serta pengembangan Pelayanan
Kefarmasian;
g. memfasilitasi dan mendorong tersusunnya standar pengobatan dan
formularium Rumah Sakit;
Fungsi Instalasi Farmasi Rumah Sakit, meliputi: a.
Pengelolaan Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan dan Bahan Medis Habis Pakai i.
memilih Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan dan Bahan Medis Habis Pakai sesuai kebutuhan pelayanan Rumah Sakit;
ii. merencanakan kebutuhan Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan dan Bahan
Medis Habis pakai secara efektif, efisien dan optimal; iii.
mengadakan Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan dan Bahan Medis Habis Pakai berpedoman pada perencanaan yang telah dibuat sesuai ketentuan
yang berlaku; iv.
memproduksi sediaan farmasi, alat kesehatan dan bahan medis habis pakai untuk memenuhi kebutuhan pelayanan kesehatan di Rumah Sakit;
v. menerima Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan dan Bahan Medis Habis Pakai
sesuai dengan spesifikasi dan ketentuan yang berlaku;
Universitas Sumatera Utara
vi. menyimpan Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan dan Bahan Medis Habis Pakai
sesuai dengan spesifikasi dan persyaratan kefarmasian; vii.
mendistribusikan Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan dan Bahan Medis Habis Pakai ke unit-unit pelayanan di Rumah Sakit;
viii. melaksanakan pelayanan farmasi satu pintu;
ix. melaksanakan pelayanan Obat “unit dose”dosis sehari;
x. melaksanakan komputerisasi pengelolaan Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan
dan Bahan Medis Habis Pakai apabila sudah memungkinkan; xi.
mengidentifikasi, mencegah dan mengatasi masalah yang terkait dengan Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan dan Bahan Medis Habis Pakai;
xii. melakukan pemusnahan dan penarikan Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan
dan Bahan Medis Habis Pakai yang sudah tidak dapat digunakan; xiii.
mengendalikan persediaan Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan dan Bahan Medis Habis Pakai;
xiv. melakukan administrasi pengelolaan Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan dan
Bahan Medis Habis Pakai. b.
Pelayanan farmasi klinik i.
mengkaji dan melaksanakan pelayanan Resep atau permintaan Obat; ii.
melaksanakan penelusuran riwayat penggunaan Obat; iii.
melaksanakan rekonsiliasi Obat; iv.
memberikan informasi dan edukasi penggunaan Obat baik berdasarkan Resep maupun Obat non Resep kepada pasienkeluarga pasien;
v. mengidentifikasi, mencegah dan mengatasi masalah yang terkait dengan
Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan dan Bahan Medis Habis Pakai;
Universitas Sumatera Utara
vi. melaksanakan visite mandiri maupun bersama tenaga kesehatan lain;
vii. memberikan konseling pada pasien danatau keluarganya;
viii. melaksanakan Pemantauan Terapi Obat PTO
a pemantauan efek terapi Obat;
b pemantauan efek samping Obat;
c pemantauan Kadar Obat dalam Darah PKOD;
ix. melaksanakan Evaluasi Penggunaan Obat EPO;
x. melaksanakan dispensing sediaan steril
a melakukan pencampuran Obat suntik;
b menyiapkan nutrisi parenteral;
c melaksanakan penanganan sediaan sitotoksik;
d melaksanakan pengemasan ulang sediaan steril yang tidak stabil;
xi. melaksanakan Pelayanan Informasi Obat PIO kepada tenaga kesehatan
lain, pasienkeluarga, masyarakat dan institusi di luar Rumah Sakit; xii.
melaksanakan Penyuluhan Kesehatan Rumah Sakit PKRS.
2.3.2 Struktur Organisasi Instalasi Farmasi Rumah Sakit
Menurut Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 58 tahun 2014 tentang Standar Pelayanan Kefarmasian Pengorganisasian Rumah Sakit harus dapat
menggambarkan pembagian tugas, koordinasi kewenangan, fungsi dan tanggung jawab Rumah Sakit. Berikut adalah beberapa orang di Rumah Sakit yang terkait
dengan kefarmasian. Pengorganisasian Instalasi Farmasi Rumah Sakit harus mencakup penyelenggaraan pengelolaan Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan, dan
Bahan Medis Habis Pakai, pelayanan farmasi klinik dan manajemen mutu, dan bersifat dinamis dapat direvisi sesuai kebutuhan dengan tetap menjaga mutu.
Universitas Sumatera Utara
2.3.3 Kegiatan Pengelolaan Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan dan Bahan Medis Habis Pakai
Apoteker bertanggung jawab terhadap pengelolaan Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan dan Bahan Medis Habis Pakai di Rumah Sakit yang menjamin seluruh
rangkaian kegiatan pengelolaan Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan dan Bahan Medis Habis Pakai sesuai dengan ketentuan yang berlaku serta memastikan
kualitas, manfaat dan keamanannya. Pengelolaan Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan dan Bahan Medis Habis Pakai merupakan suatu siklus kegiatan,
dimulai dari pemilihan, perencanaan kebutuhan, pengadaan, penerimaan, penyimpanan, pendistribusian, pemusnahan dan penarikan, pengendalian dan
administrasi yang diperlukan bagi kegiatan Pelayanan Kefarmasian.
Pengelolaan Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan dan Bahan Medis Habis Pakai harus dilaksanakan secara multidisiplin, terkoordinir dan menggunakan proses
yang efektif untuk menjamin kendali mutu dan kendali biaya. Dalam ketentuan Pasal 15 ayat 3 Undang-Undang Nomor 44 Tahun 2009 tentang Rumah Sakit
menyatakan bahwa pengelolaan Alat Kesehatan, Sediaan Farmasi dan Bahan Medis Habis Pakai di Rumah Sakit harus dilakukan oleh Instalasi Farmasi sistem
satu pintu. Alat Kesehatan yang dikelola oleh Instalasi Farmasi sistem satu pintu berupa alat medis habis pakaiperalatan non elektromedik, antara lain alat
kontrasepsi IUD, alat pacu jantung, implan dan stent.
Sistem satu pintu adalah satu kebijakan kefarmasian termasuk pembuatan formularium, pengadaan dan pendistribusian Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan
dan Bahan Medis Habis Pakai yang bertujuan untuk mengutamakan kepentingan
pasien melalui Instalasi Farmasi Rumah Sakit.
Universitas Sumatera Utara
Dengan kebijakan pengelolaan sistem satu pintu, Instalasi Farmasi sebagai satu-satunya penyelenggara Pelayanan Kefarmasian, sehingga Rumah Sakit akan
mendapatkan manfaat dalam hal:
i. pelaksanaan pengawasan dan pengendalian penggunaan sediaan Farmasi,
Alat Kesehatan dan Bahan Medis Habis Pakai;
ii. standarisasi Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan dan Bahan Medis Habis
Pakai;
iii. penjaminan mutu Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan dan Bahan Medis Habis
Pakai;
iv. pengendalian harga Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan dan Bahan Medis
Habis Pakai;
v.
pemantauan terapi Obat;
vi. penurunan risiko kesalahan terkait penggunaan Sediaan Farmasi, Alat
Kesehatan dan Bahan Medis Habis Pakai keselamatan pasien;
vii. kemudahan akses data Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan dan Bahan Medis
Habis Pakai yang akurat;
viii.
peningkatan mutu pelayanan Rumah Sakit dan citra Rumah Sakit; dan
ix. peningkatan pendapatan Rumah Sakit dan peningkatan kesejahteraan
pegawai.
Rumah Sakit harus menyusun kebijakan terkait manajemen pengunaan Obat yang efektif. Kebijakan tersebut harus ditinjau ulang sekurang-kurangnya
sekali setahun. Peninjauan ulang sangat membantu Rumah Sakit memahami kebutuhan dan prioritas dari perbaikan sistem mutu dan keselamatan penggunaan
Obat yang berkelanjutan.
Universitas Sumatera Utara
Rumah Sakit perlu mengembangkan kebijakan pengelolaan Obat untuk meningkatkan keamanan, khususnya Obat yang perlu diwaspadai high-alert
medication. High-alert medication adalah Obat yang harus diwaspadai karena sering menyebabkan terjadi kesalahankesalahan serius sentinel event dan Obat
yang berisiko tinggi menyebabkan Reaksi Obat yang Tidak Diinginkan ROTD.
Kelompok Obat high-alert diantaranya:
a. Obat yang terlihat mirip dan kedengarannya mirip Nama Obat Rupa dan
Ucapan MiripNORUM atau Look Alike Sound AlikeLASA.
b. Elektrolit konsentrasi tinggi misalnya kalium klorida 2 meqml atau yang
lebih pekat, kalium fosfat, natrium klorida lebih pekat dari 0,9 dan
magnesium sulfat.
c.
Obat-obat sitostatika.
Kegiatan Pengelolaan Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan dan Bahan Medis Habis Pakai:
2.3.3.1 Pemilihan
Pemilihan adalah kegiatan untuk menetapkan jenis Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan dan Bahan Medis Habis Pakai sesuai dengan kebutuhan. Pemilihan
Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan dan Bahan Medis Habis Pakai ini berdasarkan: i.
Formularium dan standar pengobatanpedoman diagnosa dan terapi ii.
Standar Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan dan Bahan Medis Habis Pakai yang telah ditetapkan
iii. Pola penyakit
iv. Efektifitas dan keamanan
v. Pengobatan berbasis bukti
Universitas Sumatera Utara
vi. Mutu
vii. Harga
viii. Ketersediaan di pasaran
2.3.3.2 Perencanaan
Perencanaan kebutuhan merupakan kegiatan untuk menentukan jumlah dan periode pengadaan Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan dan Bahan Medis Habis
Pakai sesuai dengan hasil kegiatan pemilihan untuk menjamin terpenuhinya kriteria tepat jenis, tepat jumlah, tepat waktu dan efisien.
Perencanaan dilakukan untuk menghindari kekosongan Obat dengan menggunakan metode yang dapat dipertanggungjawabkan dan dasar-dasar
perencanaan yang telah ditentukan antara lain konsumsi, epidemiologi, kombinasi metode konsumsi dan epidemiologi dan disesuaikan dengan anggaran yang
tersedia. Pedoman perencanaan harus mempertimbangkan: i.
anggaran yang tersedia; ii.
penetapan prioritas; iii.
sisa persediaan; iv.
data pemakaian periode yang lalu; v.
waktu tunggu pemesanan; vi.
rencana pengembangan.
2.3.3.3 Pengadaan
Pengadaan merupakan kegiatan yang dimaksudkan untuk merealisasikan perencanaan kebutuhan. Pengadaan merupakan kegiatan yang berkesinambungan
dimulai dari pemilihan, penentuan jumlah yang dibutuhkan, penyesuaian antara
Universitas Sumatera Utara
kebutuhan dan dana, pemilihan metode pengadaan, pemilihan pemasok, penentuan spesifikasi kontrak, pemantauan proses pengadaan dan pembayaran.
Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam pengadaan Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan dan Bahan Medis Habis Pakai antara lain:
i. bahan baku Obat harus disertai Sertifikat Safety Analisa;
ii. bahan berbahaya harus menyertakan Material Safety Data Sheet
MSDS; iii.
sediaan Farmasi, Alat Kesehatan dan Bahan Medis Habis Pakai harus mempunyai Nomor Izin Edar; dan
iv. expired date minimal 2 dua tahun kecuali untuk Sediaan Farmasi,
Alat Kesehatan dan Bahan Medis Habis Pakai tertentu vaksin, reagensia, dan lain-lain
Pengadaan dapat dilakukan melalui: i.
Pembelian. ii.
Produksi sediaan farmasi. iii.
SumbanganDroppingHibah.
2.3.3.4 Penerimaan
Penerimaan merupakan kegiatan untuk menjamin kesesuaian jenis, spesifikasi, jumlah, mutu, waktu penyerahan dan harga yang tertera dalam kontrak
atau surat pesanan dengan kondisi fisik yang diterima. Semua dokumen terkait penerimaan barang harus tersimpan dengan baik.
2.3.3.5 Penyimpanan
Setelah barang diterima di Instalasi Farmasi perlu dilakukan penyimpanan sebelum dilakukan pendistribusian. Penyimpanan harus dapat menjamin kualitas
Universitas Sumatera Utara
dan keamanan Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan dan Bahan Medis Habis Pakai sesuai dengan persyaratan kefarmasian. Persyaratan kefarmasian yang dimaksud
meliputi persyaratan stabilitas dan keamanan, sanitasi, cahaya, kelembaban, ventilasi dan penggolongan jenis Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan dan Bahan
Medis Habis Pakai. Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan, dan Bahan Medis Habis Pakai yang harus
disimpan terpisah yaitu: a.
bahan yang mudah terbakar, disimpan dalam ruang tahan api dan diberi tanda khusus bahan berbahaya
b. gas medis disimpan dengan posisi berdiri, terikat, dan diberi penandaaan
untuk menghindari kesalahan pengambilan jenis gas medis. Penyimpanan tabung gas medis kosong terpisah dari tabung gas medis yang ada isinya.
Penyimpanan tabung gas medis di ruangan harus menggunakan tutup demi keselamatan.
Metode penyimpanan dapat dilakukan berdasarkan kelas terapi, bentuk sediaan dan jenis Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan dan Bahan Medis Habis Pakai
dan disusun secara alfabetis dengan menerapkan prinsip First Expired First Out FEFO dan First In First Out FIFO disertai sistem informasi manajemen.
Penyimpanan Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan dan Bahan Medis Habis Pakai yang penampilan dan penamaan yang mirip LASA, Look Alike Sound Alike
tidak ditempatkan berdekatan dan harus diberi penandaan khusus untuk mencegah terjadinya kesalahan pengambilan Obat.
Universitas Sumatera Utara
Rumah Sakit harus dapat menyediakan lokasi penyimpanan Obat emergensi untuk kondisi gawat darurat. Tempat penyimpanan harus mudah diakses dan
terhindar dari penyalahgunaan dan pencurian.
2.3.3.6 Pendistribusian
Distribusi merupakan suatu rangkaian kegiatan dalam rangka menyalurkanmenyerahkan Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan dan Bahan Medis
Habis Pakai dari tempat penyimpanan sampai kepada unit pelayananpasien dengan tetap menjamin mutu, stabilitas, jenis, jumlah dan ketepatan waktu.
Rumah Sakit harus menentukan sistem distribusi yang dapat menjamin terlaksananya pengawasan dan pengendalian Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan
dan Bahan Medis Habis Pakai di unit pelayanan. Sistem distribusi di unit pelayanan dapat dilakukan dengan cara:
a. Sistem Persediaan Lengkap di Ruangan floor stock
i. Pendistribusian Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan dan Bahan Medis
Habis Pakai untuk persediaan di ruang rawat disiapkan dan dikelola oleh Instalasi Farmasi.
ii. Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan dan Bahan Medis Habis Pakai yang
disimpan di ruang rawat harus dalam jenis dan jumlah yang sangat dibutuhkan.
iii. Dalam kondisi sementara dimana tidak ada petugas farmasi yang
mengelola di atas jam kerja maka pendistribusiannya didelegasikan kepada penanggung jawab ruangan.
iv. Setiap hari dilakukan serah terima kembali pengelolaan obat floor
stock kepada petugas farmasi dari penanggung jawab ruangan.
Universitas Sumatera Utara
v. Apoteker harus menyediakan informasi, peringatan dan
kemungkinan interaksi Obat pada setiap jenis Obat yang disediakan di floor stock.
b. Sistem Resep Perorangan
Pendistribusian Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan dan Bahan Medis Habis Pakai berdasarkan Resep peroranganpasien rawat jalan dan rawat
inap melalui Instalasi Farmasi. c.
Sistem Unit Dosis Pendistribusian Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan dan Bahan Medis
Habis Pakai berdasarkan Resep perorangan yang disiapkan dalam unit dosis tunggal atau ganda, untuk penggunaan satu kali dosispasien. Sistem
unit dosis ini digunakan untuk pasien rawat inap. d.
Sistem Kombinasi Sistem pendistribusian Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan dan Bahan
Medis Habis pakai bagi pasien rawat inap dengan menggunakan kombinasi a + b atau b + c atau a + c.
Sistem distribusi Unit Dose Dispensing UDD sangat dianjurkan untuk pasien rawat inap mengingat dengan sistem ini tingkat kesalahan pemberian Obat
dapat diminimalkan sampai kurang dari 5 dibandingkan dengan sistem floor stock atau Resep individu yang mencapai 18.
Sistem distribusi dirancang atas dasar kemudahan untuk dijangkau oleh pasien dengan mempertimbangkan:
i. Efisiensi dan efektifitas sumber daya yang ada.
ii. Metode sentralisasi atau desentralisasi.
Universitas Sumatera Utara
2.3.3.7 Pemusnahan dan Penarikan Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan dan Bahan Medis Habis Pakai
Pemusnahan dan penarikan Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan dan Bahan Medis Habis Pakai yang tidak dapat digunakan harus dilaksanakan dengan cara
yang sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku. Pemusnahan dilakukan untuk Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan dan Bahan
Medis Habis Pakai bila: a.
produk tidak memenuhi persyaratan mutu; b.
telah kadaluwarsa; c.
tidak memenuhi syarat untuk dipergunakan dalam pelayanan kesehatan atau kepentingan ilmu pengetahuan; dan
d. dicabut izin edarnya.
Tahapan pemusnahan Obat terdiri dari: a.
membuat daftar Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan dan Bahan Medis Habis Pakai yang akan dimusnahkan;
b. menyiapkan Berita Acara Pemusnahan;
c. mengoordinasikan jadwal, metode dan tempat pemusnahan kepada pihak
terkait; d.
menyiapkan tempat pemusnahan; dan e.
melakukan pemusnahan disesuaikan dengan jenis dan bentuk sediaan serta peraturan yang berlaku.
Penarikan Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan dan Bahan Medis Habis Pakai dilakukan terhadap produk yang izin edarnya dicabut oleh Badan Pengawas Obat
dan Makanan BPOM. Penarikan Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan dan Bahan
Universitas Sumatera Utara
Medis Habis Pakai dilakukan oleh BPOM atau pabrikan asal. Rumah Sakit harus mempunyai sistem pencatatan terhadap kegiatan penarikan.
2.3.3.8 Pengendalian
Pengendalian dilakukan terhadap jenis dan jumlah persediaan dan penggunaan Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan dan Bahan Medis Habis Pakai.
Pengendalian penggunaan Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan dan Bahan Medis Habis Pakai dapat dilakukan oleh Instalasi Farmasi harus bersama dengan Tim
Farmasi dan Terapi TFT di Rumah Sakit. Tujuan pengendalian persediaan Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan dan Bahan
Medis Habis Pakai adalah untuk: a.
penggunaan Obat sesuai dengan Formularium Rumah Sakit; b.
penggunaan Obat sesuai dengan diagnosis dan terapi; c.
memastikan persediaan efektif dan efisisen atau tidak terjadi kelebihan dan kekurangankekosongan, kerusakan, kadaluarsa dan kehilangan serta
pengembalian pesanan Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan dan Bahan Medis Habis Pakai.
Cara untuk mengendalikan persediaan Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan dan Bahan Medis Habis Pakai adalah:
a. Melakukan evaluasi persediaan yang jarang digunakan slow moving;
b. Melakukan evaluasi persediaan yang tidak digunakan dalam waktu tiga
bulan berturut-turut death stock; c.
Stok opname yang dilakukan secara periodik dan berkala.
Universitas Sumatera Utara
2.3.3.9 Administrasi
Administrasi harus dilakukan secara tertib dan berkesinambungan untuk memudahkan penelusuran kegiatan yang sudah berlalu. Kegiatan administrasi
terdiri dari : pencatatan dan pelaporan, administrasi keuangan dan administrasi penghapusan.
2.3.4 Pelayanan Farmasi Klinik
Berdasarkan Permenkes RI Nomor 58MenkesSKX2014 tentang Standar Pelayanan Kefarmasian di Rumah Sakit bahwa pelayanan farmasi klinik
merupakan pelayanan langsung yang diberikan Apoteker kepada pasien dalam rangka meningkatkan outcome terapi dan meminimalkan risiko terjadinya efek
samping karena Obat, untuk tujuan keselamatan pasien patient safety sehingga kualitas hidup pasien quality of life terjamin.
2.3.4.1 Pengkajian dan pelayanan resep
Pelayanan Resep dimulai dari penerimaan, pemeriksaan ketersediaan, pengkajian Resep, penyiapan Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan dan Bahan Medis
Habis Pakai termasuk peracikan Obat, pemeriksaan, penyerahan disertai pemberian informasi. Pada setiap tahap alur pelayanan Resep dilakukan upaya
pencegahan terjadinya kesalahan pemberian Obat medication error.
Kegiatan ini untuk menganalisa adanya masalah terkait Obat, bila ditemukan masalah terkait Obat harus dikonsultasikan kepada dokter penulis Resep.
Apoteker harus melakukan pengkajian Resep sesuai persyaratan administrasi, persyaratan farmasetik dan persyaratan klinis baik untuk pasien rawat inap
maupun rawat jalan.
Universitas Sumatera Utara
a. Persyaratan administrasi meliputi:
i. nama, umur, jenis kelamin, berat badan dan tinggi badan pasien;
ii. nama, nomor izin, alamat dan paraf dokter;
iii. tanggal resep; dan
iv. ruanganunit asal resep.
b. Persyaratan farmasetis meliputi:
i. nama, obat, bentuk dan kekuatan sediaan;
ii. dosis dan jumlah Obat;
iii. stabilitas; dan
iv. aturan dan cara penggunaan.
c. Persyaratan klinis meliputi:
i. ketepatan indikasi, dosis dan waktu penggunaan Obat;
ii. duplikasi pengobata;
iii. alergi dan Reaksi Obat yang Tidak Dikehendaki ROTD;
iv. kontraindikasi; dan
v. interaksi Obat.
2.3.4.2 Penelusuran riwayat penggunaan Obat
Penelusuran riwayat penggunaan Obat merupakan proses untuk mendapatkan informasi mengenai seluruh ObatSediaan Farmasi lain yang pernah dan sedang
digunakan, riwayat pengobatan dapat diperoleh dari wawancara atau data rekam medikpencatatan penggunaan Obat pasien.
Universitas Sumatera Utara
Tahapan penelusuran riwayat penggunaan Obat: a.
membandingkan riwayat penggunaan Obat dengan data rekam medikpencatatan penggunaan Obat untuk mengetahui perbedaan informasi
penggunaan Obat; b.
melakukan verifikasi riwayat penggunaan Obat yang diberikan oleh tenaga kesehatan lain dan memberikan informasi tambahan jika diperlukan;
c. mendokumentasikan adanya alergi dan Reaksi Obat yang Tidak Dikehendaki
ROTD; d.
mengidentifikasi potensi terjadinya interaksi Obat; e.
melakukan penilaian terhadap kepatuhan pasien dalam menggunakan Obat; f.
melakukan penilaian rasionalitas Obat yang diresepkan; g.
melakukan penilaian terhadap pemahaman pasien terhadap Obat yang digunakan;
h. melakukan penilaian adanya bukti penyalahgunaan Obat;
i. melakukan penilaian terhadap teknik penggunaan Obat;
j. memeriksa adanya kebutuhan pasien terhadap Obat dan alat bantu kepatuhan
minum Obat concordance aids; k.
mendokumentasikan Obat yang digunakan pasien sendiri tanpa sepengetahuan dokter;
l. mengidentifikasi terapi lain, misalnya suplemen dan pengobatan alternatif
yang mungkin digunakan oleh pasien. Kegiatan:
a. penelusuran riwayat penggunaan Obat kepada pasienkeluarganya; dan
b. melakukan penilaian terhadap pengaturan penggunaan Obat pasien.
Universitas Sumatera Utara
Informasi yang harus didapatkan: a.
nama Obat termasuk Obat non Resep, dosis, bentuk sediaan, frekuensi penggunaan, indikasi dan lama penggunaan Obat;
b. reaksi Obat yang tidak dikehendaki termasuk riwayat alergi; dan
c. kepatuhan terhadap regimen penggunaan Obat jumlah Obat yang tersisa.
2.3.4.3 Rekonsiliasi Obat
Rekonsiliasi Obat merupakan proses membandingkan instruksi pengobatan dengan Obat yang telah didapat pasien. Rekonsiliasi dilakukan untuk mencegah
terjadinya kesalahan Obat medication error seperti Obat tidak diberikan, duplikasi, kesalahan dosis atau interaksi Obat. Kesalahan Obat medication error
rentan terjadi pada pemindahan pasien dari satu Rumah Sakit ke Rumah Sakit lain, antar ruang perawatan serta pada pasien yang keluar dari Rumah Sakit ke
layanan kesehatan primer dan sebaliknya.
2.3.4.4 Pelayanan Informasi Obat PIO
Pelayanan Informasi Obat PIO merupakan kegiatan penyediaan dan pemberian informasi, rekomendasi Obat yang independen, akurat, tidak bias,
terkini dan komprehensif yang dilakukan oleh Apoteker kepada dokter, Apoteker, perawat, profesi kesehatan lainnya serta pasien dan pihak lain di luar Rumah
Sakit. PIO bertujuan untuk:
a. menyediakan informasi mengenai Obat kepada pasien dan tenaga kesehatan di
lingkungan Rumah Sakit dan pihak lain di luar Rumah Sakit;
Universitas Sumatera Utara
b. menyediakan informasi untuk membuat kebijakan yang berhubungan dengan
ObatSediaan Farmasi, Alat Kesehatan dan Bahan Medis Habis Pakai, terutama bagi Tim Farmasi dan Terapi; dan
c. menunjang penggunaan Obat yang rasional.
2.3.4.5 Konseling
Konseling Obat adalah suatu aktivitas pemberian nasihat atau saran terkait terapi Obat dari Apoteker konselor kepada pasien danatau keluarganya.
Konseling untuk pasien rawat jalan maupun rawat inap di semua fasilitas kesehatan dapat dilakukan atas inisitatif Apoteker, rujukan dokter, keinginan
pasien atau keluarganya. Pemberian konseling yang efektif memerlukan kepercayaan pasien danatau keluarga terhadap Apoteker.
Pemberian konseling Obat bertujuan untuk mengoptimalkan hasil terapi, meminimalkan risiko reaksi Obat yang tidak dikehendaki ROTD dan
meningkatkan cost-effectiveness yang pada akhirnya meningkatkan keamanan penggunaan Obat bagi pasien patient safety.
2.3.4.6 Visite
Visite merupakan kegiatan kunjungan ke pasien rawat inap yang dilakukan Apoteker secara mandiri atau bersama tim tenaga kesehatan untuk mengamati
kondisi klinis pasien secara langsung dan mengkaji masalah terkait Obat, memantau terapi Obat dan Reaksi Obat yang Tidak Dikehendaki, meningkatkan
terapi Obat yang rasional dan menyajikan informasi Obat kepada dokter, pasien serta profesional kesehatan lainnya.
Visite juga dapat dilakukan pada pasien yang sudah keluar Rumah Sakit baik atas permintaan pasien maupun sesuai dengan program Rumah Sakit yang biasa
disebut dengan Pelayanan Kefarmasian di rumah Home Pharmacy Care.
Universitas Sumatera Utara
Sebelum melakukan kegiatan visite Apoteker harus mempersiapkan diri dengan mengumpulkan informasi mengenai kondisi pasien dan memeriksa terapi
Obat dari rekam medik atau sumber lain.
2.3.4.7 Pemantauan Terapi Obat PTO
Pemantauan Terapi Obat PTO merupakan suatu proses yang mencakup kegiatan untuk memastikan terapi Obat yang aman, efektif dan rasional bagi
pasien. Tujuan PTO adalah meningkatkan efektivitas terapi dan meminimalkan risiko Reaksi Obat yang Tidak Dikehendaki ROTD.
2.3.4.8 Monitoring Efek Samping Obat MESO
Monitoring Efek Samping Obat MESO merupakan kegiatan pemantauan setiap respon terhadap Obat yang tidak dikehendaki yang terjadi pada dosis lazim
yang digunakan pada manusia untuk tujuan profilaksis, diagnosa dan terapi. Efek Samping Obat adalah reaksi Obat yang tidak dikehendaki yang terkait dengan
kerja farmakologi. Tujuan MESO adalah: a.
menemukan Efek Samping Obat ESO sedini mungkin terutama yang berat, tidak dikenal dan frekuensinya jarang;
b. menentukan frekuensi dan insidensi ESO yang sudah dikenal dan yang baru
saja ditemukan; c.
mengenal semua faktor yang mungkin dapat menimbulkanmempengaruhi angka kejadian dan hebatnya ESO;
d. meminimalkan risiko kejadian reaksi Obat yang tidak dikehendaki; dan
e. mencegah terulangnya kejadian reaksi Obat yang tidak dikehendaki.
Universitas Sumatera Utara
2.3.4.9 Evaluasi Penggunaan Obat EPO
Evaluasi Penggunaan Obat EPO merupakan program evaluasi penggunaan Obat yang terstruktur dan berkesinambungan secara kualitatif dan kuantitatif.
Tujuan EPO yaitu: a.
mendapatkan gambaran keadaan saat ini atas pola penggunaan Obat; b.
membandingkan pola penggunaan Obat pada periode waktu tertentu; c.
memberikan masukan untuk perbaikan penggunaan Obat; d.
menilai pengaruh intervensi atas pola penggunaan Obat.
2.3.4.10 Dispensing Sediaan Steril
Dispensing sediaan steril harus dilakukan di Instalasi Farmasi Rumah Sakit dengan teknik aseptik untuk menjamin sterilitas dan stabilitas produk dan
melindungi petugas dari paparan zat berbahaya serta menghindari terjadinya kesalahan pemberian Obat. Dispensing sediaan steril bertujuan:
a. menjamin agar pasien menerima Obat sesuai dengan dosis yang dibutuhkan;
b. menjamin sterilitas dan stabilitas produk;
c. melindungi petugas dari paparan zat berbahaya;
d. menghindari terjadinya kesalahan pemberian Obat.
2.3.4.11 Pemantauan Kadar Obat dalam Darah PKOD
Pemantauan Kadar Obat dalam Darah PKOD merupakan interpretasi hasil pemeriksaan kadar Obat tertentu atas permintaan dari dokter yang merawat karena
indeks terapi yang sempit atau atas usulan dari Apoteker kepada dokter. Tujuan PKOD adalah mengetahui Kadar Obat dalam Darah dan memberikan rekomendasi
kepada dokter yang merawat.
2.4 Mutu d
an Keselamatan Pasien dalam Pelayanan Farmasi
Universitas Sumatera Utara
2.4.1 Mutu Pelayanan
Mutu adalah suatu program yang disusun secara objektif dan sistematik untuk memantau dan menilai kewajaran asuhan terhadap pasien, menggunakan peluang
untuk meningkatkan asuhan pasien dan memecahkan masalah yang terungkap
2.4.2 Keselamatan Pasien
Keselamatan pasien disyaratkan untuk diimplementasikan mulai tanggal 1 januari 2011 di semua rumah sakit yang terakreditasi oleh Joint Commission
International JCI dibawah Standar Internasional untuk rumah sakit. Tujuan IPSG adalah untuk menggiatkan perbaikan-perbaikan tertentu dalam soal
keselamatan pasien. Berikut adalah daftar IPSG berdasarkan Joint Commission International, 2011:
a. Mengidentifikasi pasien dengan benar
i. Pasien diidentifikasi dengan menggunakan dua identitas pasien,
tidak boleh menggunakan nomor kamar atau lokasi pasien. ii.
Pasien diidentifikasi sebelum pemberian obat, darah atau produk darah.
iii. Pasien diidentifikasi sebelum mengambil darah dan specimen lain
untuk pemeriksaan klinis. iv.
Pasien diidentifikasi sebelum pemberian pengobatan dan tindakanprosedur.
v. Kebijakan dan prosedur mengarahkan pelaksanaan identifikasi
yang konsisten pada semua situasi dan lokasi. b.
Meningkatkan komunikasi yang efektif
Universitas Sumatera Utara
i. Perintah lengkap secara lisan dan yang melalui telepon atau hasil
pemeriksaan dituliskan secara lengkap oleh penerima perintah. ii.
Perintah lengkap lisan dan telepon atau hasil pemeriksaan dibacakan kembali secara lengkap oleh penerima perintah.
iii. Perintah atau hasil pemeriksaan dikonfirmasi oleh pemberi perintah
atau yang menyampaikan hasil pemeriksaan. iv.
Kebijakan dan prosedur mengarahkan pelaksanaan verifikasi keakuratan komunikasi lisan atau melalui telepon secara konsisten.
c. Meningkatkan keamanan obat-obatan yang harus diwaspadai High
Alert Obat-obatan yang perlu diwaspadai high-alert medications adalah
obat yang sering menyebabkan terjadi kesalahankesalahan serius sentinel event, obat yang berisiko tinggi menyebabkan dampak yang
tidak diinginkan adverse outcome seperti obat-obat yang terlihat mirip dan kedengarannya mirip Nama Obat Rupa dan Ucapan
MiripNORUM, atau Look Alike Soun AlikeLASA. Cara yang paling efektif untuk mengurangi atau mengeliminasi kejadian tersebut adalah
dengan meningkatkan proses pengelolaan obat-obat yang perlu diwaspadai termasuk memindahkan elektrolit konsentrat dari unit
pelayanan pasien ke farmasi. d.
Memastikan lokasi pembedahan yang benar, prosedur yang benar, pembedahan pada pasien yang benar
Universitas Sumatera Utara
i. Rumah sakit menggunakan suatu tanda yang jelas dan dimengerti
untuk identifikasi lokasi operasi dan melibatkan pasien di dalam proses penandaan.
ii. Rumah sakit menggunakan suatu checklist atau proses lain untuk
memverifikasi saat preoperasi tepat lokasi, tepat prosedur, dan tepat pasien dan semua dokumen serta peralatan yang diperlukan
tersedia, tepat, dan fungsional. iii.
Tim operasi yang lengkap menerapkan dan mencatat prosedur “sebelum insisitime-out” tepat sebelum dimulainya suatu
prosedurtindakan pembedahan. iv.
Kebijakan dan prosedur dikembangkan untuk mendukung proses yang seragam untuk memastikan tepat lokasi, tepat prosedur, dan
tepat pasien, termasuk prosedur medis dan dental yang dilaksanakan di luar kamar operasi.
e. Mengurangi resiko infeksi akibat perawatan kesehatan
i. Rumah sakit mengadopsi atau mengadaptasi pedoman hand
hygiene terbaru yang diterbitkan dan sudah diterima secara umum WHO Patient Safety.
ii. Rumah sakit menerapkan program hand hygiene yang efektif.
iii. Kebijakan danatau prosedur dikembangkan untuk mengarahkan
pengurangan secara berkelanjutan risiko dari infeksi yang terkait pelayanan kesehatan.
Universitas Sumatera Utara
Pelaksanaan hand hygiene :
Pelaksanaan five moment :
f. Mengurangi resiko cedera pasien akibat jatuh.
Dalam konteks populasimasyarakat yang dilayani, pelayanan yang disediakan, dan fasilitasnya, rumah sakit perlu mengevaluasi risiko
pasien jatuh dan mengambil tindakan untuk mengurangi risiko cedera
Universitas Sumatera Utara
bila sampai jatuh. Evaluasi bisa termasuk riwayat jatuh, obat dan telaah terhadap konsumsi alkohol, gaya jalan dan keseimbangan, serta alat
bantu berjalan yang digunakan oleh pasien. Program tersebut harus diterapkan rumah sakit.
2.5 Instalasi
Central Sterilized Supply Department CSSD
Central Sterilization Supply Department CSSD atau Instalasi Pusat Pelayanan Sterilisasi merupakan instalasi pusat sterilisasi yang melayani semua
unit dirumah sakit yang membutuhkan kondisi steril Depkes RI, 2009. Instalasi pusat sterilisasi adalah unit pelayanan non struktural yang
berfungsi memberikan pelayanan sterilisasi yang sesuai dengan standarpedoman dan memenuhi kebutuhan barang steril di Rumah Sakit Depkes RI, 2009.
a. Tujuan Pusat Sterilisasi:
i. Membantu unit lain dirumah sakit yang membutuhkan kondisi steril, untuk
mencegah terjadinya infeksi. ii.
Menurunkan angka kejadian infeksi. iii.
Efisiensi tenaga medisparamedis untuk kegiatan yang berorientasi pada pelayanan terhadap pasien.
iv. Menyediakan dan menjamin kualitas hasil sterilisasi terhadap produk yang
dihasilkan. b.
Tugas utama CSSD adalah: i.
Menyiapkan peralatan medis untuk perawatan pasien. ii.
Melakukan proses sterilisasi alatbahan.
Universitas Sumatera Utara
iii. Mendistribusikan alat yang dibutuhkan oleh ruang perawatan, kamar
operasi maupun ruangan lain. iv.
Berpartisipasi dalam pemilihan peralatan dan bahan yang aman dan bermutu.
v. Mempertahankan stock inventory yang memadai untuk keperluan
perawatan pasien. vi.
Mempertahankan standar yang telah ditetapkan. vii.
Mendokumentasikan setiap kegiatan yang dilakukan sebagai bagian dari upaya pengendalian mutu.
viii. Melakukan penelitian terhadap hasil sterilisasi dalam rangka pencegahan
dan pengendalian infeksi bersama dengan pengendalian infeksi nosokomial.
ix. Memberi penyuluhan tentang hal – hal yang berkaitan dengan masalah
sterilisasi. x.
menyelenggarakan pendidikan dan pengembangan staf instalasi pusat sterilisasi.
xi. Mengevaluasi hasil sterilisasi.
xii. Alur aktivitas fungsional CSSD dimulai dari ruang dekontaminasi, ruang
pengemasan alat, ruang produksi dan prossesing, ruang sterilisasi, dan ruang penyimpanan barang steril.
c. Fungsi CSSD
Fungsi CSSD adalah menyiapkan alat-alat bersih dan steril untuk keperluan perawatan pasien di rumah sakit. Secara lebih rinci fungsinya adalah
menerima, memproses, mensterilkan, menyimpan serta mendistribusikan
Universitas Sumatera Utara
peralatan medis ke berbagai ruangan di rumah sakit untuk kepentingan perawatan pasien. Alur aktivitas fungsional CSSD dimulai dari proses pembilasan,
pembersihan atau dekontaminasi, pengeringan, inspeksi dan pengemasan, memberi label, sterilisasi, sampai proses distribusi. Lokasi CSSD sebaiknya
berdekatan dengan ruangan pemakai alat steril terbesar. Dengan pemilihan lokasi seperti ini maka selain meningkatkan pengendalian infeksi dengan meminimalkan
resiko kontaminasi silang, serta meminimalkan lalu lintas transportasi alat steril Depkes, 2009.
d. Ruangan pusat sterilisasi dibagi atas 5 ruangan yaitu:
i. Ruangan dekontaminasi
Proses penerimaan barang kotor, dekontaminasi dan pembersihan dilakukan di ruangan ini. Ruangan dekontaminasi harus direncanakan, dipelihara
dan dikontrol untuk mendukung efisiensi proses dekontaminasi dan untuk melindungi pekerja dari benda-benda yang dapat menyebabkan infeksi, racun dan
hal-hal berbahaya lainnya. Sistem ventilasi harus didesain sedemikian rupa sehingga udara diruang
dekontaminasi harus dihisap keluar atau ke sistem sirkulasi udara melalui filter, tekanan udara harus negatif tidak mengkontaminasi udara ruangan lainnya dan
ruangan dekontaminasi tidak dianjurkan menggunakan kipas angin Depkes, 2009.
Suhu dan kelembaban yang direkomendasikan adalah suhu udara antara 18
C sampai 22 C dan kelembaban udara antara 35 sampai 75. Lokasi
ruangan dekontaminasi harus terletak diluar lalu lintas utama rumah sakit, dirancang sebagai area tertutup, secara fungsional terpisah dari area di sebelahnya
Universitas Sumatera Utara
dan dengan izin masuk terbatas, dirancang secara fungsional terpisah dari area lainnya sehingga benda-benda kotor langsung datangmasuk ke ruangan
dekontaminasi, benda-benda kotor tersebut kemudian dibersihkan danatau didesinfeksi sebelum dipindahkan ke area yang bersih atau ke area proses
sterilisasi dan disediakan peralatan yang memadai dari segi desain, ukuran dan tipenya Depkes, 2009.
ii. Ruangan pengemasan alat
Proses pengemasan alat untuk alat bongkar pasang maupun pengemasan dan penyimpanan barang bersih dilakukan di ruangan ini. Pada ruangan ini
dianjurkan ada tempat penyimpanan barang tertutup. iii.
Ruangan produksi dan prosesing Pemeriksaan linen, dilipat dan dikemas untuk persiapan sterilisasi
dilakukan di ruangan ini. Pada daerah ini sebaiknya ada tempat untuk penyimpanan barang tertutup. Selain linen, pada ruangan ini juga dilakukan pula
persiapan untuk bahan seperti kain kasa, kapas dan cotton swabs. iv.
Ruangan sterilisasi Proses sterilisasi alatbahan dilakukan di ruangan ini. Untuk sterilisasi
etilen oksida, sebaiknya dibuat ruangan khusus yang terpisah tetapi masih dalam satu unit pusat sterilisasi.
v. Ruangan penyimpanan barang steril
Ruangan ini sebaiknya berada dekat dengan ruangan sterilisasi. Apabila digunakan mesin sterilisasi dua pintu, maka pintu belakang langsung berhubungan
dengan ruangan penyimpanan. Di ruangan ini penerangan harus memadai, suhu antara 18
C-22 C dan kelembaban 35-75. Ventilasi menggunakan sistem
Universitas Sumatera Utara
tekanan positif dengan efisiensi filtrasi particular antara 90-95 untuk partikel berukuran 0,5 mikro. Dinding dan lantai ruangan terbuat dari bahan yang halus
dan kuat. Alat steril disimpan pada jarak 19-24 cm dari lantai dan minimum 43 cm dari langit-langit serta 5 cm dari dinding. Akses ke ruang penyimpanan steril
dilakukan oleh petugas pusat sterilisasi yang terlatih Depkes, 2009. Standar gedung yang harus dipedomani yaitu sistem satu arah.
Cara sterilisasi ada dua macam, yaitu: a
Sterilisasi suhu tinggi 134
o
Dengan stim uap air bertekanan tinggi yang digunakan untuk alat-alat yang tahan terhadap suhu panas seperti logam, kain katun yang tahan
panas. C
b Sterilisasi suhu rendah 50
o
–60
o
Prinsip kerjanya memakai sterilan. Digunakan untuk alat-alat yang tidak tahan panas seperti jenis-jenis plastik.
C
Sterilisasi suhu rendah menggunakan reagen sebagai sterilan, reagen nya adalah :
i. Ethylen Oksida proses sterilisasi selama 11-12 jam.
ii. H
2
O
2
iii. Formaldehid proses sterilisasi selama 4-4,5 jam.
proses sterilisasi selama 1-1,5 jam.
Universitas Sumatera Utara
BAB III TINJAUAN KHUSUS RSUP H. ADAM MALIK MEDAN
3.1 Rumah Sakit Umum Pusat H. Adam Malik
3.1.1 Pendahuluan
RSUP. H. Adam Malik berlokasi di Jl. Bunga Lau No. 17 Medan Tuntungan Kota Medan Propinsi Sumatera Utara.Menurut Peraturan Menteri Kesehatan RI
No 244MenkesPerIII2008 tanggal 11 Maret 2008 tentang Organisasi dan Tata Kerja RSUP. H. Adam Malik Medan. RSUP. H. Adam Malik Medan adalah unit
pelaksana teknis di lingkungan Departemen Kesehatan yang berada di bawah dan bertanggung jawab kepada Direktur Jenderal Bina Pelayanan Medik Departemen
Kesehatan.
3.1.2 Visi dan misi RSUP. H. Adam Malik
Visi RSUP H. Adam Malik adalah menjadi pusat rujukan pelayanan kesehatan, pendidikan dan penelitian yang mandiri dan unggul di Sumatera tahun
2015. Misi RSUP H. Adam Malik adalah:
a. Melaksanakan pelayanan kesehatan paripurna, bermutu dan terjangkau.
b. Melaksanakan pendidikan, pelatihan serta penelitian kesehatan yang
profesional. c.
Melaksanakan kegiatan pelayanan dengan prinsip efektif, efisien, akuntabel, dan mandiri.
Universitas Sumatera Utara