Nilai Kerja Keras Nilai-Nilai Perjuangan dalam Novel Harimau Harimau

54 mantera dan jimat dan sihir Wak Katok. Takhyul yang palsu saja.”” Lubis, 1992: 203 Walaupun anggota kelompok mereka hanya tinggal bertiga, dan yang satu adalah pengecut dan pembohong. Namun mereka dengan berani memutuskan untuk tetap lanjut memburu harimau tersebut. Nilai keberanian itu dapat kita lihat dalam kutipan berikut ini. ”Ke mana kita?” tanya Wak Katok. ”Memburu harimau,” kata Buyung” Lubis, 1992: 203 Sikap beranilah yang membuat kelompok ini dapat mengalahkan masalah yang datang menghadang perjalanan mereka. Mereka dengan berani menyelesaikan satu-persatu masalah yang ada.

4.2.12 Nilai Kerja Keras

Kerja keras merupakan salah satu cara untuk dapat menyelesaikan masalah atau mencapai suatu hal yang kita inginkan. Kerja keras dapat membawa kita ke dalam suatu keberhasilan. Nilai kerja keras perlu untuk kita tanamkan dalam menjalani kehidupan kita sehari-hari. Sesulit atau sebesar apapun masalah yang datang menghadang langkah kita, jika kita sabar dan mau bekerja keras, maka masalah tersebut akan dapat kita selesaikan. Mencari damar di tengah hutan merupakan suatu pekerjaan yang sulit dan membutuhkan kerja keras. Para anggota kelompok pendamar sudah terbiasa bekerja keras dalam menjalani perkerjaan mereka ini. Mencari damar membutuhkan kerja keras karena harus melewati perjalanan yang panjang dan sulit. Nilai keras itu tergambar dalam kutipan berikut. Universitas Sumatera Utara 55 ”Mendaki dan menuruni gunung, membawa beban damar atau rotan yang berat,..” Lubis, 1992: 3 Nilai kerja keras tidak hanya ditunjukkan oleh anggota kelompok pendamar yang muda-muda saja, namun oleh yang tua juga. Pak Haji yang Rakhmad yang merupakan anggota kelompok pendamar yang paling tua juga masih kuat dalam bekerja keras. Meskipun usianya sudah tidak lagi muda, namun dalam hal bekerja keras Pak Haji tidak kalah dari anggota kelompok pendamar yang masih muda. Nilai kerja keras itu dapat dilihat dalam kutipan berikut. ”Meskipun rambutnya sudah putih, tetapi masih lebat. Dia masih kuat mendukung beban damar menandingi siapa pun juga di antara mereka.” Lubis, 1992: 20 Setelah mereka menyadari bahwa mereka telah berurusan dengan seekor harimau, maka mereka semakin menunjukkan kerja keras mereka. Mereka semakin bekerja keras karena mereka takut jika harimau tersebut akan mengikuti perjalan mereka. Kini mereka menyadari bahwa mereka tidak dapat lagi berjalan pelan seperti biasanya, mereka harus mempercepat langkah mereka, agar harimau tidak menemukan mereka. Setelah selesai makan pun mereka memutuskan untuk segera melanjutkan perjalanan tenpa istirahat seperti biasanya. Mereka mencoba untuk berjalan lebih cepat lagi dari biasanya. Hal ini menuntut mereka untuk lebih bekerja keras lagi, karena mereka harus berjalan dengan cepat dan buru-buru tanpa istirahat seperti biasanya, padahal mereka sedang membawa beban yang berat dan melalui jalan yang lumayan sulit. Nilai kerja keras yang ditunjukkan oleh kelompok pendamar itu dapat kita lihat dalam kutipan-kutipan berikut. ”Sepanjang pagi mereka berjalan secepat mungkin, tanpa banyak berkata-kata. Jalan pun agak licin karena rupanya kemarin hujan.” Lubis, 1992: 86 Universitas Sumatera Utara 56 ”Mereka tak lama berhenti di sana, akan tetapi segera setelah makan lalu meneruskan perjalanan.” Lubis, 1992: 87 Perjalanan mereka menjadi sulit setelah Pak Balam diserang oleh harimau, karena mereka harus mengusung Pak Balam yang pada saat itu sedang berada dalam keadaan penuh luka bekas gigitan dan cakaran harimau. Mereka berusaha berjalan dengan cepat dengan tetap waspada terhadap kemungkinan harimau akan menyerang mereka kembali. Hal ini menuntut mereka untuk semakin bekerja keras, karena mereka juga harus mengusung Pak Balam. Mereka harus saling membantu untuk mengusung Pak Balam, karena mereka harus melewati medan perjalanan yang sangat sulit. Apalagi pada saat itu jalan yang mereka lalui masih licin, ditambah lagi mereka harus berjalanan mendaki tebing. Nilai kerja keras tersebut dapat kita lihat dalam kutipan berikut. ”Berjalan mengusung Pak Balam tidak dapat mereka lakukan dengan cepat. Apalagi jalan yang mererka tempuh masih licin, dan mereka harus mendaki sejak meninggalkan sungai. Beberapa kali yang lain terpaksa harus membantu Talib dan Sutan, karena mereka berdua tak sanggup mengangkat usungan sambil mendaki tebing.,..…mereka berjalan dengan bersusah payah hingga tengah hari..” Lubis, 1992: 117 Perjalanan mereka semakin sulit setelah Talib diserang oleh harimau. Seluruh tubuh Talib dipenuhi dengan luka dan dia pun pingsan. Jadi mereka juga harus mengusungnya. Namun mereka tidak dapat membawa keranjang perbekalan mereka sambil mengusung Pak Balam dan Talib. Oleh karena itu mereka memutuskan untuk mengusung Pak Balam dan Talib terlebih dahulu ke tempat mereka akan bermalam, setelah itu mereka akan kembali untuk mengambil keranjang perbekalan mereka. Hal itu menuntut mereka untuk harus lebih bekerja keras lagi, karena Universitas Sumatera Utara 57 meraka harus berjalan dua kali. Nilai kerja keras tersebut ditunjukkan dalam kutipan berikut. ”…untuk mengusung Pak Balam dan Talib dahulu ke tempat bermalam mereka yang lebih dekat, dan meninggalkan kedua keranjang, kemudian menjemput kedua keranjang berisi perbekalan makanan. ” Lubis, 1992:123 Perjalan mereka untuk mengusung Pak Balam dan Talib ke tempat mereka bermalam tidaklah mudah. Mereka harus berjalan menuruni bukit yang licin dan memiliki jalan yang sukar untuk dilalui. Jadi mereka harus bekerja keras untuk bisa sampai ke sana, hal tersebut ditunjukkan dalam kutipan berikut. ”Jalan menuruni bukit licin dan sukar dan dengan susah payah mereka menurun,….” Lubis, 1992: 124 Ketika mereka telah memutuskan untuk memburu harimau yang telah menyerang mereka, mereka juga lebih bekerja keras lagi. Mereka harus mengikuti jejak harimau buas itu dengan berhati-hati dan penuh kewaspadaan, karena mereka menyadari dari jejak harimau yang ada di tanah, bahwa sang harimau juga hebat dalam hal berburu. Di hari kedua mereka memburu harimau tersebut, mereka memutuskan untuk memotong jalan melalui hutan gelap yang belum pernah mereka lalui. Hutan ini lembab dan basah, di dalamnya panas dan jalan yang harus mereka lalui sukar sekali, kerena mereka harus membuka jalan baru di antara tumbuhan hutan yang berduri. Kerja keras mereka tergambar dalam kutipan berikut. ”Udara di dalamnya panas, lembab dan basah, dan jalan yang mereka lalui berat sekali, karena mereka harus membuka jalan antara pandan-pandan den rotan- rotan berduri.” Lubis, 1992: 168 Saat perjalanan mereka akan hampir tiba di tempat harimau menyerang Sutan, maka Wak Katok yang pada saat itu mereka anggap sebagai pemimpin Universitas Sumatera Utara 58 memerintahkan mereka agar berhenti memotong semak berduri yang menghalangi jalan mereka, karena itu hal itu dapat menimbulkan bunyi berisik yang dapat didengar oleh sang harimau. Jadi mereka pun berhenti untuk menebas semak berduri yang menghalangi mereka. Seringkali mereka harus berjalan membungkuk ketika melewati belukar yang lebat dan rapat. Duri daun pandan pun sering kali menggores baju dan kulit mereka. Mereka pun menjadi semakin kelelahan karena hawa yang panas dan badan mereka merasa sakit dan letih. Kerja keras mereka ditunjukkan dalam kutipan berikut. ”Mereka dapat menerima kebenaran perintah ini. Meskipun kini perjalanan mereka jadi bertambah sukar, karena mereka tak dapat memotong jalan, dan baju dan kulit mereka acap tergores oleh duri daun- daun pandan….Di banyak tempat mereka terpaksa berjalan membungkuk, belukar lebat dan rapat sekali…..Mereka tak dapat lagi mengira-ngirakan telah berapa lama mereka berjalan demikian. Seluruh badan mereka rasanya sakit dan letih……….Napas mereka terengah-engah, bukan saja kerena keletihan, akan tetapi juga karena hawa panas dan lembab yang memberat di dalam hutan.” Lubis, 1992: 177- 178 Di hari berikutnya, setelah menguburkan Pak Haji, perburuan mereka lanjutkan. Untuk kali ini, mereka harus lebih bekerja keras lagi karena mengukuti jejak harimau sampai masuk ke dalam sungai. Mereka berjalan memudiki sungai. Mereka harus loncat dari batu ke batu dan bahkan turun ke dalam sungai yang terkadang kedalamannya sampai di peinggang mereka. Kerja keras mengikuti jejak harimau ini terlihat dalam kutipan berikut. ”Buyung membawa mereka ke dalam sungai, berjalan memudiki sungai di dalam air, meloncat dari batu ke batu, dan turun sungai. Kadang-kadang hingga ke pinggang mereka tinggi air.” Lubis, 1992: 204 Universitas Sumatera Utara 59 Kelompok pendamar ini selalu menunjukkan kerja keras di sepanjang perjalanan yang mereka lakukan. Mereka melewati semua maslah yang datang dengan terus bekerja keras.

4.2.13 Nilai Tolong-menolong