50
keluar. Setelah menunggu beberapa lama, harimau itupun keluar. Dengan ketenangan perkiraan yang baik, akhirnya Buyung pun berhasil membunuh harimau
buas tersebut. Mereka pun segera bekerja sama untuk menguliti harimau tersebut dan selanjutnya bekerja sama membuat pondok untuk tempat mereka bermalam.
Nilai kerja sama itu dapat kita lihat dalam kutipan berikut. ”Mari kita kuliti dia cepat, dan kita memasang pondok di tepi
sungai,” kata Buyung, ” kita bermalam saja di sini malam ini.”” Lubis 1992: 210
Nilai kerja sama tetap ditunjukkan oleh anggota kelompok pendamar yang tersisa sampai akhir cerita novel ini. Mereka juga menyelesaikan masalah-masalah
yang mereka hadapi dengan cara bekerja sama.
4.2.11 Nilai Keberanian
Nilai keberanian merupakan suatu nilai yang sangat perlu untuk dimiliki oleh seseorang ketika dia menghadapi dan hendak menyelesaikan masalah tersebut.
Namun sifat berani harus dibarengi dengan pemikiran yang matang dan sifat bijaksana, tidak boleh hanya modal berani saja, segala sesuatu kemungkinan yang
terjadi harus dipikirkan. Nilai keberanian dibutuhkan untuk mengambil suatu tindakan baru pada saat
kita sedang berada dalam suatu masalah. Suatu tindakan baru yang dapat merubah keadaan dan membawa kita lepas dari masalah yang menghampiri kehidupan kita.
Kita harus berani untuk membuat dan mengambil suatu keputusan atau tindakan yang baru meskipun tindakan baru ini akan membutuhkan perjuang yang lebih
besar lagi.
Universitas Sumatera Utara
51
Kehidupan mencari damar di tengah hutan membutuhkan keberaniaan, karena pekerjaan ini dekat dengan bahaya yang selalu siap mengancam kapan saja. Para
anggota kelompok pendamar yang sudah terbiasa keluar masuk hutan, sudah terbiasa dengan berbagai macam bahaya yang dapat menghampiri ketika berada di
tengah hutan. Baik itu bahaya yang berasal dari hewan buas ataupun bahaya yang disebabkan oleh sulitnya medan perjalanan yang biasa mereka tempuh ketika
mencari damar di tengah hutan. Dalam menjalani kehidupan sehari-hari, para anggota kelompok pendamar
sudah terbiasa menunjukkan nilai keberanian dalam tindakan atau pekerjaan mereka sehari-hari. Hal itu dapat kita lihat dalam kutipan berikut.
”….Talib tanpa ragu-ragu menyerang babi dengan tombaknya, dan menyelamatkan pemburu itu.” Lubis, 1992: 20
Kutipan di atas menjelaskan bahwa Talib salah satu anggota kelompok pendamar dengan berani menyerang seekor babi hutan yang tengah mengamuk dan
menyerang seorang pemburu yang pada saat itu sedang mengepung babi hutan tersebut. Talib tanpa ragu-ragu menyerang babi hutan tersebut dengan tombaknya,
dan dia pun dapat menyelamatkan pemburu yang pada saat itu sedang berada dalam bahaya serangan babi hutan yang sedang mengamuk.
Ketika Pak Balam diserang oleh harimau, anggota kelompok pendamar yang lain segera mengeluarkan respon yang cepat. Mereka langsung mengambil
tindakan. Mereka mengambil senjata masing-masing dan dengan berani mereka semua berlari untuk menyelamatkan Pak Balam yang telah diterkam dan diseret
oleh harimau ke dalam hutan yang gelap. Hal itu dapat dilihat pada kutipan berikut ini.
Universitas Sumatera Utara
52
”Reaksi kawan-kawannya di sekeliling api unggun cukup cepat. Wak Katok segera mengambil senapan, yang muda-
muda melompat menghunus parang panjang dan segera berlari….., dan mereka terus berlari ke tempat Pak Balam…..
Wak Katok berlari di depan dengan senapannya, disusul segera oleh Buyung dan yang lain.” Lubis, 1992: 91
Begitu juga ketika talib diserang oleh sang harimau, mereka juga langsung melakukan tindakan pertolongan dengan cepat. Meskipun mereka telah melihat
dengan jelas besarnya jejak yang ditinggalkan sang harimau, yang menandakan bahwa harimau tersebut sangatlah besar, namun tanpa berpikir panjang dan ragu-
ragu, mereka langsung berani mengejar harimau tersebut dan hendak menyelamatkan Talib. Nilai keberanian tersebut dapat kita lihat dalam kutipan
berikut. ”Mereka melihat besarnya jejak itu. Akan tetapi tanpa berpikir
panjang mereka berlari ke dalam hutan mengikuti jejak dan darah…,..dengan pedang terhunus mereka menyerbu ke dalam
pohon-pohon
yang tumbuh
ra pat…….pemandangannya
sungguh mengerikan hati. Tetapi saat itu bukan saat untuk merasa takut lagi.” Lubis,1992:121-122
Kutipan di atas juga menggambarkan bahwa para anggota kelompok pendamar dengan berani menyerbu harimau yang sedang berada di dalam pohon-pohon hutan
yang tumbuh rapat. Hal itu berbahaya bagi mereka, karena bisa saja harimau tersebut balik menyerang mereka. Namun demi menyelamatkan nyawa Talib, maka
mereka pun dengan gagah berani menyerbu sang harimau. Pada saat Pak Balam dan Talib telah menjadi korban serangan sang harimau
buas, keberanian anggota kelompok pendamar tidak menjadi luntur dan hilang. Buyung yang merupakan anggota kelompok pendamar yang paling muda di antara
anggota kelompok yang lainnya, dengan berani mengusulkan agar mereka
Universitas Sumatera Utara
53
memburu harimau buas tersebut, Buyung ingin menuntut bela dari kematian temannya. Hal itu dapat kita lihat dalam kutipan berikut.
”Buyung mengusulkan agar mencoba memburu harimau.” Lubis, 1922: 137
Ketika percobaan pertama mereka untuk memburu harimau gagal dan bahkan Sutan pun telah ikut menjadi korban ketiga dari kebuasan harimau tersebut, namun
Buyung dengan berani tetap mengusulkan agar mereka tetap melanjutkan perburuan terhadap harimau buas tersebut. Hal itu dapat kita lihat dalam kutipan
berikut. ”…..tiba-tiba buyung tak dapat menahan dirinya. ”Wak Katok,
katanya, ”mari sekarang kita buru harimau itu sampai dapat. Hatiku panas sekali. Pak Balam, Talib, dan Sutan harus
dituntut bela.”” Lubis, 1992: 164
Nilai keberanian juga tetap ditunjukkan oleh anggota kelompok pendamar yang tersisa ketika mereka diancam oleh orang yang selama ini sangat mereka
segani dan takuti dan bahkan telah mereka anggap sebagai pemimpin kelompok mereka. Mereka berani untuk untuk melawan Wak Katok. Bahkan ketika Wak
Katok mengancam akan membunuh mereka dengan ilmu-ilmu gaib, mereka dengan berani berkata bahwa semua ilmu Wak Katik hanyalah takhyul dan mereka tidak
percaya lagi, padahal selama ini mereka sangat takut dengan ilmu-ilmu Wak Katok. Tapi karena mereka percaya dengan adanya Tuhan, maka mereka pun tidak takut
lagi dengan ancaman Wak Katok. Hal itu dapat kita lihat dalam kutipan berikut. ”Sedang kini pun dalam hati mereka timbul juga sedikit
kesangsian Bagaimana jika benar, akan tetapi mereka ingat kata Pak Haji… percayalah pada adanya Tuhan, dan Buyung ,
membalas ”Kami sudah tak takut dan percaya lagi pada
Universitas Sumatera Utara
54
mantera dan jimat dan sihir Wak Katok. Takhyul yang palsu saja.”” Lubis, 1992: 203
Walaupun anggota kelompok mereka hanya tinggal bertiga, dan yang satu adalah pengecut dan pembohong. Namun mereka dengan berani memutuskan
untuk tetap lanjut memburu harimau tersebut. Nilai keberanian itu dapat kita lihat dalam kutipan berikut ini.
”Ke mana kita?” tanya Wak Katok. ”Memburu harimau,” kata Buyung” Lubis, 1992: 203
Sikap beranilah yang membuat kelompok ini dapat mengalahkan masalah yang datang menghadang perjalanan mereka. Mereka dengan berani menyelesaikan
satu-persatu masalah yang ada.
4.2.12 Nilai Kerja Keras