44
pelan-pelan kapada Wak Katok yang pada saat itu tengah mengancam akan menembaknya dengan senapan.
4.2.10 Nilai Kerja Sama
Nilai kerja sama sangat penting untuk kita miliki di tengah-tengah kehidupan kita bermasyarakat. Kita harus mampu bekerja sama dengan orang yang ada
disekitar kita. Apalagi jika kita mempunyai ikatan dengan suatu kelompok, entah itu kelompok kerja atau yang lainnya. Kita harus mau dan mampu bekerja sama
dengan anggota kelompok kita yang lain. Hal itu sangat perlu dilakukan agar kelompok tersebut dapat menghasilkan hasil kerja yang terbaik.
Nilai kerja sama sangat penting untuk diterapkan di dalam suatu kelompok, karena jika setiap anggota kelompok dapat bekerja sama, maka setiap pekerjaan
akan terasa menjadi semakin gampang dan dapat diselesaikan dengan cepat. Karena nilai kerja sama mengajarkan kita untuk saling membantu dalam mengerjakan
sesuatu. Begitu juga dengan kelompok pendamar dalam novel ini. Mereka telah terbiasa bekerja sama dan saling membantu dalam mencari damar di tengah hutan
rimba. Hal itu dapat kita lihat dalam kutipan berikut. ”…. mereka merasa lebih aman dan lebih dapat bantu-
membantu me lakukan pekerjaan.”
Lubis, 1992: 5 Kutipan di atas menjelaskan bahwa ketika mereka mencari damar secara
berkelompok, maka mereka akan merasa aman dan mereka dapat bekerja sama dalam melakukan pekerjaan ini. Tidak hanya terbiasa bekerja sama dalam
menjalani pekerjaan mencari damar di tengah hutan, namun anggota kelompok pendamar ini juga mau bekerja sama dengan penduduk desa tempat mereka tinggal.
Universitas Sumatera Utara
45
Contohnya adalah ketika ada penduduk yang ingin membangun rumah. Maka mereka akan ikut membantu dan ikut bekerja sama dalam membangun rumah
tersebut. Hal tersebut dapat kita lihat dalam kutipan berikut. ”…. mereka ikut bekerja bersama-sama ketika ada orang
membangun rumah...” Lubis, 1992: 6 Nilai kerja sama memang telah tertanam dalam kehidupan para anggota
kelompok pendamar ini. Apalagi pekerjaan mereka ini termasuk pekerjaan yang berat dan berbahaya. Oleh karena itu mereka sudah terbiasa dalam menjalani
pekerjaan ini. Pada saat di tengah hutan pun mereka akan bekerja sama pada saat mencari damar. Buyung bekerja sama dengan Talib. Ketika mereka mandapatkan
damar yang banyak, dan membutuhkan keranjang yang lebih banyak lagi untuk menampung damar tersebut, maka saling berbagi tugas. Buyung bertugas untuk
mengambil keranjang tambahan ke pondok Wak Hitam, sedangkan Talib bertugas untuk melanjutkan pekerjaan mencari damar. Mereka bekerja sama untuk dapat
menghasilkan hasil yang maksimal. Hal itu dapat dilihat dalam kutipan berikut. ”Dia terkejut ketika mendengar suara Talib.. mereka berdua
bekerja sama mengumpulka n damar.” Lubis, 1992: 51
Tidak hanya dalam mencari damar, namun mereka juga akan bekerja sama untuk mempersiapkan hal-hal yang mereka butuhkan bersama. Seperti dalam
mempersiapkan makanan sehari-hari dan membuat pondok bermalam. Mereka semua akan bekerja sama untuk mengerjakannya. Hal itu dapat kita lihat dalam
kutipan-kutipan berikut. ”Mereka sedang mendirikan sebuah pondok…” Lubis, 1992:
69
Universitas Sumatera Utara
46
”….sedang Sanip dan Talib bergegas masak makanan pagi..” Lubis, 1992: 85
”Mereka tiba di sana jam setengah lima petang. Dengan cepat mereka membuat pondok bermalam……….Anak-anak muda,
seperti Buyung, Sanip, Talib, dan Sutan mengumpulkan kayu api banyak-banyak. Mereka bermaksud hendak memasang api
unggun, mungkin sampai pagi.” Lubis, 1992: 87
Sama juga halnya ketika mereka akan berburu rusa. Mereka akan bekerja sama untuk mencari jejak dan mengejar rusa tersebut. Hal itu dapat kita lihat dalam
kutipan-kutipan berikut. ”….kami dibawa Wak Katok berburu rusa…,…tetapi ketika
kami melihatnya dan ku tembak….” Lubis, 1992: 70
”… Mereka bertiga akan pergi berburu rusa..” Lubis, 1992: 80
Jika perburuan mereka berhasil, maka mereka juga akan bekerja sama untuk mengolah hasil buruan tersebut. Hal itu dapat kita lihat dalam kutipan-kutipan
berikut ini. ”…ketika mereka telah tiba membawa rusa di tempat
bermalam dan rusa telah digantungkan kepada sebuah cabang pohon yang kuat, dan Wak Katok baru saja selesai
mengulitinya.” Lubis, 1992: 84
”Mereka pun dengan cepat memotong-motong daging rusa, sedan
g Sanip dan Talib bergegas masak makanan pagi” Lubis, 1992: 85
Dari beberapa kutipan di atas, memang telah terlihat dengan jelas nilai kerja sama dalam kehidupan kelompok pendamar ini. Nilai kerja sama juga mereka
terapkan dengan baik ketika sang harimau buas datang menyerang mereka. Hal itu terjadi ketika Pak Balam diserang dan diseret oleh harimau ke dalam hutan yang
gelap. Mereka bersama-sama menyerbu harimau tersebut, dan ketika mereka telah
Universitas Sumatera Utara
47
menemukan Pak Balam dalam kondisi yang penuh dengan luka, mereka pun segera berbagi tugas dan bekerja sama. Wak Katok yang membawa senapan bertugas
menyiapkan senapan kembali, an anggota kelompok yang lain segera bekerja sama untuk mengangkat Pak Balam ke pondok mereka. Hal itu dapat kita lihat dalam
kutipan berikut. ”Buyung, Sanip, Talib, Pak Haji, dan Sutan cepat
mengangkatnya. Wak Katok telah mengisi senapannya kembali, dan dengan Wak Katok berjalan di belakang, mereka
cepat-
cepat membawa Pak Balam ke tempat api unggun.” Lubis, 1992: 92
Setelah Pak Balam diserang, maka anggota kelompok yang lain memutuskan untuk menghadapi harimau itu bersama-sama. Mereka sepakat untuk bekerja sama
menghadapi harimau buas tersebut. Hal tersebut dapat kita lihat dalam kutipan berikut.
”….seperti mereka juga selalu berusaha untuk melupakan dosa- dosanya sendiri.
”Nah,” kata Wak Katok, ”harimau biasa dapat kita hadapi bersama”” Lubis, 1992: 111
Mereka juga bekerja sama dalam merawat dan membawa Pak Balam yang dalam kondisi penuh luka cakar dan gigitan harimau. Pak Balam tidak sanggup lagi
untuk berjalan sendiri, oleh karena itu anggota kelompok yang lain bekerja sama untuk mengusungnya dan juga tetap bekerja sama dalam melakukan pekerjaan yang
lainnya. Hal itu dapat kita lihat di dalam kutipan berikut ini. ”Talib dan Buyung segera membuat usungan setelah mereka
makan. Pak Haji, Wak Katok dan Sutan mengemasi perbekalan makanan dan daging rusa ke dalam dua buah keranjang, yang
akan mereka pikul berganti-ganti, sambil berganti-ganti pula mengusung Pak Balam.” Lubis, 1992:116
Universitas Sumatera Utara
48
Kesepakatan mereka untuk bekerja sama dalam menghadapi harimau tersebut mereka tepati. Ketika harimau kembali datang menyerang, mereka segera bekerja
sama untuk menghadapi harimau buas tersebut. Mereka langsung mengambil bagian masing-masing dan bersama-sama menghadapi harimau tersebut, padahal
sebenarnya pada saat itu sedang terjadi perselisihan di antara mereka. Pada saat itu Wak Katok sedang memaksa Buyung dan Pak Haji untuk
menceritakan dosa mereka masing-masing. Pak Haji mau mengikuti kemauan Wak Katok tersebut dan menceritakan semua dosanya, namun Buyung menolak untuk
menceritakan dosa-dosanya. Wak Katok terus memaksanya dengan cara mengancam akan menembaknya jika dia tidak mau menceritakan semua dosanya.
Wak Katok telah mengacungkan mulut senapannya ke arah Buyung dan terus memaksanya, pada saat itulah harimau datang menyerang. Mereka yang sedang
terlibat dalam perselisihan segera melupakan perselisihan mereka. Mereka segera bersama-sama bersiap menghadapi harimau tersebut, dan ketika senapan Wak
Katok tidak dapat meletus karena bubuk mesiunya basah, mereka yang sadar akan hal tersebut segera bersama-sama mencoba untuk menyerang dan menakut-nakuti
harimau tersebut dengan cara melemparkan kayu bakar yang menyala ke arah harimau tersebut. Mereka segera berbagi tugas dan mengambil bagian masing-
masing dalam menyerang harimau ini, ada yang bertugas untuk melemparkan kayu bakar yang menyala ke arah harimau dan ada juga yang bertugas untuk
menambahkan kayu bakar yang baru ke dalam api unggun untuk persiapan berikutnya. Hal itu terlihat dalam kutipan berikut.
”….Buyung terus mengerti, dia melompat ke api unggun, sambil berseru: ”Lemparkan kayu menyala” dan cepat Buyung
Universitas Sumatera Utara
49
melompat melontarkan sebuah kayu besar yang terbakar menyala ke arah kedua mata yang bersinar hijau, disusul oleh
lemparan Pak Haji dan Sanip,…….”Cepat Wak Katok, tukar
mesiu baru” kata Buyung, dan dia berlari kembali ke api unggun, menyiapkan sebuah kayu yang menyala di tangannya,
sambil berseru pada Sanip, supaya melemparkan kayu lebih banyak lagi ke atas api.” Lubis, 1992: 191
Nilai kerja sama juga masih ditunjukkan oleh para anggota kelompok pendamar yang tersisa ketika mereka menghadapi kejahatan pemimpin mereka.
Pada saat itu Wak Katok yang telah dianggap sebagai pemimpin kelompok, mengusir Pak Haji, Buyung, dan Sanip dari pondok tempat mereka menginap. Wak
Katok mengusir mereka masuk ke dalam hutan yang gelap dan meninggalkan cahaya terang api unggun. Namun mereka tidak mau pergi begitu saja ke dalam
hutan yang gelap karena di sana ada harimau buas yang menunggu mereka. Mereka bertiga memutuskan untuk melawan kejahatan Wak Katok, mereka bersembunyi di
balik gelap malam. Mereka mengintai Wak Katok dari jauh, dari luar jangkaun cahaya terang yang dihasilkan api unggun. Mereka bertiga menunggu Wak Katok
dalam keadan tidak waspada, mereka akan segera menyerang ketika mereka mendapatkan kesempatan. Kesempatan yang mereka tunggu-tunggu pun tiba.
Mereka bekerja sama menyerang Wak Katok, mereka menyerang Wak Katok dari tiga arah yang berbeda. Hal itu dapat kita lihat dalam kutipan berikut.
”Buyung memberi isyarat, bunyi burung hantu, dan melompat menyerbu hendak menyergap Wak Katok. Sanip dan Pak Haji
datang menyerang dari jurusan yang lain.” Lubis, 1992: 196
Setelah Buyung dan Sanip berhasil mengalahkan Wak Katok dan mengikatnya, mereka melanjutkan memburu harimau tersebut. Mereka
menggunakan Wak Katok sebagai umpan untuk memancing harimau tersebut agar
Universitas Sumatera Utara
50
keluar. Setelah menunggu beberapa lama, harimau itupun keluar. Dengan ketenangan perkiraan yang baik, akhirnya Buyung pun berhasil membunuh harimau
buas tersebut. Mereka pun segera bekerja sama untuk menguliti harimau tersebut dan selanjutnya bekerja sama membuat pondok untuk tempat mereka bermalam.
Nilai kerja sama itu dapat kita lihat dalam kutipan berikut. ”Mari kita kuliti dia cepat, dan kita memasang pondok di tepi
sungai,” kata Buyung, ” kita bermalam saja di sini malam ini.”” Lubis 1992: 210
Nilai kerja sama tetap ditunjukkan oleh anggota kelompok pendamar yang tersisa sampai akhir cerita novel ini. Mereka juga menyelesaikan masalah-masalah
yang mereka hadapi dengan cara bekerja sama.
4.2.11 Nilai Keberanian