12 kemampuan profitabilitas earningss power yang tinggi pula. Dengan kata lain,
earningss power berpengaruh positif terhadap manajemen laba.
2.1.4 Firm Size Ukuran Perusahaan
Ukuran perusahaan total asset merupakan gambaran besar kecilnya perusahaan yang tercermin dari nilai total aktiva perusahaan pada neraca akhir tahun yang diukur
dengan logn Ln dari total aktiva. Apabila perusahaan memiliki total aktiva yang besar menunjukkan bahwa perusahaan telah mencapai tahap kedewasaan maturity atau well
established. Secara umum perusahaan yang mempunyai total aktiva yang relatif besar dapat beroperasi dengan tingkat efisiensi yang lebih tinggi dibandingkan dengan
perusahaan yang total aktivanya lebih rendah. Oleh karena itu, perusahaan dengan total aktiva yang besar akan lebih mampu untuk menghasilkan tingkat keuntungan yang lebih
tinggi.Hal ini sesuai dengan teori agency yang mengatakan bahwa semakin besar suatu perusahaan maka biaya keagenan yang muncul juga semakin besar, untuk mengurangi
biaya keagenan tersebut, perusahaan cenderung mengungkapkan informasi yang lebih luas Sembiring, 2005.
Menurut Agnes Sawir 2004 dalam Veronica 2006 ukuran perusahaan dinyatakan sebagai determinan dari struktur keuangan dalam hampir setiap studi untuk
alasan yang berbeda.Pertama, ukuran perusahaan dapat menentukan tingkat kemudahan perusahaan memperoleh dana dari pasar modal. Kedua, ukuran perusahaan menentukan
kekuatan tawar-menawar dalam kontrak keuangan. Ketiga, ada kemungkinan pengaruh skala dalam biaya dan return membuat perusahaan yang lebih besar dapat memperoleh
lebih banyak laba.
Universitas Sumatera Utara
13 Besar ukuran perusahaan dapat dinyatakan dalam kapitalisasi pasar. Albrecth
Richardson 1990 dan Lee Choi 2002 dalam Veronica 2006 menemukan bahwa perusahaan yang lebih besar kurang memiliki dorongan untuk melakukan
perataan laba dibandingkan perusahaan kecil karena perusahaan besar dipandang lebih kritis oleh pihak luar.
2.1.5 Earnings Management Manajemen Laba Copeland 1968 dalam Utami 2005 mendefinisikan manajemen laba sebagai
some ability to increase or decrease reported net income at will. Ini berarti bahwa manajemen laba mencakup usaha manajemen untuk memaksimumkan atau
meminimumkan laba, termasuk perataan laba sesuai dengan keinginan manajer. Menurut Schipper,dalam Rahmawati 2006 yang menyatakan bahwa
manajemen laba merupakan suatu intervensi dengan tujuan tertentu dalam proses pelaporan keuangan eksternal, untuk memperoleh beberapa keuntungan privat sebagai
lawan untuk memudahkan operasi yang netral dari proses tersebut. Fischer dan Rozenzwig 1995 manajemen laba adalah tindakan manajer yang
menaikkan atau menurunkan laba yang dilaporkan dari unit yang menjadi tanggung jawabnya yang tidak mempunyai hubungan dengan kenaikan atau penurunan
profitabilitas perusahaan dalam jangka panjang. Menurut Setiawati dan Naimdalam Ujiyantho dan Pramuka 2007, manajemen
laba adalah campur tangan manajemen dalam proses pelaporan keuangan eksternal dengan tujuan untuk menguntungkan pihak tertentu. Manajemen laba menambah bias
dalam laporan keuangan dan dapat mengganggu pemakai laporan keuangan yang mempercayai angka laba hasil rekayasa tersebut sebagai angka laba tanpa rekayasa.
Universitas Sumatera Utara
14 Manajemen laba muncul karena terjadi perbedaan informasi asimetri informasi
yang dimiliki oleh investor principal dan pihak manajemen perusahaan agent. Pihak manajemen tentu lebih mengetahui informasi lengkap mengenai perusahaan
dibandingkan investor yang menanamkan modalnya di perusahaan tersebut. Kesempatan ini digunakan oleh pihak manajemen dengan menampilkan kinerja
perusahaan yang baik di laporan keuangan yang tidak sesuai dengan kinerja perusahaan sesungguhnya. Jensen dan Meckling 1976 juga mengungkapkan konflik antara agent
dan principal akan menimbulkan biaya keagenan agency cost. Biaya keagenan terdiri dari biaya pemantauan monitoring expenditures yang dilakukan oleh principal, biaya
perikatan bonding expenditures yang dilakukan oleh agent, dan residual loss. Biaya agensi diharapkan dapat ditekan dengan tata kelola perusahaan yang baik.
Menurut Fischer dan Rosenzweig 1995, diacu dalam Purnomo dan Pratiwi 2009 manajemen laba adalah tindakan dari seorang manajer yang bertujuan
meningkatkan atau menurunkan laba yang dilaporkan saat ini yang menjadi tanggung jawab manajer tanpa menghasilkan pengaruh peningkatan atau penurunan terkait
profitabilitas ekonomi jangka panjang unit tersebut. Manajemen selaku pengelola perusahaan memiliki informasi tentang perusahaan
lebih banyak dan lebih dahulu daripada pemilik sehingga terjadi asimetri informasi yang memungkinkan manajemen melakukan praktek akuntansi dengan orientasi pada laba
untuk mencapai suatu kinerja tertentu Herawati, 2007. Pilihan metode akuntansi
yang secara sengaja dipilih oleh manajemen untuk tujuan tertentu dikenal dengan sebutan manajemen laba atau earnings management Halim dkk, 2005. Primanita dan
Setiono 2006, menyatakan bahwa Manajemen laba earning management adalah
Universitas Sumatera Utara
15 suatu tindakan yang dilakukan oleh manajemen perusahaan untuk mempengaruhi laba
income yang dilaporkan yang dapat memberikan informasi mengenai keuntungan ekonomis economic advantage yang sesungguhnya tidak dialami perusahaan dalam
jangka panjang bahkan merugikan perusahaan. Indikator pengukuran praktik manajemen laba dengan menggunakan
discretionary accrual laba hasil rekayasa seperti penelitian yang dilakukan Friedlan 1994 dalam Gumanti 2001, discretionary accrual merupakan perbedaan antara total
accruals pada periode yang diuji yang distandarisasi dengan penjualan pada periode yang diuji dan total accruals pada periode dasar yang distandarisasi dengan penjualan
pada periode dasar.
2.2 Good Corporate Governance