Nilai Tolong-menolong Nilai-Nilai Perjuangan dalam Novel Harimau Harimau

59 Kelompok pendamar ini selalu menunjukkan kerja keras di sepanjang perjalanan yang mereka lakukan. Mereka melewati semua maslah yang datang dengan terus bekerja keras.

4.2.13 Nilai Tolong-menolong

Tolong-menolong merupakan suatu nilai yang perlu kita terapkan dalam kehidupan bermasyarakat. Nilai tolong-menolong menuntun kita agar saling peduli dan saling menbantu dalam mengerjakan sesuatu. Ketika ada orang disekitar kita yang membutuhkan pertolongan kita, maka sudah seharusnya kita menolongnya dengan cara melakukan hal terbaik yang sanggup kita lakukan untuk membantu masalahnya. Ketika ada anggota kelompok pendamar yang mengalami kesusahan atau terancam bahaya maka anggota kelompok yang lain akan berusaha menolong dan menyelamatkannya. Nilai tolong-menolong diperlihatkan oleh anggota kelompok pendamar ketika Pak Balam diterkam dan ditarik oleh harimau ke dalam hutan yang gerak. Para anggota kelompok yang lain segera mengambil senjata masing-masing lalu berlari mengejar harimau untuk menolong Pak Balam. Ketika Pak Balam telah terlepas dari cengkraman harimau, mereka segera mengangkat Pak Balam yang sedang terluka dan membawanya ke pondok dekat api unggun tempat mereka bermalam. Pertolongan mereka itu terlihat dalam kutipan berikut. ”Melihat Pak Balam telah tak ada, mereka lalu berlari melihat semak-semak yang bergerak-gerak bekas dilewati bekas dilalui harimau……..Mereka melihat harimau melepaskan Pak Balam, dan terus berlari, menghilang ke dalam hutan yang lebih gelap. Dengan cepat mereka berlari ke tempat Pak Balam…….Buyung, Sanip, Talib, Pak Haji, dan Sutan cepat Universitas Sumatera Utara 60 mengangkatnya…… dan dengan Wak Katok berjalan di belakang, mereka cepat-cepat membawa Pak Balam ke tempat api unggun.” Lubis, 1992: 91-92 Setelah tiba di pondok tempat mereka bermalam, mereka segera memeriksa luka Pak Balam. Lalu mereka mulai membersihkannya dengan perlengkapan yang seadanya. Kemudian mereka mengobatinya dengan ramuan-ramuan yang telah mereka buat dan segera membalutnya dengan menggunakan kain sarung. Nilai tolong-menolong yang mereka tunjukkan terlihat dalam kutipan berikut. ”Mereka membersihkan luka-luka Pak Balam dengan air panas, dan Wak Katok menutup luka besar di betis dengan ramuan daun-daunan, yang kemudian mereka bungkus dengan sobekan kain sarung Pak Balam.” Lubis, 1992: 92 Di hari selanjutnya, para anggota kelompok pendamar yang lain berusaha untuk membantu dan mengobati Pak Balam. Hal itu dapat dilihat dalam kutipan-kutipan berikut. ”…maka air obat dituangkan ke dalam mangkok dari batok kelapa. Setelah air agak dingin Wak Katok meminumkannya pada Pak Balam sedikit demi sedikit.” Lubis, 1992: 93 ”Ketika Wak Katok membuka betisnya untuk mengganti obatnya dengan ramuan yang baru, kelihatan lukanya…” Lubis, 1992: 115 Melihat keadaan Pak balam menderita luka yang sangat parah, para anggota kelompok yang lainnya memutuskan untuk menolong Pak Balam dengan cara akan mengusungnya dalam perjalanan pulang secara berganti-gantian. Hal itu terlihat dalam kutipan berikut ini. ”....berusaha untuk melupakan dosa-dosanya sendiri. ”..Pak Balam rasanya tak akan kuat berjalan kaki, karena itu harus kita pikul berganti-ganti. Esok baiklah kita buatkan usungan untuknya.”” Lubis, 1992: 111-112 Universitas Sumatera Utara 61 Nilai tolong-menolong juga ditunjukkan oleh kelompok pendamar kita Talib diserang oleh harimau. Mereka segera menyusul Talib yang saat itu ditarik harimau ke dalam hutan. Mereka mengusir harimau tersebut dan langsung menolong Talib dengan cara mengangkatnya dan membawanya ke tempat yang aman. Pertolongan yang dilakukan oleh kelompok pendamar terlihat dalam kutipan berikut. ”…mereka melihat Talib terbaring di tanah, tak sadarkan diri. Badannya penuh berlumuran darah dari kepala hingga ke kaki……… Dengan cepat tiga orang mengangkat Talib, sedang Wak Katok dan yang lain berjaga- jaga.” Lubis, 1992: 122 Setelah sampai di tempat yang aman, para anggota kelompok pendamar segera bekerja sama untuk membersihkan dan mengobati luka yang diderita oleh Talib. Hal itu ditunjukkan dalam kutipan berikut. ”dan mereka akan segera memasak air untuk membersihkan luka- luka Talib dan membuat obat baginya.” Lubis, 1992: 125 Pada saat mereka melakukan perburuan terhadap harimau, mereka memotong jalan melalui hutan yang sangat gelap yang belum pernah mereka lewati. Di tengah perjalanan, Pak Haji hampir saja terkena patukan ular yang sangat berbisa. Untung saja Buyung datang menolong dan menyelamatkan Pak Haji dari bahaya yang mengancamnya. Hal itu dapat kita lihat dalam kutipan berikut. ”Buyung melompat amat cepat mendekati Pak Haji… Parang panjang dihayunkannya, Pak Haji terdorong ke pinggir terkejut… nah, kena dia Buyung berseru-seru gembira…Muka Pak Haji pucat ketika melihat badan dan kepala ular hijau yang kini bergerak-gerak jatuh di tanah yang lembab. Ular yang amat berbisa. Dia hampir saja dipatuk oleh ular yang berbisa itu yang turun dari pohon ketika ia lewat. Untunglah Buyung memalingkan mukanya hendak melihat wajah Pak Haji.” Lubis, 1992: 179 Universitas Sumatera Utara 62 Nilai tolong menolong memang telah menjadi bagian dari prinsip hidup anggota kelompok pendamar, salah satunya adalah Buyung. Buyung menerangkan bahwa dia akan menolong setiap orang yang membutuhkan pertolongannya. Hal itu dapat kita lihat dalam kutipan berikut ini. ”” Tak sampai kesana pikiranku,” kata Buyung, ”menurut rasa hatiku, di mana kita bertemu dengan yang jahat, dan hendak merusak kita, atau hendak merusak orang lain, merusak orang banyak, maka kita yang paling dekat wajib melawannya.”” Lubis, 1992: 182 Nilai tolong-menolong juga ditunjukkan oleh anggota kelompok pendamar ketika salah satu anggota mereka, yaitu Pak Haji terkena tembakan Wak Katok. Talib dan Buyung segera membersihkan dan mengobati luka Pak Haji, dan setelah selesai mereka membaringkan Pak Haji di dalam pondok tempat mereka bermalam. Hal itu terlihat dalam kutipan berikut. ”Kemudian dia mendatangi Sanip yang sedang membersihkan luka di dada kanan Pak Haji. Buyung membasahi sepotong kain dengan air, dan menggosok kening dan muka Pak Haji. Kemudian mereka membalut luka Pak Haji dan menutup pakaiannya kembali, dan membaringkannya baik-baik di dalam pondok.” Lubis, 1992: 198 Nilai tolong-menolong memang sangat perlu kita miliki dalam menjalani kehidupan ini. Ketika setiap orang memiliki nilai tolong-menolong dalam dirinya, maka setiap persoalan atau bahaya yang datang dapat segera diselesaikan dengan cepat, karena ada orang lain yang menolong kita untuk menyelesaikannya. Universitas Sumatera Utara 63

4.3 Manfaat Nilai-nilai Perjuangan untuk Penyelesaian Masalah yang